Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (23)



Mengurai Simpul Lama

Siang itu, cahaya matahari meredup di balik kabut tebal yang menyelimuti halaman kediaman Geom-eun Jangmi. Para prajurit yang mengawal Xiao Yuer tampak letih, pakaian mereka lusuh penuh jejak perjalanan melewati hutan kabut beracun yang mematikan. Meski ada beberapa yang terluka, luka itu kini mulai memudar, disembuhkan perlahan oleh kekuatan supranatural Ha Baek, sang dewa air yang setia menemani langkah mereka. 



Xiao Yuer tetap tegap di atas kudanya. Sekalipun tidak ada setitik darah menodai kulitnya, pakaian lusuh yang membalut tubuhnya, sama seperti milik dua puluh prajurit di belakangnya, menyimpan kisah tentang langkah-langkah panjang yang telah mereka tempuh bersama. Xiao Yuer bukan sekadar memimpin, dia melindungi pasukannya, satu per satu, menuntun mereka melewati hutan kabut beracun tanpa kehilangan siapa pun. Kini, dia berdiri sebagai pemimpin yang tidak gentar, sorot matanya menyimpan lelah dan kelegaan yang tidak bisa sepenuhnya disembunyikan. Di balik punggungnya, pasukannya diam menunggu perintah, menyerahkan seluruh rasa hormat pada sosok yang telah membawa mereka keluar dari ambang kematian.

Di depan rumah kayu tua yang dikelilingi akar-akar besar yang menjalar ke segala arah, berdirilah Geom-eun Jangmi, sikapnya memancarkan ketenangan yang mendalam, dengan hanbok hitam berhiaskan sulaman mawar berduri, menambah kesan misterius.

Xiao Yuer: “Sudah lama kita tidak bertemu, Geom-eun Jangmi.” (Suaranya memecah keheningan).

Geom-eun Jangmi: “Sudah lama tidak bertemu? Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu sebelumnya, Tuan. Kapan itu terjadi?” (Mengerutkan keningnya dan mengangkat alisnya).

Xiao Yuer hanya tersenyum simpul. Dia menghela nafas pelan, berusaha menangkap bayang masa lalu. “Kita pernah bertemu… di masa lalu yang mungkin tidak akan pernah kamu ingat. Aku datang dari waktu yang berbeda, masa depan yang belum kamu alami.”, bisiknya dalam hati.

Geom-eun Jangmi mengangkat dagunya, matanya menyapu barisan prajurit dengan sorot tajam penuh ejekan tersembunyi, lalu kembali menatap Xiao Yuer dan Ha Baek dengan senyum tipis yang menyiratkan keraguan dan tantangan.

Geom-eun Jangmi: “Kalian berani datang jauh-jauh, membawa pasukan melewati hutan kabut beracunku. Aku harus akui, itu bukan hal yang bisa dilakukan oleh sembarang orang. Tapi keberanian seperti ini, sering kali lahir dari keputusasaan, atau kebodohan. Jadi katakanlah, Tuan-tuan! Apa sebenarnya yang kalian cari? Membuatku penasaran.”

Xiao Yuer: “Kami datang bukan tanpa alasan. Aku membawa misi untukmu karena hanya kamu lah yang bisa melakukannya, sesuatu yang sangat penting, hingga aku rela membawa pasukan melewati bahaya ini demi menemuimu.”

Geom-eun Jangmi: “Jadi, dengan kata lain, kamu meminta bantuanku, Tuan? Menarik! Bicara tentang bantuan, aku tidak pernah memberikannya secara cuma-cuma. Jika memang aku harus melakukan sesuatu untukmu, tunjukkan dahulu bahwa kamu layak. Bertarunglah denganku, dan buktikan kalau kamu bukan hanya pengembara biasa yang bisa membahayakan nyawa pasukanmu demi sebuah mimpi kosong!” (Suaranya datar, dingin dan angkuh, tapi di baliknya tersembunyi kepuasan, seperti seseorang yang akhirnya menemukan lawan sepadan).

Xiao Yuer: “Aku setuju bertarung, tapi ada satu syarat.” (Mengangkat tangan ke arah pasukannya yang masih menunggang kuda, menunjukkan batas yang jelas). “Jangan sentuh pasukanku! Aku akan melawanmu seorang diri.”

            “Jangan, Tuan Yuer!!!”, ucap prajurit serentak penuh kecemasan. Mereka mencengkeram erat tali kekang kuda, mata mereka penuh ketegangan dan takut membayangkan pertarungan sengit yang akan datang.

