Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (23)
Mengurai Simpul Lama
Siang itu, cahaya matahari meredup
di balik kabut tebal yang menyelimuti halaman kediaman Geom-eun Jangmi. Para
prajurit yang mengawal Xiao Yuer tampak letih, pakaian mereka lusuh penuh jejak
perjalanan melewati hutan kabut beracun yang mematikan. Meski ada beberapa yang
terluka, luka itu kini mulai memudar, disembuhkan perlahan oleh kekuatan
supranatural Ha Baek, sang dewa air yang setia menemani langkah mereka.
Xiao Yuer tetap tegap di atas
kudanya. Sekalipun tidak ada setitik darah menodai kulitnya, pakaian lusuh yang
membalut tubuhnya, sama seperti milik dua puluh prajurit di belakangnya,
menyimpan kisah tentang langkah-langkah panjang yang telah mereka tempuh
bersama. Xiao Yuer bukan sekadar memimpin, dia melindungi pasukannya, satu per
satu, menuntun mereka melewati hutan kabut beracun tanpa kehilangan siapa pun.
Kini, dia berdiri sebagai pemimpin yang tidak gentar, sorot matanya menyimpan
lelah dan kelegaan yang tidak bisa sepenuhnya disembunyikan. Di balik
punggungnya, pasukannya diam menunggu perintah, menyerahkan seluruh rasa hormat
pada sosok yang telah membawa mereka keluar dari ambang kematian.
Di depan rumah kayu tua yang
dikelilingi akar-akar besar yang menjalar ke segala arah, berdirilah Geom-eun
Jangmi, sikapnya memancarkan ketenangan yang mendalam, dengan hanbok hitam
berhiaskan sulaman mawar berduri, menambah kesan misterius.
Xiao
Yuer: “Sudah lama kita tidak bertemu, Geom-eun Jangmi.” (Suaranya memecah
keheningan).
Geom-eun
Jangmi: “Sudah lama tidak bertemu? Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu
sebelumnya, Tuan. Kapan itu terjadi?” (Mengerutkan keningnya dan mengangkat
alisnya).
Xiao Yuer hanya tersenyum simpul.
Dia menghela nafas pelan, berusaha menangkap bayang masa lalu. “Kita pernah
bertemu… di masa lalu yang mungkin tidak akan pernah kamu ingat. Aku datang
dari waktu yang berbeda, masa depan yang belum kamu alami.”, bisiknya dalam
hati.
Geom-eun Jangmi mengangkat dagunya,
matanya menyapu barisan prajurit dengan sorot tajam penuh ejekan tersembunyi,
lalu kembali menatap Xiao Yuer dan Ha Baek dengan senyum tipis yang menyiratkan
keraguan dan tantangan.
Geom-eun
Jangmi: “Kalian berani datang jauh-jauh, membawa pasukan melewati hutan kabut
beracunku. Aku harus akui, itu bukan hal yang bisa dilakukan oleh sembarang
orang. Tapi keberanian seperti ini, sering kali lahir dari keputusasaan, atau
kebodohan. Jadi katakanlah, Tuan-tuan! Apa sebenarnya yang kalian cari?
Membuatku penasaran.”
Xiao
Yuer: “Kami datang bukan tanpa alasan. Aku membawa misi untukmu karena hanya
kamu lah yang bisa melakukannya, sesuatu yang sangat penting, hingga aku rela
membawa pasukan melewati bahaya ini demi menemuimu.”
Geom-eun
Jangmi: “Jadi, dengan kata lain, kamu meminta bantuanku, Tuan? Menarik! Bicara
tentang bantuan, aku tidak pernah memberikannya secara cuma-cuma. Jika memang
aku harus melakukan sesuatu untukmu, tunjukkan dahulu bahwa kamu layak.
Bertarunglah denganku, dan buktikan kalau kamu bukan hanya pengembara biasa
yang bisa membahayakan nyawa pasukanmu demi sebuah mimpi kosong!” (Suaranya
datar, dingin dan angkuh, tapi di baliknya tersembunyi kepuasan, seperti
seseorang yang akhirnya menemukan lawan sepadan).
Xiao
Yuer: “Aku setuju bertarung, tapi ada satu syarat.” (Mengangkat tangan ke arah
pasukannya yang masih menunggang kuda, menunjukkan batas yang jelas). “Jangan
sentuh pasukanku! Aku akan melawanmu seorang diri.”
“Jangan, Tuan Yuer!!!”, ucap
prajurit serentak penuh kecemasan. Mereka mencengkeram erat tali kekang kuda,
mata mereka penuh ketegangan dan takut membayangkan pertarungan sengit yang
akan datang.
Ha
Baek: “Mawang, kamu benar-benar yakin?” (Melangkah maju, menatap ke arah Xiao
Yuer).
Tanpa ragu, Xiao Yuer mengangguk
mantap. Dia menarik pedangnya perlahan, suara logam yang bergesekan dengan
sarung kayu terdengar tajam di udara yang sunyi. Kilau mata pedang menyambar
cahaya redup siang itu, mencerminkan tekad pemiliknya. Langkahnya pasti saat
dia turun dari kudanya, menapaki tanah hitam yang dingin dan lembap, mendekati
Geom-eun Jangmi yang masih berdiri diam di depan rumahnya.
“Ah… akhirnya.”, gumam Geom-eun
Jangmi. Seolah ini adalah awal dari permainan yang sudah dia nantikan sedari
tadi, dari telapak tangannya mulai berpendar cahaya gelap. Energi itu mengalir,
membentuk sebuah tongkat berwarna hitam pekat, seperti diukir dari bayangan
malam. Kekuatan supranaturalnya menjelma nyata, bersiap menangkis segala
serangan.
Tanpa aba-aba, keduanya melesat
bersamaan. Pedang Xiao Yuer menebas dari samping, gerakannya presisi, cepat,
dan tajam. Geom-eun Jangmi menangkisnya dengan tongkat magisnya, suara benturan
logam dan energi memenuhi udara. Getaran dari benturan itu mengguncang tanah di
bawah kaki mereka.
Pertarungan berlangsung sengit.
Langkah kaki saling mengejar, serangan dan tangkisan bersahut-sahutan seperti
irama yang mengguncang jiwa. Xiao Yuer mengandalkan kelincahan dan teknik bela
diri yang matang, berpadu dengan kekuatan tubuhnya yang terlatih dari banyak
pertempuran. Setiap gerakannya tidak hanya bertujuan menyerang, tapi juga
membaca ritme pertahanan lawan.
Geom-eun Jangmi bukan lawan biasa.
Tongkat magisnya bergerak seolah hidup, melengkung dan menghantam dengan
kekuatan yang sulit dipercaya. Aura gelap dari kekuatan supranaturalnya
menyelimuti setiap gerakan.
Pasukan di belakang menahan nafas.
Ha Baek berdiri tenang, namun sorot matanya penuh siaga. Pertarungan belum
menunjukkan tanda akan berakhir cepat, dua kekuatan yang berbeda, tapi
seimbang, saling menguji dalam medan yang ditentukan oleh tekad dan harga diri.
Di tengah derasnya serangan dan
pertahanan yang saling berkejaran, Geom-eun Jangmi perlahan tersenyum. Tongkat
magisnya berputar sekali di udara, lalu menangkis serangan Xiao Yuer dengan
satu gerakan kuat, membuat tanah retak di bawah mereka.
Geom-eun
Jangmi: “Pedangmu tidak hanya tajam, tapi membawa sesuatu yang lebih. Bukan
cuma keahlian, ada tekad besar dan jiwa yang jernih di balik setiap tebasan.
Sekarang aku mengerti... kenapa kekuatanku tidak bisa menjatuhkanmu.”
Seketika, aura di sekeliling
Geom-eun Jangmi berubah. Dia menancapkan tongkat magisnya ke tanah yang retak,
cahaya gelap keunguan membubung dari tanah, membungkus tongkatnya. Kekuatan
supranaturalnya meningkat dalam sekejap, tongkat magis itu memanjang. Seperti
makhluk hidup yang bangkit dari kedalaman tanah. Satu serangan dari Geom-eun
Jangmi menghantam pertahanan Xiao Yuer dengan kekuatan luar biasa, lebih kuat
dari sebelumnya, dia mengeluarkan kekuatan sejatinya. Tubuh Xiao Yuer terpental
beberapa langkah, kakinya menyeret tanah, lalu jatuh berlutut.
Batuk keras terdengar, dan darah
segar menetes dari bibir Xiao Yuer. Nafasnya berat, pundaknya naik turun
menahan rasa sakit, tubuhnya lemas. Tapi mata itu… tidak menyerah. Dengan satu
tangan gemetar, dia mencengkeram gagang pedangnya, dan perlahan bangkit
kembali.
Xiao
Yuer: “Aku tidak akan mundur… Sebab ini bukan hanya tentang aku.”
Ha Baek melihat tubuh Xiao Yuer yang
mulai goyah dan melemah. Dia merubah wujudnya menjadi aliran air yang
berkilauan, air itu mengalir cepat, menembus sela-sela baju dan kulit Xiao
Yuer, meresap masuk ke dalam tubuhnya, tenaga Xiao Yuer terasa bangkit kembali.
Mata yang tadi redup kini menyala lebih terang, dipenuhi kekuatan yang bukan
lagi sekadar manusia biasa. Ha Baek menyalurkan kekuatan dewa airnya, memadukan
dengan tekad dan jiwa murni Xiao Yuer, menjadikannya satu.
Geom-eun Jangmi mengerutkan kening,
melihat perubahan energi yang berbeda. Cahaya gelap keunguan di sekelilingnya
bergetar, melawan gelombang air berkilau yang kini mengitari Xiao Yuer seperti
badai kecil. Kedua kekuatan supranatural itu bertemu dalam benturan dahsyat.
Xiao Yuer melangkah maju, pedangnya
berkilau diterangi energi Ha Baek. Setiap tebasan bukan hanya serangan fisik,
tapi juga gelombang energi air yang menghancurkan pertahanan gelap Geom-eun
Jangmi. Geom-eun Jangmi berusaha menangkis dengan tongkat magisnya, tapi
semakin lama kekuatannya terkikis oleh kekuatan air Ha Baek yang menyatu dengan
jiwa Xiao Yuer.
Akhirnya, dengan satu serangan
pamungkas, Xiao Yuer menebas ke arah tongkat Geom-eun Jangmi yang mulai retak,
membelah aura gelapnya. Tongkat magis itu pecah, cahaya keunguan memudar
perlahan, dan Geom-eun Jangmi terhuyung, terjatuh ke tanah. Dia menatap Xiao
Yuer dengan pandangan kekaguman dan menerima kekalahan.
Geom-eun
Jangmi: “Kamu memang layak… aku menyerah.”
Ha Baek perlahan keluar dari tubuh
Xiao Yuer, berbentuk wujud cair yang berkilauan sebelum kembali menampakkan
wujud manusianya. Ha Baek menatap Xiao Yuer yang masih terengah, lalu menepuk
bahunya.
Ha
Baek: “Kamu sudah cukup jauh melangkah, Mawang. Biarkan aku membantumu
menuntaskan ini.”
Dengan satu tangan, Ha Baek
menopang Xiao Yuer, membantunya berdiri tegak. Bersama, mereka berjalan
mendekati Geom-eun Jangmi. Xiao Yuer berhenti di hadapan lawannya, dia
mengulurkan tangan.
Xiao
Yuer: “Bangunlah, aku tidak datang untuk menaklukkanmu. Aku datang untuk
meminta bantuanmu.”
Geom-eun
Jangmi: “Tadi kamu sebut... misi. Sekarang jelaskan padaku.” (Mendongak,
memandangi tangan Xiao Yuer dengan ragu sebelum akhirnya menerima uluran
tangannya).
Xiao Yuer membuka lapisan pakaiannya
di bagian dada, memperlihatkan sebuah tattoo bulgae memakan matahari, yang
terukir di sana.
Xiao
Yuer: “Aku ingin kamu membuatkan tattoo palsu seperti ini. Untuk mengelabui
seseorang yang percaya ini adalah simbol memanggil roh kegelapan untuk masuk ke
tubuhnya. Tidak lama nanti, akan ada rombongan berkuda lainnya datang mencarimu
juga.”
Geom-eun
Jangmi: “Dari mana kamu mendapatkannya? Tattoo itu... hanya aku yang bisa
membuatnya. Tapi, aku tidak pernah membuatnya untuk siapa pun.” (Terperanjat,
matanya membelalak menatap tattoo itu).
Xiao
Yuer: “Anggap saja kita terikat oleh takdir dari masa lalu. Masa lalu... yang
kamu sendiri tidak akan mengingatnya. Masa lalu yang aku bicarakan, adalah masa
depan yang akan terjadi.”
Geom-eun Jangmi menatap Xiao Yuer
lama. Perlahan, dia mengangkat tangan dan menyentuh dada Xiao Yuer, tepat di
atas tattoo itu. Matanya terpejam, menerawang sesuatu, potongan-potongan waktu,
bayangan masa silam yang samar, suara-suara yang terkubur dalam kabut waktu.
Beberapa saat kemudian, Geom-eun Jangmi membuka matanya. Tatapannya menajam,
seolah akhirnya menyadari sesuatu yang tidak pernah terjangkau akalnya.
Geom-eun
Jangmi: “Kamu… menjelajahi waktu?”
Xiao Yuer hanya mengangguk
membenarkan, sambil merapikan kembali pakaiannya. Geom-eun Jangmi terdiam
beberapa saat, rasa penasarannya kian membesar.
Geom-eun
Jangmi: “Mmm akan ada rombongan lain yang datang? Mencariku, dan memintaku
membuat tattoo bulgae memakan matahari?” (Seperti sedang menyusun kepingan
teka-teki dalam pikirannya). “Siapa mereka, Tuan? Siapa yang cukup gila untuk
mengejar kutukan itu… dan cukup bodoh untuk percaya mereka bisa
mengendalikannya? Ketika roh kegelapan merasuki tubuh manusia, justru roh itu
lah yang akan mengendalikan, bukan sebaliknya. Roh kegelapan tidak pernah bisa
diperintah. Dia hanya menunggu tubuh yang dirasuki melemah untuk dia kuasai
sepenuhnya.”
Dari langit suara kepakan kuat
terdengar memecah keheningan. Seekor elang hitam besar berputar di udara
sebelum mendarat gagah di bahu Geom-eun Jangmi. Di kaki elang hitam terikat
gulungan surat kecil, disegel rapat dengan lilin merah. Geom-eun Jangmi membuka
gulungan itu dan membaca isinya. Raut wajahnya berubah, bukan keterkejutan,
melainkan senyum kecil sinis yang muncul di sudut bibirnya.
Geom-eun
Jangmi: “Mmm tepat waktu! Rombongan Pangeran Taeguk, mereka sudah tiba di pintu
masuk hutan kabut beracunku. Mereka minta aku menjemput, agar tidak perlu
menanggung risiko berbahaya dari racunku.” (Mata menyipit, nada suaranya seolah
mengejek). “Sebagai imbalan, mereka menawarkan emas batang sebanyak dua peti
penuh.” (Menoleh menatap Xiao Yuer). “Ini mereka, bukan? Yang kamu maksud tadi,
Tuan?”
Xiao Yuer mengangguk, dia merogoh ke
dalam pakaiannya dan mengeluarkan selembar kertas sketsa simbol bulgae tanpa
memakan matahari. Gambar itu jelas rupa seekor anjing api, namun tidak sedang
mengejar atau memangsa apapun. Kosong, netral... palsu.
Xiao
Yuer: “Ini tattoo palsu yang harus kamu berikan pada mereka, tidak akan
memanggil apa-apa, hanya akan memperdaya mereka.”
Geom-eun Jangmi mengambil kertas
itu, menatapnya dengan serius. Lama dia memandangi garis-garis tipis sketsa
itu. Lalu dia tertawa kecil, bukan tawa geli, melainkan tawa kagum.
Geom-eun
Jangmi: “Kamu benar-benar memikirkan semuanya, Tuan Yuer. Kutipan waktu, tipu
daya simbol, dan taktik bertahap. Bahkan aku pun bisa belajar satu dua hal
darimu.” (Melipat kertas sketsa, menyimpannya ke dalam lengan hanboknya).
Geom-eun Jangmi menoleh pada Xiao
Yuer dan menunjuk ke arah sebuah celah di antara dua batu besar, nyaris
tersembunyi di balik semak merambat.
Geom-eun
Jangmi: “Di balik sana ada jalur rahasia. Tidak beracun, tidak dijaga, dan
tidak terpantau. Gunakan itu jika kamu ingin kembali ke istana tanpa harus
bertemu para pemburu kebesaran itu! Aku akan menjemput mereka. Sesuai
rencanamu, Tuan Yuer tidak perlu khawatir, aku bukan tipe yang ingkar janji,
meski emas dua peti sangat menggiurkan.”
Xiao Yuer menatap arah yang
ditunjuk, lalu menoleh kembali pada Geom-eun Jangmi dan mengangguk pelan
sebagai ucapan terima kasih. Ha Baek membantu Xiao Yuer naik ke atas pelana,
lalu melompat ke depan dan mengambil kendali kuda. Xiao Yuer duduk di belakangnya,
tubuhnya masih lemah.
Xiao
Yuer: “Terima kasih, aku percaya padamu Geom-eun Jangmi.”
Geom-eun
Jangmi: “Hati-hati di jalan, Tuan Yuer. Dunia ini... tidak selalu ramah pada
orang-orang baik.”
Xiao Yuer hanya tersenyum, dia
mengangkat tangan dan memberi aba-aba pada pasukannya.
Xiao
Yuer: “Kita kembali ke istana! Ikuti jalur yang ditunjukkan!” (Tegas, meski
suaranya lemah).
Dua puluh prajurit di belakangnya
segera bergerak, mengikuti aba-aba itu tanpa ragu. Derap kaki kuda menyatu
dalam satu irama, menjauh dari tanah pertarungan yang nyaris merenggut nyawa
pemimpin mereka.
Dari kejauhan, Geom-eun Jangmi
berdiri diam, memperhatikan kepergian mereka. Begitu pasukan itu benar-benar
hilang dari pandangan, dia mendesah pelan.
Geom-eun
Jangmi: “Dan sekarang, waktunya kita menyambut tamu yang lain.” (Sambil
tersenyum, lalu memandang elangnya).
Dengan satu gerakan ringan, dia
melompat ke udara, tubuhnya melesat dan perlahan berubah menjadi bayangan ungu
bergerak cepat, mengikuti arah hutan tempat rombongan Pangeran Taeguk telah
menunggu.
Langit mulai meremang, warna jingga
perlahan tergantikan oleh bayangan senja yang menebal. Hutan kabut beracun
telah jauh di belakang mereka, dan kini rombongan Xiao Yuer hampir mencapai
gerbang istana. Suasana di istana Goryeo tampak sunyi namun tidak kehilangan
kewibawaannya. Aula-aula megah yang biasanya dipenuhi langkah para bangsawan
kini kosong, keluarga kerajaan telah dipindahkan sementara ke kediaman
keluargaku, demi alasan keamanan yang tidak bisa diabaikan.
Kesunyian itu bukan pertanda
lengah. Di balik dinding-dinding tinggi istana, ribuan prajurit telah bersiaga.
Armor mereka berkilau tertimpa cahaya obor, dan mata mereka tajam, menyapu
setiap sudut halaman. Gerbang utama terkunci rapat, hanya dibuka untuk satu
tujuan, menyambut siapa pun yang berani menginjakkan kaki sebagai musuh malam
ini.
Di menara pengawas, bendera
kerajaan dikibarkan setengah tiang, tanda bahwa negeri sedang berada dalam
ancaman, namun belum kalah. Angin membawa aroma tegang, seperti senandung
peringatan bagi mereka yang mencoba menggulingkan keseimbangan kekuasaan. Istana
mungkin tampak tenang dari luar, tapi di dalamnya, semua pasukan kerajaan siap
menyambut badai yang akan datang. Dan saat malam benar-benar tiba, pertarungan
untuk mempertahankan tahta akan diperjuangkan.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Gila, battle nya epic banget sih! Bikin merinding!
BalasHapusBerasa scene film, padahal cuma kata2 😭🔥
BalasHapusAuthor nulisnya niat banget, detail battlenya keren parah 🔥📝
BalasHapusnulis scene action sehalus ini tuh kaga gampang. respect banget buat penulis 🙌🔥
BalasHapusTime pertarungan tu, aku terus lupa dunia real. Serius best 😭
BalasHapusIni confirm layak jadi drama fantasi. Netflix, cepat sikit! 🤣📺
BalasHapusCara penulis describe magik tu… vivid gila, aku boleh nampak!
BalasHapusHooh sekeren itu kan? 😍
HapusHa baek masuk badan yuer, air dia terus ganas, tapi magik gelap geom eun jangmi tak kalah ganas. Gempak sangat!
BalasHapusAiyo, kerasukan Ha Baek tu buat cerita makin ‘on’ la! Aku pun teruja tengok! 😆⚔️
BalasHapusKuatnya magik gelap geom-eun jangmi, but ha haek dalam xiao yuer steady je! Mantap!
BalasHapushangpa nak tahu tak? bila ha baek masuk badan yuer, aku terus cakap, "naya la jangmi kali ni!" 😆💀
BalasHapusSame 🤣
HapusSuka cara ha baek melindungi yuer dari dalam, kayak guardian spirit yang selalu ada pas keadaan genting
BalasHapusDeskripsi magic gelap jangmi dan kekuatan air ha baek sangat kontras, yang bikin konfliknya makin terasa nyata dan seru
BalasHapusduel jangmi lawan yuer epic parah!
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
Scene fightnya hidup dan penuh energi
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
Waaa, scene nyaaa udh kyk di film. Keren banget 😍
BalasHapus