Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (18)


 

  Pernikahan Istana

            Hari yang dinantikan semua orang akhirnya tiba. Senyum kebahagiaan terpancar di wajah seluruh penghuni istana. Di depan kediaman Raja, upacara pernikahan antara Putra Mahkota dan aku diselenggarakan. Semua pejabat berkumpul untuk menyaksikan pembacaan sumpah pernikahan kami. Bukan hanya pejabat dari kerajaan Goryeo yang hadir, namun juga perwakilan dari kekaisaran Mongol. 



Di dapur istana, para koki sibuk menyiapkan jamuan besar, sementara dayang-dayang berlarian kesana kemari, mengantarkan hidangan ke meja para tamu. Dengan hanbok pernikahan berwarna merah yang anggun, Putra Mahkota dan aku melangkah beriringan di atas karpet yang telah disediakan, menuju singgasana Raja dan Ratu di teras kediaman Raja, untuk memberi penghormatan.

Putra Mahkota dan aku membungkukkan badan, kemudian bersujud di hadapan Raja dan Ratu. Setelah itu, kami kembali berdiri, saling berhadapan satu sama lain untuk mengucapkan sumpah pernikahan.

Gongmin: “Aku Gongmin, dihadapan Raja dan Ratu, dihadapan para pejabat istana serta para tamu, dihadapan semua penghuni istana yang ikut andil dalam kelangsungan pernikahanku hari ini. Aku memutuskan pilihanku, yaitu memilih Noguk sebagai istriku, di depan kalian semua, aku mengucap janji kepada bumi dan langit. Aku akan menjaga Noguk mulai sekarang dan selamanya, pada waktu susah, senang, kelimpahan, kekurangan, sehat, ataupun sakit. Kami akan senantiasa saling mencintai dan menyayangi sampai maut memisahkan.”

Aku: “Aku Noguk, memilih Gongmin sebagai suamiku. Kepada bumi dan langit aku berjanji, mulai sekarang dan selamanya, aku akan setia mendampinginya, selalu berada di sampingnya, pada waktu susah, senang, kelimpahan, kekurangan, sehat, ataupun sakit. Kami akan senantiasa saling mencintai dan menyayangi sampai maut memisahkan.”

Usai mengucapkan janji pernikahan, kami melanjutkan dengan saling memberi penghormatan. Putra Mahkota dan aku membungkuk, lalu bersujud bersama-sama, gerakan yang penuh makna. Kami melakukannya dua kali, sebagai simbol penghormatan yang mendalam, kini sebagai pasangan suami istri, saling menghargai dan mencintai.

Di teras kediaman Raja, beberapa kursi telah disediakan. Dimulai dari kursi paling kiri, ada Xiao Yuer yang duduk di sana, di samping kanannya duduk Jendral Guozhi, ayahku. Di sebelah kanan ayahku terdapat dua kursi kosong, satu untukku dan satu lagi untuk Putra Mahkota. Di samping kursi Putra Mahkota, terdapat kursi Raja, dan di sebelahnya ada kursi Ratu. Di samping kursi Ratu, ada dua kursi lagi yang disediakan untuk selir-selir Raja.

Inti dari upacara pernikahan telah selesai dilaksanakan, dan kini acara berlanjut ke perjamuan dan hiburan. Putra Mahkota menggenggam tanganku, membantuku menaiki satu per satu anak tangga menuju teras kediaman Raja. Kami berdua akhirnya duduk bersama di kursi yang telah disediakan untuk kami.

Raja: “Dengan pernikahan ini, aku berharap hubungan kekaisaran Mongol dan Goryeo menjadi lebih baik.” (Berdiri bersorak, sambil mengangkat gelasnya).

“Hidup Yang Mulia Rajaaaaa!!!”, seru semua orang di sana, bersamaan dengan sorakan yang menggema. Raja kembali duduk, dibersamai oleh alunan musik yang mulai terdengar. Beberapa penari kerajaan keluar, menampilkan tarian yang memukau, menghibur setiap tamu yang hadir. Kami semua mulai menyantap hidangan yang telah disiapkan, sambil menikmati pertunjukan yang menambah kemeriahan.