Ha Baek: “Mawang, kamu benar-benar yakin?” (Melangkah maju, menatap ke arah Xiao Yuer).

Tanpa ragu, Xiao Yuer mengangguk mantap. Dia menarik pedangnya perlahan, suara logam yang bergesekan dengan sarung kayu terdengar tajam di udara yang sunyi. Kilau mata pedang menyambar cahaya redup siang itu, mencerminkan tekad pemiliknya. Langkahnya pasti saat dia turun dari kudanya, menapaki tanah hitam yang dingin dan lembap, mendekati Geom-eun Jangmi yang masih berdiri diam di depan rumahnya.

“Ah… akhirnya.”, gumam Geom-eun Jangmi. Seolah ini adalah awal dari permainan yang sudah dia nantikan sedari tadi, dari telapak tangannya mulai berpendar cahaya gelap. Energi itu mengalir, membentuk sebuah tongkat berwarna hitam pekat, seperti diukir dari bayangan malam. Kekuatan supranaturalnya menjelma nyata, bersiap menangkis segala serangan.

Tanpa aba-aba, keduanya melesat bersamaan. Pedang Xiao Yuer menebas dari samping, gerakannya presisi, cepat, dan tajam. Geom-eun Jangmi menangkisnya dengan tongkat magisnya, suara benturan logam dan energi memenuhi udara. Getaran dari benturan itu mengguncang tanah di bawah kaki mereka.

Pertarungan berlangsung sengit. Langkah kaki saling mengejar, serangan dan tangkisan bersahut-sahutan seperti irama yang mengguncang jiwa. Xiao Yuer mengandalkan kelincahan dan teknik bela diri yang matang, berpadu dengan kekuatan tubuhnya yang terlatih dari banyak pertempuran. Setiap gerakannya tidak hanya bertujuan menyerang, tapi juga membaca ritme pertahanan lawan.

Geom-eun Jangmi bukan lawan biasa. Tongkat magisnya bergerak seolah hidup, melengkung dan menghantam dengan kekuatan yang sulit dipercaya. Aura gelap dari kekuatan supranaturalnya menyelimuti setiap gerakan.

Pasukan di belakang menahan nafas. Ha Baek berdiri tenang, namun sorot matanya penuh siaga. Pertarungan belum menunjukkan tanda akan berakhir cepat, dua kekuatan yang berbeda, tapi seimbang, saling menguji dalam medan yang ditentukan oleh tekad dan harga diri.

Di tengah derasnya serangan dan pertahanan yang saling berkejaran, Geom-eun Jangmi perlahan tersenyum. Tongkat magisnya berputar sekali di udara, lalu menangkis serangan Xiao Yuer dengan satu gerakan kuat, membuat tanah retak di bawah mereka.

Geom-eun Jangmi: “Pedangmu tidak hanya tajam, tapi membawa sesuatu yang lebih. Bukan cuma keahlian, ada tekad besar dan jiwa yang jernih di balik setiap tebasan. Sekarang aku mengerti... kenapa kekuatanku tidak bisa menjatuhkanmu.”

            Seketika, aura di sekeliling Geom-eun Jangmi berubah. Dia menancapkan tongkat magisnya ke tanah yang retak, cahaya gelap keunguan membubung dari tanah, membungkus tongkatnya. Kekuatan supranaturalnya meningkat dalam sekejap, tongkat magis itu memanjang. Seperti makhluk hidup yang bangkit dari kedalaman tanah. Satu serangan dari Geom-eun Jangmi menghantam pertahanan Xiao Yuer dengan kekuatan luar biasa, lebih kuat dari sebelumnya, dia mengeluarkan kekuatan sejatinya. Tubuh Xiao Yuer terpental beberapa langkah, kakinya menyeret tanah, lalu jatuh berlutut.

Batuk keras terdengar, dan darah segar menetes dari bibir Xiao Yuer. Nafasnya berat, pundaknya naik turun menahan rasa sakit, tubuhnya lemas. Tapi mata itu… tidak menyerah. Dengan satu tangan gemetar, dia mencengkeram gagang pedangnya, dan perlahan bangkit kembali.

Xiao Yuer: “Aku tidak akan mundur… Sebab ini bukan hanya tentang aku.”

            Ha Baek melihat tubuh Xiao Yuer yang mulai goyah dan melemah. Dia merubah wujudnya menjadi aliran air yang berkilauan, air itu mengalir cepat, menembus sela-sela baju dan kulit Xiao Yuer, meresap masuk ke dalam tubuhnya, tenaga Xiao Yuer terasa bangkit kembali. Mata yang tadi redup kini menyala lebih terang, dipenuhi kekuatan yang bukan lagi sekadar manusia biasa. Ha Baek menyalurkan kekuatan dewa airnya, memadukan dengan tekad dan jiwa murni Xiao Yuer, menjadikannya satu.

            Geom-eun Jangmi mengerutkan kening, melihat perubahan energi yang berbeda. Cahaya gelap keunguan di sekelilingnya bergetar, melawan gelombang air berkilau yang kini mengitari Xiao Yuer seperti badai kecil. Kedua kekuatan supranatural itu bertemu dalam benturan dahsyat.

Xiao Yuer melangkah maju, pedangnya berkilau diterangi energi Ha Baek. Setiap tebasan bukan hanya serangan fisik, tapi juga gelombang energi air yang menghancurkan pertahanan gelap Geom-eun Jangmi. Geom-eun Jangmi berusaha menangkis dengan tongkat magisnya, tapi semakin lama kekuatannya terkikis oleh kekuatan air Ha Baek yang menyatu dengan jiwa Xiao Yuer.

Akhirnya, dengan satu serangan pamungkas, Xiao Yuer menebas ke arah tongkat Geom-eun Jangmi yang mulai retak, membelah aura gelapnya. Tongkat magis itu pecah, cahaya keunguan memudar perlahan, dan Geom-eun Jangmi terhuyung, terjatuh ke tanah. Dia menatap Xiao Yuer dengan pandangan kekaguman dan menerima kekalahan.

Geom-eun Jangmi: “Kamu memang layak… aku menyerah.”

Ha Baek perlahan keluar dari tubuh Xiao Yuer, berbentuk wujud cair yang berkilauan sebelum kembali menampakkan wujud manusianya. Ha Baek menatap Xiao Yuer yang masih terengah, lalu menepuk bahunya.

Ha Baek: “Kamu sudah cukup jauh melangkah, Mawang. Biarkan aku membantumu menuntaskan ini.”

Dengan satu tangan, Ha Baek menopang Xiao Yuer, membantunya berdiri tegak. Bersama, mereka berjalan mendekati Geom-eun Jangmi. Xiao Yuer berhenti di hadapan lawannya, dia mengulurkan tangan.

Xiao Yuer: “Bangunlah, aku tidak datang untuk menaklukkanmu. Aku datang untuk meminta bantuanmu.”

Geom-eun Jangmi: “Tadi kamu sebut... misi. Sekarang jelaskan padaku.” (Mendongak, memandangi tangan Xiao Yuer dengan ragu sebelum akhirnya menerima uluran tangannya).

            Xiao Yuer membuka lapisan pakaiannya di bagian dada, memperlihatkan sebuah tattoo bulgae memakan matahari, yang terukir di sana.

Xiao Yuer: “Aku ingin kamu membuatkan tattoo palsu seperti ini. Untuk mengelabui seseorang yang percaya ini adalah simbol memanggil roh kegelapan untuk masuk ke tubuhnya. Tidak lama nanti, akan ada rombongan berkuda lainnya datang mencarimu juga.”

Geom-eun Jangmi: “Dari mana kamu mendapatkannya? Tattoo itu... hanya aku yang bisa membuatnya. Tapi, aku tidak pernah membuatnya untuk siapa pun.” (Terperanjat, matanya membelalak menatap tattoo itu).

Xiao Yuer: “Anggap saja kita terikat oleh takdir dari masa lalu. Masa lalu... yang kamu sendiri tidak akan mengingatnya. Masa lalu yang aku bicarakan, adalah masa depan yang akan terjadi.” 

Geom-eun Jangmi menatap Xiao Yuer lama. Perlahan, dia mengangkat tangan dan menyentuh dada Xiao Yuer, tepat di atas tattoo itu. Matanya terpejam, menerawang sesuatu, potongan-potongan waktu, bayangan masa silam yang samar, suara-suara yang terkubur dalam kabut waktu. Beberapa saat kemudian, Geom-eun Jangmi membuka matanya. Tatapannya menajam, seolah akhirnya menyadari sesuatu yang tidak pernah terjangkau akalnya.

Geom-eun Jangmi: “Kamu… menjelajahi waktu?”

            Xiao Yuer hanya mengangguk membenarkan, sambil merapikan kembali pakaiannya. Geom-eun Jangmi terdiam beberapa saat, rasa penasarannya kian membesar.

Geom-eun Jangmi: “Mmm akan ada rombongan lain yang datang? Mencariku, dan memintaku membuat tattoo bulgae memakan matahari?” (Seperti sedang menyusun kepingan teka-teki dalam pikirannya). “Siapa mereka, Tuan? Siapa yang cukup gila untuk mengejar kutukan itu… dan cukup bodoh untuk percaya mereka bisa mengendalikannya? Ketika roh kegelapan merasuki tubuh manusia, justru roh itu lah yang akan mengendalikan, bukan sebaliknya. Roh kegelapan tidak pernah bisa diperintah. Dia hanya menunggu tubuh yang dirasuki melemah untuk dia kuasai sepenuhnya.”

Dari langit suara kepakan kuat terdengar memecah keheningan. Seekor elang hitam besar berputar di udara sebelum mendarat gagah di bahu Geom-eun Jangmi. Di kaki elang hitam terikat gulungan surat kecil, disegel rapat dengan lilin merah. Geom-eun Jangmi membuka gulungan itu dan membaca isinya. Raut wajahnya berubah, bukan keterkejutan, melainkan senyum kecil sinis yang muncul di sudut bibirnya.

Geom-eun Jangmi: “Mmm tepat waktu! Rombongan Pangeran Taeguk, mereka sudah tiba di pintu masuk hutan kabut beracunku. Mereka minta aku menjemput, agar tidak perlu menanggung risiko berbahaya dari racunku.” (Mata menyipit, nada suaranya seolah mengejek). “Sebagai imbalan, mereka menawarkan emas batang sebanyak dua peti penuh.” (Menoleh menatap Xiao Yuer). “Ini mereka, bukan? Yang kamu maksud tadi, Tuan?”

            Xiao Yuer mengangguk, dia merogoh ke dalam pakaiannya dan mengeluarkan selembar kertas sketsa simbol bulgae tanpa memakan matahari. Gambar itu jelas rupa seekor anjing api, namun tidak sedang mengejar atau memangsa apapun. Kosong, netral... palsu.

Xiao Yuer: “Ini tattoo palsu yang harus kamu berikan pada mereka, tidak akan memanggil apa-apa, hanya akan memperdaya mereka.”

Geom-eun Jangmi mengambil kertas itu, menatapnya dengan serius. Lama dia memandangi garis-garis tipis sketsa itu. Lalu dia tertawa kecil, bukan tawa geli, melainkan tawa kagum.

Geom-eun Jangmi: “Kamu benar-benar memikirkan semuanya, Tuan Yuer. Kutipan waktu, tipu daya simbol, dan taktik bertahap. Bahkan aku pun bisa belajar satu dua hal darimu.” (Melipat kertas sketsa, menyimpannya ke dalam lengan hanboknya).

Geom-eun Jangmi menoleh pada Xiao Yuer dan menunjuk ke arah sebuah celah di antara dua batu besar, nyaris tersembunyi di balik semak merambat.

Geom-eun Jangmi: “Di balik sana ada jalur rahasia. Tidak beracun, tidak dijaga, dan tidak terpantau. Gunakan itu jika kamu ingin kembali ke istana tanpa harus bertemu para pemburu kebesaran itu! Aku akan menjemput mereka. Sesuai rencanamu, Tuan Yuer tidak perlu khawatir, aku bukan tipe yang ingkar janji, meski emas dua peti sangat menggiurkan.”

            Xiao Yuer menatap arah yang ditunjuk, lalu menoleh kembali pada Geom-eun Jangmi dan mengangguk pelan sebagai ucapan terima kasih. Ha Baek membantu Xiao Yuer naik ke atas pelana, lalu melompat ke depan dan mengambil kendali kuda. Xiao Yuer duduk di belakangnya, tubuhnya masih lemah.

Xiao Yuer: “Terima kasih, aku percaya padamu Geom-eun Jangmi.”

Geom-eun Jangmi: “Hati-hati di jalan, Tuan Yuer. Dunia ini... tidak selalu ramah pada orang-orang baik.”

            Xiao Yuer hanya tersenyum, dia mengangkat tangan dan memberi aba-aba pada pasukannya.

Xiao Yuer: “Kita kembali ke istana! Ikuti jalur yang ditunjukkan!” (Tegas, meski suaranya lemah).

Dua puluh prajurit di belakangnya segera bergerak, mengikuti aba-aba itu tanpa ragu. Derap kaki kuda menyatu dalam satu irama, menjauh dari tanah pertarungan yang nyaris merenggut nyawa pemimpin mereka.

Dari kejauhan, Geom-eun Jangmi berdiri diam, memperhatikan kepergian mereka. Begitu pasukan itu benar-benar hilang dari pandangan, dia mendesah pelan.

Geom-eun Jangmi: “Dan sekarang, waktunya kita menyambut tamu yang lain.” (Sambil tersenyum, lalu memandang elangnya).

            Dengan satu gerakan ringan, dia melompat ke udara, tubuhnya melesat dan perlahan berubah menjadi bayangan ungu bergerak cepat, mengikuti arah hutan tempat rombongan Pangeran Taeguk telah menunggu.

Langit mulai meremang, warna jingga perlahan tergantikan oleh bayangan senja yang menebal. Hutan kabut beracun telah jauh di belakang mereka, dan kini rombongan Xiao Yuer hampir mencapai gerbang istana. Suasana di istana Goryeo tampak sunyi namun tidak kehilangan kewibawaannya. Aula-aula megah yang biasanya dipenuhi langkah para bangsawan kini kosong, keluarga kerajaan telah dipindahkan sementara ke kediaman keluargaku, demi alasan keamanan yang tidak bisa diabaikan.

Kesunyian itu bukan pertanda lengah. Di balik dinding-dinding tinggi istana, ribuan prajurit telah bersiaga. Armor mereka berkilau tertimpa cahaya obor, dan mata mereka tajam, menyapu setiap sudut halaman. Gerbang utama terkunci rapat, hanya dibuka untuk satu tujuan, menyambut siapa pun yang berani menginjakkan kaki sebagai musuh malam ini.

Di menara pengawas, bendera kerajaan dikibarkan setengah tiang, tanda bahwa negeri sedang berada dalam ancaman, namun belum kalah. Angin membawa aroma tegang, seperti senandung peringatan bagi mereka yang mencoba menggulingkan keseimbangan kekuasaan. Istana mungkin tampak tenang dari luar, tapi di dalamnya, semua pasukan kerajaan siap menyambut badai yang akan datang. Dan saat malam benar-benar tiba, pertarungan untuk mempertahankan tahta akan diperjuangkan.

Bersambung…

Komentar

  1. Gila, battle nya epic banget sih! Bikin merinding!

    BalasHapus
  2. Berasa scene film, padahal cuma kata2 😭🔥

    BalasHapus
  3. Author nulisnya niat banget, detail battlenya keren parah 🔥📝

    BalasHapus
  4. nulis scene action sehalus ini tuh kaga gampang. respect banget buat penulis 🙌🔥

    BalasHapus
  5. Kama Nur Hakim 🇲🇾24 Mei 2025 pukul 22.26

    Time pertarungan tu, aku terus lupa dunia real. Serius best 😭

    BalasHapus
  6. Aiman R 🇲🇾24 Mei 2025 pukul 22.28

    Ini confirm layak jadi drama fantasi. Netflix, cepat sikit! 🤣📺

    BalasHapus
  7. Cara penulis describe magik tu… vivid gila, aku boleh nampak!

    BalasHapus
  8. Firizza 🇲🇾24 Mei 2025 pukul 22.45

    Ha baek masuk badan yuer, air dia terus ganas, tapi magik gelap geom eun jangmi tak kalah ganas. Gempak sangat!

    BalasHapus
  9. Aiyo, kerasukan Ha Baek tu buat cerita makin ‘on’ la! Aku pun teruja tengok! 😆⚔️

    BalasHapus
  10. Kuatnya magik gelap geom-eun jangmi, but ha haek dalam xiao yuer steady je! Mantap!

    BalasHapus
  11. hangpa nak tahu tak? bila ha baek masuk badan yuer, aku terus cakap, "naya la jangmi kali ni!" 😆💀

    BalasHapus
  12. Suka cara ha baek melindungi yuer dari dalam, kayak guardian spirit yang selalu ada pas keadaan genting

    BalasHapus
  13. Deskripsi magic gelap jangmi dan kekuatan air ha baek sangat kontras, yang bikin konfliknya makin terasa nyata dan seru

    BalasHapus
  14. duel jangmi lawan yuer epic parah!
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  15. Scene fightnya hidup dan penuh energi
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  16. Waaa, scene nyaaa udh kyk di film. Keren banget 😍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer