Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (18)
Pernikahan Istana
Hari yang dinantikan semua orang
akhirnya tiba. Senyum kebahagiaan terpancar di wajah seluruh penghuni istana.
Di depan kediaman Raja, upacara pernikahan antara Putra Mahkota dan aku
diselenggarakan. Semua pejabat berkumpul untuk menyaksikan pembacaan sumpah
pernikahan kami. Bukan hanya pejabat dari kerajaan Goryeo yang hadir, namun
juga perwakilan dari kekaisaran Mongol.
Di
dapur istana, para koki sibuk menyiapkan jamuan besar, sementara dayang-dayang
berlarian kesana kemari, mengantarkan hidangan ke meja para tamu. Dengan hanbok
pernikahan berwarna merah yang anggun, Putra Mahkota dan aku melangkah
beriringan di atas karpet yang telah disediakan, menuju singgasana Raja dan
Ratu di teras kediaman Raja, untuk memberi penghormatan.
Putra
Mahkota dan aku membungkukkan badan, kemudian bersujud di hadapan Raja dan
Ratu. Setelah itu, kami kembali berdiri, saling berhadapan satu sama lain untuk
mengucapkan sumpah pernikahan.
Gongmin:
“Aku Gongmin, dihadapan Raja dan Ratu, dihadapan para pejabat istana serta para
tamu, dihadapan semua penghuni istana yang ikut andil dalam kelangsungan
pernikahanku hari ini. Aku memutuskan pilihanku, yaitu memilih Noguk sebagai
istriku, di depan kalian semua, aku mengucap janji kepada bumi dan langit. Aku
akan menjaga Noguk mulai sekarang dan selamanya, pada waktu susah, senang,
kelimpahan, kekurangan, sehat, ataupun sakit. Kami akan senantiasa saling
mencintai dan menyayangi sampai maut memisahkan.”
Aku:
“Aku Noguk, memilih Gongmin sebagai suamiku. Kepada bumi dan langit aku
berjanji, mulai sekarang dan selamanya, aku akan setia mendampinginya, selalu
berada di sampingnya, pada waktu susah, senang, kelimpahan, kekurangan, sehat,
ataupun sakit. Kami akan senantiasa saling mencintai dan menyayangi sampai maut
memisahkan.”
Usai
mengucapkan janji pernikahan, kami melanjutkan dengan saling memberi
penghormatan. Putra Mahkota dan aku membungkuk, lalu bersujud bersama-sama,
gerakan yang penuh makna. Kami melakukannya dua kali, sebagai simbol
penghormatan yang mendalam, kini sebagai pasangan suami istri, saling
menghargai dan mencintai.
Di
teras kediaman Raja, beberapa kursi telah disediakan. Dimulai dari kursi paling
kiri, ada Xiao Yuer yang duduk di sana, di samping kanannya duduk Jendral
Guozhi, ayahku. Di sebelah kanan ayahku terdapat dua kursi kosong, satu untukku
dan satu lagi untuk Putra Mahkota. Di samping kursi Putra Mahkota, terdapat
kursi Raja, dan di sebelahnya ada kursi Ratu. Di samping kursi Ratu, ada dua
kursi lagi yang disediakan untuk selir-selir Raja.
Inti
dari upacara pernikahan telah selesai dilaksanakan, dan kini acara berlanjut ke
perjamuan dan hiburan. Putra Mahkota menggenggam tanganku, membantuku menaiki
satu per satu anak tangga menuju teras kediaman Raja. Kami berdua akhirnya
duduk bersama di kursi yang telah disediakan untuk kami.
Raja:
“Dengan pernikahan ini, aku berharap hubungan kekaisaran Mongol dan Goryeo
menjadi lebih baik.” (Berdiri bersorak, sambil mengangkat gelasnya).
“Hidup
Yang Mulia Rajaaaaa!!!”, seru semua orang di sana, bersamaan dengan sorakan
yang menggema. Raja kembali duduk, dibersamai oleh alunan musik yang mulai
terdengar. Beberapa penari kerajaan keluar, menampilkan tarian yang memukau,
menghibur setiap tamu yang hadir. Kami semua mulai menyantap hidangan yang
telah disiapkan, sambil menikmati pertunjukan yang menambah kemeriahan.
Guozhi:
“Makanlah yang banyak putriku.” (Meletakkan sepotong daging diatas nasiku).
“Putri kecil ayah, sudah dewasa dan sudah menikah sekarang.” (Tersenyum).
Aku:
“Terimakasih ayah, aku senang sekali kita duduk bersama seperti ini, setelah
sekian lama. Ayah makanlah yang banyak, jaga kesehatan, jangan terlalu lelah
saat menangani pemerintahan.” (Meletakkan telur dan sayur diatas nasi jendral
Guozhi).
Guozhi:
“Kamu tidak membenci ayah?” (Berkaca-kaca, sambil mengusap punggung
tanganku).
Aku:
“Tidak pernah sedikitpun, Noguk selalu menunggu ayah, Noguk selalu merindukan
ayah. Noguk berharap, suatu hari nanti kita memiliki lebih banyak waktu duduk
bersama, makan bersama, mengobrol bersama seperti sekarang. Bersama dengan Yuer
juga.” (Menepuk punggung tangan jendral Guozhi dengan lembut).
Melihat
Jenderal Guozhi membuat hatiku terharu. Meskipun aku bukan Noguk, putrinya,
tapi di dalam tubuh ini, aku bisa merasakan betapa besar kasih sayang Noguk
terhadap ayah dan abangnya. Noguk telah menanti lama untuk memiliki waktu
bersama keluarganya. Kesibukan Jenderal Guozhi dan Yuer sering membuatnya
merasa kesepian. Untungnya, ada Hye Soo yang selalu menemani.
Guozhi:
“Ayah sangat menyayangimu, kamu cantik sekali hari ini. Sama cantiknya seperti
mendiang ibumu dulu.” (Tersenyum, kemudian memelukku).
Aku:
“Noguk juga sayang ayah.” (Membalas pelukan).
Putra Mahkota menoleh ke arahku, dia
ikut tersenyum melihatku dan ayah berpeluk hangat saling mengungkapkan rasa
sayang.
Guozhi:
“Putra Mahkota, jaga putriku… aku titipkan dia padamu.” (Ucapnya menyadari
Putra Mahkota memperhatikan, sambil melepaskan pelukan).
Gongmin:
“Ayah mertua tenang saja, ayah bisa mengandalkanku.” (Mengangguk dan
tersenyum).
Xiao
Yuer: “Ssstt sssttt sssstttt… Noguk…” (Memanggilku dengan nada berbisik).
Guozhi:
“Berhenti bersikap kekanakan! Adikmu seorang Putri Mahkota sekarang. Jaga
sikapmu!” (Memukul paha Yuer).
Xiao
Yuer: “Apapun jabatannya sekarang, dia tetaplah adikku.” (Tidak mau
disalahkan).
Putra Mahkota dan aku tertawa kecil
melihat jendral Guozhi mengomeli Xiao Yuer yang dianggap bersikap kekanakan.
Aku:
“Ssstt sssttt sssstttt… ada apa?” (Mengikuti gaya memanggil yang dilakukan
Yuer).
Guozhi:
“Kalian berdua! Sama saja!” (Menoleh ke arahku kemudian menggelengkan kepala).
Raja
dan Ratu menyadari ada keributan antara kami, Yang Mulia Raja bertanya pada
Putra Mahkota tentang apa yang terjadi, setelah Putra Mahkota menceritakannya.
Raja dan Ratu ikut tertawa mendengarnya. Xiao Yuer memanggilku untuk memberiku
hadiah, dia memberikan padaku sebuah kotak berisi beberapa buku dengan lembar
masih kosong, ada kuas tinta baru juga disana.
Aku:
“Yueeerrrrr…” (Terharu karena aku sangat menyukai hadiah darinya).
Xiao
Yuer: “Kamu menyukai hadiahku?”
Aku:
“Uhum, aku sukaaaaa. Kamu paling tau apa yang aku sukai, terimakasih Yuer.”
(Mengangguk).
Putra Mahkota melirikku. Ekspresi
wajahnya mengisyaratkan, seolah bertanya padaku tentang apa isi kotak hadiah
dari Yuer. Aku pun menunjukkan isinya pada Putra Mahkota.
Gongmin:
“Waaahh buku dan kuas tinta, sepertinya Yuer sangat mendukung hobimu dalam
menulis. Dia seorang abang yang jeli, melihat bakat terpendam adiknya.”
(Tersenyum memperhatikan isi kotak).
Aku:
“Apa yang baru saja kamu katakan?” (Tiba-tiba menyadari sesuatu).
Gongmin:
“Mmm…?? Soal apa? Yuer mendukung hobimu?” (Bingung dengan pertanyaanku).
Aku:
“Itu dia, dalam ingatan Noguk yang terlihat olehku. Seharusnya Yuer tidak
mengetahui kalau Noguk suka menulis.”
Gongmin:
“Kamu yakin soal itu? Tapi, kenapa dia memberimu hadiah ini? Tidak mungkin
tanpa alasan.”
Aku:
“Sejujurnya, beberapa waktu yang lalu. Ketika aku berhasil melihat keseluruhan
dari ingatan Noguk, aku menyadari ada perbedaan cukup jauh tentang sikap Yuer
yang kita kenal sekarang, dengan Yuer yang dulu. Namun, beberapa kali aku
menepisnya. Beranggapan kalau aku saja yang berpikir berlebihan.”
Gongmin:
“Perbedaan seperti apa tepatnya?”
Aku:
“Dalam ingatan Noguk, Yuer adalah sosok yang ambisius. Dia juga selalu menuruti
apa yang dikatakan oleh jendral Guozhi, baginya… ucapan ayah adalah perintah.
Tidak hanya itu, dia bersedia melakukan apapun yang ayah inginkan, hanya untuk
mendapat pengakuan dari ayah, untuk mendapat pujian dari ayah, semacam itu.”
(Mengingat-ingat). “Yuer tidak pernah sehangat ini pada Noguk, dia sosok abang
yang tegas. Tapi memang benar, Yuer sangat menyayangi Noguk, kali ini cara
menyampaikan sayangnya berbeda.” (Menatap Putra Mahkota, meminta pendapat).
Gongmin:
“Mulai sekarang, kita harus lebih berhati-hati dan cermat dalam mengamati lawan
bicara. Semakin kita berusaha mengubah masa lalu, berusaha mencegah hal buruk
terjadi, dan memperbaikinya. Kita harus bersiap dengan variabel yang akan
muncul di depan kita.” (Menggenggam erat tanganku). “Jangan terlalu cemas, kita
bisa menghadapinya bersama.” (Tersenyum).
Aku:
“Hwang In, menurutmu apakah kita akan berhasil? Akankah kita memperbaiki? Atau
justru memperburuk semuanya?”
Gongmin:
“Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, Byeol. Setidaknya, kita telah melakukan
yang terbaik dengan kesempatan yang diberikan kepada kita, apapun hasil
akhirnya nanti.” (Membawaku bersandar padanya).
Ditengah
hati yang dilanda kecemasan, kami berdua tidak boleh terlalu memperlihatkan,
apalagi jika sampai mengundang kecurigaan.
Gongmin:
“Ini hari pernikahan kita, sudah seharusnya kita berbahagia. Singkirkan dulu
semua prasangka yang membawa luka. Aku tau, kamu mulai menyayangi Yuer sebagai
abangmu, mungkin memang benar, kita yang terlalu berpikir berlebihan.” (Melepas
pelukannya, menatapku lekat, mengusap pipiku lembut, kemudian mengecup
keningku).
Aku:
“Uhum, aku tidak ingin merusak moment bahagia kita.” (Memejamkan mata, saat
Putra Mahkota mengecup keningku).
Gongmin:
“Tidak apa, aku memahami mu, istrikuuu.” (Tersenyum). “Setelah pesta pernikahan
kita selesai, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” (Lanjutnya).
Aku:
“Kamu membuatku berdebar, saat memanggilku dengan sebutan, istriku.”
(Tersenyum). “Suamiku akan mengajakku kemana?” (Penasaran).
Gongmin:
“Mmm rahasia, anggap saja ini kejutan untuk malam pernikahan kita. Aku yakin,
istriku akan menyukainya.” (Mencubit hidungku).
Beberapa pasang mata memperhatikan
kami berdua, tanpa kami sadari. “Yang Mulia Putra Mahkota ternyata bisa semanis
itu terhadap Putri Mahkota. Padahal banyak dayang kediaman Putra Mahkota yang
mengatakan, kalau Yang Mulia sedingin ice kutub.”, ucap salah satu dayang
istana yang sedang berkerumun dari kejauhan.
“Bukan hanya itu, Yang Mulia juga
memiliki julukan musim dingin abadi.”, timpal dayang lainnya. Meski tidak
seorang pun mendengar apa yang sedang aku dan Putra Mahkota bicarakan, gestur
dan mimik muka kami berdua cukup mencuri perhatian.
Beberapa
jam telah berlalu. Rangkaian acara pesta pernikahan akhirnya sampai di
penghujung. Hari pun semakin gelap, dan semua tamu telah meninggalkan halaman
kediaman Raja. Jenderal Guozhi dan Xiao Yuer menginap di istana malam ini. Raja
telah menyiapkan tempat untuk mereka beristirahat. Para selir kembali ke
kediaman mereka masing-masing, sedangkan Ratu malam ini akan bermalam di
kediaman Raja. Atas titah Baginda, Ratu akan menemaninya.
Begitu juga aku dan Putra Mahkota,
kami ikut meninggalkan kediaman Raja. Kami berjalan beriringan menikmati langit
malam, diikuti kasim dari kediaman Putra Mahkota, serta para dayang dari
kediaman kami.
Gongmin:
“Malam ini, mari kita tidur di kediamanmu. Aku penasaran dengan kediaman
istriku.” (Sedari tadi tidak pernah melepaskan genggamannya, terus menggandeng
tanganku).
Aku:
“Ke mana pun kamu ingin pergi, di mana pun kamu akan singgah, aku akan ikut
denganmu.” (Menatap tangan kami yang saling menggenggam, dan tersenyum).
Gongmin:
“Kenapa kamu memperhatikan tangan kita seperti itu? Kamu tidak suka jika aku
terus menggenggam tanganmu?” (Melirikku).
Aku:
“Tentu aku menyukainya.” (Menjawab dengan secepat mungkin).
Jawabanku yang refleks membuat kasim
dan para dayang berusaha menahan tawa. Beberapa bahkan saling melempar pandang
sambil menundukkan kepala, tidak berani mengganggu moment kecil di antara aku
dan Putra Mahkota.
Putra
Mahkota tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menatapku dengan pandangan yang
dalam, sebuah tatapan yang hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang telah
berbagi banyak hal, melewati banyak waktu bersama.
Telinganya
memerah, bukan karena kami terlalu dekat atau suasana menjadi canggung,
melainkan karena jawabanku tadi. Entah kenapa, kalimatku seolah membuatnya
terkejut sekaligus tersipu. Aku tersenyum kecil, kami berdua tahu bahwa ini
adalah moment yang sederhana, tapi terasa lebih dari sekadar langkah malam yang
kami lalui bersama.
Gongmin:
“Ekhemmm.” (Mendehem, mengendalikan dirinya yang sempat salah tingkah). “Hye
Soo… kasim Lee… bisakah kalian membawa dayang lainnya untuk pergi ke kediaman
Putri Mahkota lebih dulu?” (Menoleh ke arah Hye Soo dan kasim Lee).
Kasim:
“Tapi Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota akan pergi ke mana?”
Gongmin:
“Ke tempat yang indah untuk menghabiskan malam pernikahan kami, tentu saja
tanpa kalian. Laksanakan saja titahku, kalian semua beristirahat lah. Hari ini
pasti sangat melelahkan, aku dan Putri Mahkota akan kembali besok pagi.”
(Mengajakku berlalu meninggalkan mereka). “Malam ini kalian bebas tugas,
manfaatkan dengan baik kesempatan langka ini, tidurlah dengan nyenyak.”
(Melambaikan tangan tanpa menoleh kebelakang).
“Jaga diri dan cepatlah kembali Yang
Muliaaa.”, ucap serentak kasim dan para dayang. Mereka semua menunduk untuk
memberi hormat, terukir kecemasan di raut wajah mereka. Mereka mencemaskan aku
dan Putra Mahkota, tapi tidak bisa melawan titah Yang Mulia.
Aku:
“Apa ini tidak akan menimbulkan masalah, jika kita pergi tanpa mereka? Mereka
tidak akan mendapat hukuman kan? Karena dianggap lalai dari tugas, yang
seharusnya mendampingi kita.” (Aku justru mencemaskan mereka).
Gongmin:
“Siapa yang berani menghukum mereka? Aku yang membebas tugaskan mereka semua,
aku sengaja melakukannya, beberapa hari ini mereka sangat sibuk menyiapkan
pernikahan kita. Malam ini, setidaknya biarkan mereka beristirahat dengan
nyenyak. Selain itu, aku ingin memiliki waktu hanya berdua denganmu.” (Mencium
punggung tanganku).
Aku:
“Semakin mengenalmu, ternyata banyak sisi manis yang baru aku ketahui dari
dirimu, Hwang In.” (Tersipu).
Kaki kami berdua melangkah dengan
langkah seirama, membawa kami ke sebuah tempat yang sunyi namun memiliki
pemandangan yang indah. Tempat ini masih berada di kawasan istana, hanya saja
letaknya di ujung belakang. Tidak ada yang berlalu lalang disini, benar-benar
seperti sisi lain istana yang jarang sekali dikunjungi.
Aku:
“Tempat apa ini? Aku baru tau, ada tempat seperti ini di dalam istana.”
(Takjub).
Gongmin:
“Indah bukan? Dari sini kita bisa melihat rumah penduduk di bawah sana. Suasana
di sini juga tenang, coba lihatlah ke atas! Hamparan langit malam penuh
bintang, kita juga bisa melihatnya dengan jelas.” (Menarik nafas panjang,
menikmati semilir angin malam).
Aku:
“Sepertinya kamu sangat mengenal tempat ini, kamu sering ke sini?”
Gongmin:
“Ini adalah tempat favoritku di istana, aku sering datang ke sini untuk
melukis. Choe Yeong juga sering ke sini, kami berdua berlatih bela diri bersama
di sini.” (Jelasnya). “Kemarilah Byeol, kita duduk di gazebo itu.” (Mengajakku
duduk disebuah gazebo kayu).
Aku:
“Tempat yang tenang dengan pemandangan yang begitu indah. Sayangnya, tidak
banyak penghuni istana yang datang ke sini, mereka melewatkan semua keindahan
ini. Hwang In, apa ini semacam tempat rahasia?” (Menurut duduk di gazebo).
Gongmin:
“Tidak juga, tempat ini sepi dan menjadi jarang dikunjungi karena adanya rumor
horror beredar.” (Duduk dibelakangku, memelukku dari belakang).
Aku:
“Rumor horror? Rumor seperti apa?” (Mengusap tangan Putra Mahkota yang perlahan
melingkar di perutku).
Gongmin:
“Coba lihat kediaman di sebelah sana, nampak terbengkalai kan?” (Menunjuk ke
arah sebuah kediaman yang tidak jauh dari tempat kami berada). “Dulu, kediaman
itu milik Ratu. Ada sebuah kebakaran besar yang menghanguskannya. Ratu hampir
saja terbunuh di sana. Beruntung, Ratu berhasil diselamatkan, tapi kebakaran
itu tetap memakan korban. 4 dayang yang bertugas di kediaman Ratu tewas dalam
peristiwa itu.” (Mulai menceritakan kisah kelam yang menyelimuti kediaman itu,
suaranya sedikit meredup, seolah perasaan turut terbakar bersama kenangan).
Aku:
“Lalu apa yang terjadi setelahnya?” (Mendengarkan cerita dengan seksama).
Gongmin:
“Ada rumor beredar, bahwa arwah dayang yang menjadi korban bergentayangan.
Membuat semua orang perlahan takut dan meninggalkan tempat ini begitu saja.”
(Menyandarkan kepala di bahuku).
Aku:
“Aaa begitu rupanya… tapi Hwang In, bagaimana bisa kediaman itu mengalami
kebakaran?” (Mengusap pipi Putra Mahkota).
Gongmin:
“Kebakaran itu sepertinya bukan sebuah kebetulan, semuanya tampak telah
direncanakan, ini sebuah percobaan pembunuhan. Dan orang di balik kejadian itu
adalah Selir Agung, ibunda Pangeran Taeguk. Wanita itu... telah melakukan
begitu banyak kejahatan terhadapku dan Yang Mulia Ratu. Tujuannya jelas,
merebut tahta Ratu, dan menjadikan Pangeran Taeguk sebagai Putra Mahkota.”
(Memejamkan mata, semakin memelukku dengan manjanya).
Aku:
“Aku bersyukur, dewa melindungi kamu dan Ratu. Dewa pasti sangat menyayangi
kalian berdua, karena kalian berdua orang yang baik.” (Menoleh, dan mengecup
lembut pipi Putra Mahkota).
Putra Mahkota menoleh menatapku,
setelah sebuah kecupan mendarat di pipinya, senyum manis terukir di wajah
tampannya. Dia mendekat, begitu dekat hingga kening kami bersentuhan. Hawa
hangat tubuhnya terasa menyelimuti diriku. Dengan manjanya, dia mengusapkan
hidungnya ke hidungku, seakan menikmati setiap detik kebersamaan kami.
Tangan
nakalnya mulai bergerak, meraih tali hanbok yang aku kenakan, berniat
melepaskannya dengan lembut. Namun detik itu, sebuah keraguan muncul dalam
diriku. Aku menghentikannya sejenak, menatap matanya yang penuh hasrat dan
kelembutan. Rasanya, waktu seolah berhenti.
Gongmin:
“Kenapa?” (Sedikit kecewa).
Aku:
“Bukan begitu, apa kamu yakin? Kamu ingin kita melakukannya disini?” (Mengamati
suasana sekitarnya).
Gongmin:
“Tidak ada orang di sekitar sini, hanya ada kita berdua.” (Kembali dengan
tingkah nakalnya, mulai mengecup leherku).
Aku:
“Eeeuummmhh Hwang In, bagaimana jika tiba-tiba ada orang yang tidak sengaja
kesini?” (Mulut berusaha menghentikan, tapi tubuhku tidak bisa menolaknya).
Gongmin:
“Percaya padaku, tidak akan ada yang kesini. Saat siang pun tidak ada, apalagi
malam hari, untuk keperluaan apa? Tidak ada hal penting yang menjadi alasan
mereka datang kemari.” (Mengecup belakang telingaku, dan mengulum daun
telinga).
Aku:
“Aaaaahhh tapi…” (Tidak sempat melanjutkan kalimat).
Putra Mahkota menghentikan penolakan
ku, membungkam ku dengan cara yang manis. Dikecupnya bibirku dengan penuh
kelembutan dan kehangatan. Nafas kami berdua semakin berat, bersamaan dengan
desahan tipis yang keluar tidak terhindarkan.
Di
bawah langit malam yang dihiasi gemerlap bintang, seolah setiap bintang di atas
sana menjadi saksi dari moment penuh cinta, di malam pernikahan kami. Kami
berciuman dan bercumbu, dengan naungan gazebo kayu yang seakan melindungi kami
dari dunia luar, memberi kami ruang untuk merasakan hanya satu sama lain.
“Sring
sriiiiing sriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.”, aku mendengar samar-samar ada suara
pertarungan. Awalnya aku ragu, namun suara itu semakin jelas di telingaku.
Aku:
“Aaahh aaaaahhh… Hwang In kamu dengar itu?” (Ucapku disela desahku, berbisik di
telinga Putra Mahkota).
Gongmin:
“Eeeuummmhh, suara apa? Aku tidak mendengar apapun.” (Sambil menghentakkan
tubuh kami, kala itu aku berada dalam pangkuannya, kami saling berhadapan dan
berpeluk).
Aku:
“Seperti suara orang bertarung eeeuummmhh aaahh.” (Memeluk erat tubuh Putra
Mahkota).
Setelah beberapa menit berlalu, kami
berdua mencapai puncak kenikmatan. Desahan panjang terdengar bersamaan, saling
melengkapi dalam keheningan yang penuh gairah.
Gongmin:
“Kamu benar! Aku mendengar suara pedang seperti saling menangkis.” (Menurunkan
ku dari pangkuannya, kemudian merapikan pakaiannya).
Aku:
“Haruskah kita mengeceknya?” (Merapikan pakaian).
Gongmin:
“Ini terlalu bahaya, tapi aku juga penasaran.” (Bimbang).
Aku:
“Tenang saja, kamu lupa? Aku bisa bertarung, ayo kita melihatnya!” (Menarik
lengan Putra Mahkota).
Tampak ada 5 orang menggunakan
pakaian seperti anggota sekte kalajengking sedang bertarung dengan seorang
pemuda. Dari balik bebatuan, aku dan Putra Mahkota memperhatikan pertarungan
mereka. Mataku terbelalak, saat mengetahui siapa pemuda yang sedang bertarung
itu.
Aku:
“Itu Yuer!” (Ucapku terkejut).
Gongmin:
“Ssstt… Byeol, pelankan suaramu!” (Meletakkan jari telunjuknya ke bibirku).
Aku:
“Kita harus menolongnya! Kamu tau sendiri, pedang anggota sekte kalajengking
beracun.” (Memelankan suara, bicara dengan nada berbisik).
Gongmin:
“Kita perhatikan dulu, sebenarnya ada masalah apa diantara mereka. Baru kita
bisa memutuskan akan bertindak bagaimana, kamu sendiri yang mengatakan, kalau
Yuer yang sekarang berbeda dari Yuer yang Noguk kenal di masa lalu. Ini
kesempatan kita mencari tau, jangan bertindak gegabah. Ikuti rencanaku,
dengarkan titahku mmm.” (Menggenggam tanganku).
Aku:
“Baiklah, aku akan mengikuti perintahmu.” (Mengangguk).
Kami berdua kembali memperhatikan
pertarungan antara Xiao Yuer dengan 5 anggota sekte kalajengking.
Xiao
Yuer: “Jadi kalian yang diperintahkan Taeguk untuk menggantikanku melakukan
rencana liciknya, setelah aku menolak berkerjasama dengannya?” (Tertawa).
“Sampah seperti kalian bisa apa?! Selama aku masih bernafas, aku pastikan
kesalahanku di masa lalu tidak akan terulang! Enyahlah kalian atau kalian akan
tinggal nama malam ini!” (Teriaknya penuh amarah).
Ungkapan
Yuer meninggalkan sejuta tanya di benakku dan Putra Mahkota. Apa hubungan
antara Yuer dan Taeguk? Dan, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesalahan masa
lalunya?
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
gila si! ini chapter 18+ tapi langka gitu menurut gue. apa ya, feel romantis 18+ nya dapat, intimnya dapat juga. terus dipadukan ama keseluruhan rangkaian cerita, jadinya seru bjirrr. momen enak2 di ruang terbukanya gue kebayang, the best thor
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapusWahhhh, jadi semakin penasaran knp yuer? Semangat kk milee😍🥰
semakin kesini, authornya makin ngajak tebak2 an yaaa. ngga bisa nebak tapi tetep aja ini otak ikutan nebak. slalu ada plot twist yang dinantikan readers. menyala author!!! semangat thor!
BalasHapusNovel terseru yang gua baca tahun ini
BalasHapusBisa gitu yaa?! Speechless antara transisi habis enak2 terus ngintip suara orang berantem. Smooth banget thor, suka! Bikin penasaran jga itu si yuer kenapa dah di masa lalu
BalasHapusmilee, you're the best. gk da chapters yang gk bikin penasaran, setiap chaptersnya candu, kek 1 chapters gk cukup, maunya diajak marathon baca wkwkw. semangat milee!
BalasHapussetiap scene boleh terbayang, detail jelaskan. rasa macam i pun tengah kat sana, dalam cerita. the storyline always makes me curious, semangat milee writernim
BalasHapusWaktu di chapter 16 dah teriak, sekarang chapter 18 teriak lagi. Cara sisipkan scene 18+ nya beda dari cerita kebanyakan, gak ngebikin geli, malah buat ikut excited, ikut salting, gemes jugak, overall bagus dan always buat curious kelanjutannya
BalasHapusGatau harus komen apa, cuman mau bilang ke authornya. I love your story, love this story so much
BalasHapusKak Milee I'm your fans now, ini crita kalo dibuat drama keren sih kayaknya
BalasHapusapa yang sebenarnya terjadi pada yuer di masa lalu? jeng jeng, tunggu di chapter berikutnya 😂
BalasHapusmilee writernim, jgn lama2 up next chapter, sudah penasaran 😋
always menikmati alur cerita serta menantikan semua misteri terungkap
BalasHapus18+ nya nakal tipis² wkwk, keseluruhan seru si
BalasHapuscritane menarik lan apik, pokoke joss thor awokwok 🤣
BalasHapus