Guozhi: “Makanlah yang banyak putriku.” (Meletakkan sepotong daging diatas nasiku). “Putri kecil ayah, sudah dewasa dan sudah menikah sekarang.” (Tersenyum).

Aku: “Terimakasih ayah, aku senang sekali kita duduk bersama seperti ini, setelah sekian lama. Ayah makanlah yang banyak, jaga kesehatan, jangan terlalu lelah saat menangani pemerintahan.” (Meletakkan telur dan sayur diatas nasi jendral Guozhi).

Guozhi: “Kamu tidak membenci ayah?” (Berkaca-kaca, sambil mengusap punggung tanganku). 

Aku: “Tidak pernah sedikitpun, Noguk selalu menunggu ayah, Noguk selalu merindukan ayah. Noguk berharap, suatu hari nanti kita memiliki lebih banyak waktu duduk bersama, makan bersama, mengobrol bersama seperti sekarang. Bersama dengan Yuer juga.” (Menepuk punggung tangan jendral Guozhi dengan lembut).

Melihat Jenderal Guozhi membuat hatiku terharu. Meskipun aku bukan Noguk, putrinya, tapi di dalam tubuh ini, aku bisa merasakan betapa besar kasih sayang Noguk terhadap ayah dan abangnya. Noguk telah menanti lama untuk memiliki waktu bersama keluarganya. Kesibukan Jenderal Guozhi dan Yuer sering membuatnya merasa kesepian. Untungnya, ada Hye Soo yang selalu menemani.

Guozhi: “Ayah sangat menyayangimu, kamu cantik sekali hari ini. Sama cantiknya seperti mendiang ibumu dulu.” (Tersenyum, kemudian memelukku).

Aku: “Noguk juga sayang ayah.” (Membalas pelukan).

            Putra Mahkota menoleh ke arahku, dia ikut tersenyum melihatku dan ayah berpeluk hangat saling mengungkapkan rasa sayang.

Guozhi: “Putra Mahkota, jaga putriku… aku titipkan dia padamu.” (Ucapnya menyadari Putra Mahkota memperhatikan, sambil melepaskan pelukan).

Gongmin: “Ayah mertua tenang saja, ayah bisa mengandalkanku.” (Mengangguk dan tersenyum).

Xiao Yuer: “Ssstt sssttt sssstttt… Noguk…” (Memanggilku dengan nada berbisik).

Guozhi: “Berhenti bersikap kekanakan! Adikmu seorang Putri Mahkota sekarang. Jaga sikapmu!” (Memukul paha Yuer).

Xiao Yuer: “Apapun jabatannya sekarang, dia tetaplah adikku.” (Tidak mau disalahkan).

            Putra Mahkota dan aku tertawa kecil melihat jendral Guozhi mengomeli Xiao Yuer yang dianggap bersikap kekanakan.

Aku: “Ssstt sssttt sssstttt… ada apa?” (Mengikuti gaya memanggil yang dilakukan Yuer).

Guozhi: “Kalian berdua! Sama saja!” (Menoleh ke arahku kemudian menggelengkan kepala).

Raja dan Ratu menyadari ada keributan antara kami, Yang Mulia Raja bertanya pada Putra Mahkota tentang apa yang terjadi, setelah Putra Mahkota menceritakannya. Raja dan Ratu ikut tertawa mendengarnya. Xiao Yuer memanggilku untuk memberiku hadiah, dia memberikan padaku sebuah kotak berisi beberapa buku dengan lembar masih kosong, ada kuas tinta baru juga disana.

Aku: “Yueeerrrrr…” (Terharu karena aku sangat menyukai hadiah darinya).

Xiao Yuer: “Kamu menyukai hadiahku?”

Aku: “Uhum, aku sukaaaaa. Kamu paling tau apa yang aku sukai, terimakasih Yuer.” (Mengangguk).

            Putra Mahkota melirikku. Ekspresi wajahnya mengisyaratkan, seolah bertanya padaku tentang apa isi kotak hadiah dari Yuer. Aku pun menunjukkan isinya pada Putra Mahkota.

Gongmin: “Waaahh buku dan kuas tinta, sepertinya Yuer sangat mendukung hobimu dalam menulis. Dia seorang abang yang jeli, melihat bakat terpendam adiknya.” (Tersenyum memperhatikan isi kotak).

Aku: “Apa yang baru saja kamu katakan?” (Tiba-tiba menyadari sesuatu).

Gongmin: “Mmm…?? Soal apa? Yuer mendukung hobimu?” (Bingung dengan pertanyaanku).

Aku: “Itu dia, dalam ingatan Noguk yang terlihat olehku. Seharusnya Yuer tidak mengetahui kalau Noguk suka menulis.”

Gongmin: “Kamu yakin soal itu? Tapi, kenapa dia memberimu hadiah ini? Tidak mungkin tanpa alasan.”

Aku: “Sejujurnya, beberapa waktu yang lalu. Ketika aku berhasil melihat keseluruhan dari ingatan Noguk, aku menyadari ada perbedaan cukup jauh tentang sikap Yuer yang kita kenal sekarang, dengan Yuer yang dulu. Namun, beberapa kali aku menepisnya. Beranggapan kalau aku saja yang berpikir berlebihan.”

Gongmin: “Perbedaan seperti apa tepatnya?”

Aku: “Dalam ingatan Noguk, Yuer adalah sosok yang ambisius. Dia juga selalu menuruti apa yang dikatakan oleh jendral Guozhi, baginya… ucapan ayah adalah perintah. Tidak hanya itu, dia bersedia melakukan apapun yang ayah inginkan, hanya untuk mendapat pengakuan dari ayah, untuk mendapat pujian dari ayah, semacam itu.” (Mengingat-ingat). “Yuer tidak pernah sehangat ini pada Noguk, dia sosok abang yang tegas. Tapi memang benar, Yuer sangat menyayangi Noguk, kali ini cara menyampaikan sayangnya berbeda.” (Menatap Putra Mahkota, meminta pendapat).

Gongmin: “Mulai sekarang, kita harus lebih berhati-hati dan cermat dalam mengamati lawan bicara. Semakin kita berusaha mengubah masa lalu, berusaha mencegah hal buruk terjadi, dan memperbaikinya. Kita harus bersiap dengan variabel yang akan muncul di depan kita.” (Menggenggam erat tanganku). “Jangan terlalu cemas, kita bisa menghadapinya bersama.” (Tersenyum).

Aku: “Hwang In, menurutmu apakah kita akan berhasil? Akankah kita memperbaiki? Atau justru memperburuk semuanya?”

Gongmin: “Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu, Byeol. Setidaknya, kita telah melakukan yang terbaik dengan kesempatan yang diberikan kepada kita, apapun hasil akhirnya nanti.” (Membawaku bersandar padanya).

Ditengah hati yang dilanda kecemasan, kami berdua tidak boleh terlalu memperlihatkan, apalagi jika sampai mengundang kecurigaan.

Gongmin: “Ini hari pernikahan kita, sudah seharusnya kita berbahagia. Singkirkan dulu semua prasangka yang membawa luka. Aku tau, kamu mulai menyayangi Yuer sebagai abangmu, mungkin memang benar, kita yang terlalu berpikir berlebihan.” (Melepas pelukannya, menatapku lekat, mengusap pipiku lembut, kemudian mengecup keningku).

Aku: “Uhum, aku tidak ingin merusak moment bahagia kita.” (Memejamkan mata, saat Putra Mahkota mengecup keningku).

Gongmin: “Tidak apa, aku memahami mu, istrikuuu.” (Tersenyum). “Setelah pesta pernikahan kita selesai, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.” (Lanjutnya).

Aku: “Kamu membuatku berdebar, saat memanggilku dengan sebutan, istriku.” (Tersenyum). “Suamiku akan mengajakku kemana?” (Penasaran).

Gongmin: “Mmm rahasia, anggap saja ini kejutan untuk malam pernikahan kita. Aku yakin, istriku akan menyukainya.” (Mencubit hidungku).

            Beberapa pasang mata memperhatikan kami berdua, tanpa kami sadari. “Yang Mulia Putra Mahkota ternyata bisa semanis itu terhadap Putri Mahkota. Padahal banyak dayang kediaman Putra Mahkota yang mengatakan, kalau Yang Mulia sedingin ice kutub.”, ucap salah satu dayang istana yang sedang berkerumun dari kejauhan.

            “Bukan hanya itu, Yang Mulia juga memiliki julukan musim dingin abadi.”, timpal dayang lainnya. Meski tidak seorang pun mendengar apa yang sedang aku dan Putra Mahkota bicarakan, gestur dan mimik muka kami berdua cukup mencuri perhatian.

Beberapa jam telah berlalu. Rangkaian acara pesta pernikahan akhirnya sampai di penghujung. Hari pun semakin gelap, dan semua tamu telah meninggalkan halaman kediaman Raja. Jenderal Guozhi dan Xiao Yuer menginap di istana malam ini. Raja telah menyiapkan tempat untuk mereka beristirahat. Para selir kembali ke kediaman mereka masing-masing, sedangkan Ratu malam ini akan bermalam di kediaman Raja. Atas titah Baginda, Ratu akan menemaninya. 

            Begitu juga aku dan Putra Mahkota, kami ikut meninggalkan kediaman Raja. Kami berjalan beriringan menikmati langit malam, diikuti kasim dari kediaman Putra Mahkota, serta para dayang dari kediaman kami.

Gongmin: “Malam ini, mari kita tidur di kediamanmu. Aku penasaran dengan kediaman istriku.” (Sedari tadi tidak pernah melepaskan genggamannya, terus menggandeng tanganku).

Aku: “Ke mana pun kamu ingin pergi, di mana pun kamu akan singgah, aku akan ikut denganmu.” (Menatap tangan kami yang saling menggenggam, dan tersenyum).

Gongmin: “Kenapa kamu memperhatikan tangan kita seperti itu? Kamu tidak suka jika aku terus menggenggam tanganmu?” (Melirikku).

Aku: “Tentu aku menyukainya.” (Menjawab dengan secepat mungkin).

            Jawabanku yang refleks membuat kasim dan para dayang berusaha menahan tawa. Beberapa bahkan saling melempar pandang sambil menundukkan kepala, tidak berani mengganggu moment kecil di antara aku dan Putra Mahkota.

Putra Mahkota tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menatapku dengan pandangan yang dalam, sebuah tatapan yang hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang telah berbagi banyak hal, melewati banyak waktu bersama.

Telinganya memerah, bukan karena kami terlalu dekat atau suasana menjadi canggung, melainkan karena jawabanku tadi. Entah kenapa, kalimatku seolah membuatnya terkejut sekaligus tersipu. Aku tersenyum kecil, kami berdua tahu bahwa ini adalah moment yang sederhana, tapi terasa lebih dari sekadar langkah malam yang kami lalui bersama.

Gongmin: “Ekhemmm.” (Mendehem, mengendalikan dirinya yang sempat salah tingkah). “Hye Soo… kasim Lee… bisakah kalian membawa dayang lainnya untuk pergi ke kediaman Putri Mahkota lebih dulu?” (Menoleh ke arah Hye Soo dan kasim Lee).

Kasim: “Tapi Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota akan pergi ke mana?”

Gongmin: “Ke tempat yang indah untuk menghabiskan malam pernikahan kami, tentu saja tanpa kalian. Laksanakan saja titahku, kalian semua beristirahat lah. Hari ini pasti sangat melelahkan, aku dan Putri Mahkota akan kembali besok pagi.” (Mengajakku berlalu meninggalkan mereka). “Malam ini kalian bebas tugas, manfaatkan dengan baik kesempatan langka ini, tidurlah dengan nyenyak.” (Melambaikan tangan tanpa menoleh kebelakang).

            “Jaga diri dan cepatlah kembali Yang Muliaaa.”, ucap serentak kasim dan para dayang. Mereka semua menunduk untuk memberi hormat, terukir kecemasan di raut wajah mereka. Mereka mencemaskan aku dan Putra Mahkota, tapi tidak bisa melawan titah Yang Mulia.

Aku: “Apa ini tidak akan menimbulkan masalah, jika kita pergi tanpa mereka? Mereka tidak akan mendapat hukuman kan? Karena dianggap lalai dari tugas, yang seharusnya mendampingi kita.” (Aku justru mencemaskan mereka).

Gongmin: “Siapa yang berani menghukum mereka? Aku yang membebas tugaskan mereka semua, aku sengaja melakukannya, beberapa hari ini mereka sangat sibuk menyiapkan pernikahan kita. Malam ini, setidaknya biarkan mereka beristirahat dengan nyenyak. Selain itu, aku ingin memiliki waktu hanya berdua denganmu.” (Mencium punggung tanganku).

Aku: “Semakin mengenalmu, ternyata banyak sisi manis yang baru aku ketahui dari dirimu, Hwang In.” (Tersipu).

            Kaki kami berdua melangkah dengan langkah seirama, membawa kami ke sebuah tempat yang sunyi namun memiliki pemandangan yang indah. Tempat ini masih berada di kawasan istana, hanya saja letaknya di ujung belakang. Tidak ada yang berlalu lalang disini, benar-benar seperti sisi lain istana yang jarang sekali dikunjungi.

Aku: “Tempat apa ini? Aku baru tau, ada tempat seperti ini di dalam istana.” (Takjub).

Gongmin: “Indah bukan? Dari sini kita bisa melihat rumah penduduk di bawah sana. Suasana di sini juga tenang, coba lihatlah ke atas! Hamparan langit malam penuh bintang, kita juga bisa melihatnya dengan jelas.” (Menarik nafas panjang, menikmati semilir angin malam).

Aku: “Sepertinya kamu sangat mengenal tempat ini, kamu sering ke sini?”

Gongmin: “Ini adalah tempat favoritku di istana, aku sering datang ke sini untuk melukis. Choe Yeong juga sering ke sini, kami berdua berlatih bela diri bersama di sini.” (Jelasnya). “Kemarilah Byeol, kita duduk di gazebo itu.” (Mengajakku duduk disebuah gazebo kayu).

Aku: “Tempat yang tenang dengan pemandangan yang begitu indah. Sayangnya, tidak banyak penghuni istana yang datang ke sini, mereka melewatkan semua keindahan ini. Hwang In, apa ini semacam tempat rahasia?” (Menurut duduk di gazebo).

Gongmin: “Tidak juga, tempat ini sepi dan menjadi jarang dikunjungi karena adanya rumor horror beredar.” (Duduk dibelakangku, memelukku dari belakang).

Aku: “Rumor horror? Rumor seperti apa?” (Mengusap tangan Putra Mahkota yang perlahan melingkar di perutku).

Gongmin: “Coba lihat kediaman di sebelah sana, nampak terbengkalai kan?” (Menunjuk ke arah sebuah kediaman yang tidak jauh dari tempat kami berada). “Dulu, kediaman itu milik Ratu. Ada sebuah kebakaran besar yang menghanguskannya. Ratu hampir saja terbunuh di sana. Beruntung, Ratu berhasil diselamatkan, tapi kebakaran itu tetap memakan korban. 4 dayang yang bertugas di kediaman Ratu tewas dalam peristiwa itu.” (Mulai menceritakan kisah kelam yang menyelimuti kediaman itu, suaranya sedikit meredup, seolah perasaan turut terbakar bersama kenangan).

Aku: “Lalu apa yang terjadi setelahnya?” (Mendengarkan cerita dengan seksama).

Gongmin: “Ada rumor beredar, bahwa arwah dayang yang menjadi korban bergentayangan. Membuat semua orang perlahan takut dan meninggalkan tempat ini begitu saja.” (Menyandarkan kepala di bahuku).

Aku: “Aaa begitu rupanya… tapi Hwang In, bagaimana bisa kediaman itu mengalami kebakaran?” (Mengusap pipi Putra Mahkota).

Gongmin: “Kebakaran itu sepertinya bukan sebuah kebetulan, semuanya tampak telah direncanakan, ini sebuah percobaan pembunuhan. Dan orang di balik kejadian itu adalah Selir Agung, ibunda Pangeran Taeguk. Wanita itu... telah melakukan begitu banyak kejahatan terhadapku dan Yang Mulia Ratu. Tujuannya jelas, merebut tahta Ratu, dan menjadikan Pangeran Taeguk sebagai Putra Mahkota.” (Memejamkan mata, semakin memelukku dengan manjanya).

Aku: “Aku bersyukur, dewa melindungi kamu dan Ratu. Dewa pasti sangat menyayangi kalian berdua, karena kalian berdua orang yang baik.” (Menoleh, dan mengecup lembut pipi Putra Mahkota).

            Putra Mahkota menoleh menatapku, setelah sebuah kecupan mendarat di pipinya, senyum manis terukir di wajah tampannya. Dia mendekat, begitu dekat hingga kening kami bersentuhan. Hawa hangat tubuhnya terasa menyelimuti diriku. Dengan manjanya, dia mengusapkan hidungnya ke hidungku, seakan menikmati setiap detik kebersamaan kami.

Tangan nakalnya mulai bergerak, meraih tali hanbok yang aku kenakan, berniat melepaskannya dengan lembut. Namun detik itu, sebuah keraguan muncul dalam diriku. Aku menghentikannya sejenak, menatap matanya yang penuh hasrat dan kelembutan. Rasanya, waktu seolah berhenti.

Gongmin: “Kenapa?” (Sedikit kecewa).

Aku: “Bukan begitu, apa kamu yakin? Kamu ingin kita melakukannya disini?” (Mengamati suasana sekitarnya).

Gongmin: “Tidak ada orang di sekitar sini, hanya ada kita berdua.” (Kembali dengan tingkah nakalnya, mulai mengecup leherku).

Aku: “Eeeuummmhh Hwang In, bagaimana jika tiba-tiba ada orang yang tidak sengaja kesini?” (Mulut berusaha menghentikan, tapi tubuhku tidak bisa menolaknya).

Gongmin: “Percaya padaku, tidak akan ada yang kesini. Saat siang pun tidak ada, apalagi malam hari, untuk keperluaan apa? Tidak ada hal penting yang menjadi alasan mereka datang kemari.” (Mengecup belakang telingaku, dan mengulum daun telinga).

Aku: “Aaaaahhh tapi…” (Tidak sempat melanjutkan kalimat).

            Putra Mahkota menghentikan penolakan ku, membungkam ku dengan cara yang manis. Dikecupnya bibirku dengan penuh kelembutan dan kehangatan. Nafas kami berdua semakin berat, bersamaan dengan desahan tipis yang keluar tidak terhindarkan.

Di bawah langit malam yang dihiasi gemerlap bintang, seolah setiap bintang di atas sana menjadi saksi dari moment penuh cinta, di malam pernikahan kami. Kami berciuman dan bercumbu, dengan naungan gazebo kayu yang seakan melindungi kami dari dunia luar, memberi kami ruang untuk merasakan hanya satu sama lain.

“Sring sriiiiing sriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.”, aku mendengar samar-samar ada suara pertarungan. Awalnya aku ragu, namun suara itu semakin jelas di telingaku.

Aku: “Aaahh aaaaahhh… Hwang In kamu dengar itu?” (Ucapku disela desahku, berbisik di telinga Putra Mahkota).

Gongmin: “Eeeuummmhh, suara apa? Aku tidak mendengar apapun.” (Sambil menghentakkan tubuh kami, kala itu aku berada dalam pangkuannya, kami saling berhadapan dan berpeluk).

Aku: “Seperti suara orang bertarung eeeuummmhh aaahh.” (Memeluk erat tubuh Putra Mahkota).

            Setelah beberapa menit berlalu, kami berdua mencapai puncak kenikmatan. Desahan panjang terdengar bersamaan, saling melengkapi dalam keheningan yang penuh gairah.

Gongmin: “Kamu benar! Aku mendengar suara pedang seperti saling menangkis.” (Menurunkan ku dari pangkuannya, kemudian merapikan pakaiannya).

Aku: “Haruskah kita mengeceknya?” (Merapikan pakaian).

Gongmin: “Ini terlalu bahaya, tapi aku juga penasaran.” (Bimbang).

Aku: “Tenang saja, kamu lupa? Aku bisa bertarung, ayo kita melihatnya!” (Menarik lengan Putra Mahkota).

            Tampak ada 5 orang menggunakan pakaian seperti anggota sekte kalajengking sedang bertarung dengan seorang pemuda. Dari balik bebatuan, aku dan Putra Mahkota memperhatikan pertarungan mereka. Mataku terbelalak, saat mengetahui siapa pemuda yang sedang bertarung itu.

Aku: “Itu Yuer!” (Ucapku terkejut).

Gongmin: “Ssstt… Byeol, pelankan suaramu!” (Meletakkan jari telunjuknya ke bibirku).

Aku: “Kita harus menolongnya! Kamu tau sendiri, pedang anggota sekte kalajengking beracun.” (Memelankan suara, bicara dengan nada berbisik).

Gongmin: “Kita perhatikan dulu, sebenarnya ada masalah apa diantara mereka. Baru kita bisa memutuskan akan bertindak bagaimana, kamu sendiri yang mengatakan, kalau Yuer yang sekarang berbeda dari Yuer yang Noguk kenal di masa lalu. Ini kesempatan kita mencari tau, jangan bertindak gegabah. Ikuti rencanaku, dengarkan titahku mmm.” (Menggenggam tanganku).

Aku: “Baiklah, aku akan mengikuti perintahmu.” (Mengangguk).

            Kami berdua kembali memperhatikan pertarungan antara Xiao Yuer dengan 5 anggota sekte kalajengking.

Xiao Yuer: “Jadi kalian yang diperintahkan Taeguk untuk menggantikanku melakukan rencana liciknya, setelah aku menolak berkerjasama dengannya?” (Tertawa). “Sampah seperti kalian bisa apa?! Selama aku masih bernafas, aku pastikan kesalahanku di masa lalu tidak akan terulang! Enyahlah kalian atau kalian akan tinggal nama malam ini!” (Teriaknya penuh amarah).

Ungkapan Yuer meninggalkan sejuta tanya di benakku dan Putra Mahkota. Apa hubungan antara Yuer dan Taeguk? Dan, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesalahan masa lalunya?

Bersambung…

Komentar

  1. gila si! ini chapter 18+ tapi langka gitu menurut gue. apa ya, feel romantis 18+ nya dapat, intimnya dapat juga. terus dipadukan ama keseluruhan rangkaian cerita, jadinya seru bjirrr. momen enak2 di ruang terbukanya gue kebayang, the best thor

    BalasHapus
  2. ⭐⭐⭐⭐⭐
    Wahhhh, jadi semakin penasaran knp yuer? Semangat kk milee😍🥰

    BalasHapus
  3. semakin kesini, authornya makin ngajak tebak2 an yaaa. ngga bisa nebak tapi tetep aja ini otak ikutan nebak. slalu ada plot twist yang dinantikan readers. menyala author!!! semangat thor!

    BalasHapus
  4. Novel terseru yang gua baca tahun ini

    BalasHapus
  5. Bisa gitu yaa?! Speechless antara transisi habis enak2 terus ngintip suara orang berantem. Smooth banget thor, suka! Bikin penasaran jga itu si yuer kenapa dah di masa lalu

    BalasHapus
  6. milee, you're the best. gk da chapters yang gk bikin penasaran, setiap chaptersnya candu, kek 1 chapters gk cukup, maunya diajak marathon baca wkwkw. semangat milee!

    BalasHapus
  7. setiap scene boleh terbayang, detail jelaskan. rasa macam i pun tengah kat sana, dalam cerita. the storyline always makes me curious, semangat milee writernim

    BalasHapus
  8. Waktu di chapter 16 dah teriak, sekarang chapter 18 teriak lagi. Cara sisipkan scene 18+ nya beda dari cerita kebanyakan, gak ngebikin geli, malah buat ikut excited, ikut salting, gemes jugak, overall bagus dan always buat curious kelanjutannya

    BalasHapus
  9. Gatau harus komen apa, cuman mau bilang ke authornya. I love your story, love this story so much

    BalasHapus
  10. Kak Milee I'm your fans now, ini crita kalo dibuat drama keren sih kayaknya

    BalasHapus
  11. apa yang sebenarnya terjadi pada yuer di masa lalu? jeng jeng, tunggu di chapter berikutnya 😂
    milee writernim, jgn lama2 up next chapter, sudah penasaran 😋

    BalasHapus
  12. always menikmati alur cerita serta menantikan semua misteri terungkap

    BalasHapus
  13. 18+ nya nakal tipis² wkwk, keseluruhan seru si

    BalasHapus
  14. critane menarik lan apik, pokoke joss thor awokwok 🤣

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer