Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (14)



  Pengorbanan Dan Kejujuran

            Di tengah rimbunnya pepohonan, kuda putihku seolah melaju berpacu dengan waktu. Dadaku, rasanya semakin sesak membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi pada Putra Mahkota Gongmin dan Choe Yeong. “Bertahanlah kalian, kumohon… sebentar lagi aku datang. Dimanapun kalian berdua berada, aku akan menemukannya.”, ucapku dalam hati. 



Aku: “Dewa penjaga alam semesta, dewa penjaga manusia dan segala isi dunia. Jika alasan kembalinya aku kemasa lalu untuk memperbaiki kesalahan, maka tunjukkan padaku cara untuk menebusnya. Jika tubuh ini terlalu lemah, pinjamkan lagi kekuatan supranatural yang pernah ku miliki.” (Bergumam).

            Mataku mengitari setiap sudut jalan yang ku lalui, aku melihat jauh di depanku, puluhan anggota sekte kalajengking berlari seperti mengejar sesuatu. Aku yakin Putra Mahkota dan Choe Yeong juga melarikan diri ke arah sana. “Ayo putih, lebih cepat lagi! Kita harus menyelamatkan mereka.”, berbisik pada kudaku dan mengusap lembut kepala kuda yang ku tunggangi. “Yihaaaaaaaaaa.”, mempercepat laju kuda.

            Aku mengatur keseimbangan dan kefokusan, berkuda sambil melakukan beberapa bidikan ke arah musuh. Satu persatu musuh di barisan belakang berjatuhan. “Awas ada serangan!”, seruan musuh ketika menyadari pasukan mereka berkurang drastis.

            “Siapa gadis itu? Beraninya dia mencari masalah dengan sekte kalajengking. Kita harus memberinya pelajaran! Seraaaaang!”, pasukan sekte kalajengking yang semula mengejar Putra Mahkota dan Choe Yeong menjadi berbalik arah untuk mengepungku.

Choe Yeong: “Yang Mulia, mereka menyerang Putri Noguk!”

Gongmin: “Apa yang sebenarnya Noguk pikirkan? Dia terlalu nekad dan keras kepala. Choe Yeong, saatnya kita berhenti berlari dan hadapi mereka.” (Menarik keluar pedangnya).

Choe Yeong: “Tapi Yang Mulia, keselamatanmu adalah yang utama. Biarkan hamba yang membantu Putri Noguk, Yang Mulia lanjutkan pelarian ke tempat yang lebih aman. Target mereka adalah Yang Mulia, karena Yang Mulia tau rahasia Pangeran Taeguk.”

Gongmin: “Tidak Choe Yeong, kali ini aku tidak mau berlari. Aku akan melindungi wanita yang aku cinta dengan tanganku sendiri.” (Penuh kemantapan).

Choe Yeong: “Yang Mulia…”

Gongmin: “Aku terlalu sering berlari dan bersembunyi dibalik punggung kalian untuk berlindung. Bukankah sudah lama kita tidak bertarung bersama? Mari melumpuhkan musuh bersamaku, Choe Yeong. Ini titah!” (Tersenyum).

Choe Yeong: “Hamba siap melaksanakan titah, Yang Mulia.” (Ikut menarik pedang keluar).

            Aku melompat turun dari kuda. “Sring sriiiiing sriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing.”, menangkis pedang musuh menggunakan busurku. Lalu melakukan serangan balik dengan menikam mereka menggunakan belati.

Aku: “Kenapa kalian kembali? Seharusnya kalian terus berlari selagi aku bisa mengalihkan perhatian mereka.”

Gongmin: “Aku masih memiliki hati, mana mungkin meninggalkan seorang gadis bertarung sendiri.” (Sambil menangkis serangan musuh).

Aku: “Mereka tidak akan membunuhku, karena yang mereka incar itu kamu! Kamu masih tidak memahami itu?” (Kembali menusuk musuh dengan belati).

Gongmin: “Kamu juga tidak memahamiku, aku tidak mau seseorang yang aku cinta mengorbankan nyawa untukku lagi!” (Menendang musuh).

Aku: “Lagiii??” (Tidak memahami ucapan Gongmin).

            Apa yang dia maksud sebenarnya? Apa ada hal yang tidak aku ingat? Aku hanya melihat sebagian ingatan Noguk, belum sepenuhnya. Apa Noguk pernah mengorbankan nyawa untuknya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam benakku.

            Disaat yang tidak tepat, telingaku kembali berdengung seperti sebelumnya. Membuatku menjadi tidak fokus bertarung.

Gongmin: “Noguk awas!” (Menangkis pedang musuh yang hampir saja melukaiku disaat aku hilang fokus).

Choe Yeong: “Yang Mulia… Tuan Putri… kalian berdua baik-baik saja?” (Menebas leher musuh dengan pedang, kemudian menghampiriku dan Gongmin karena cemas).

Gongmin: “Noguk, ada apa denganmu? Kamu terluka oleh pedang mereka?” (Memeluk pinggangku penuh kecemasan, saat melihatku seperti kesakitan).

Aku: “Kepalaku tiba-tiba terasa berat, aku tidak bisa melihat dengan jelas.” (Tubuhku rasanya hilang energi).

Telingaku berdengung, penglihatan berkunang-kunang, dibersamai dengan kepala terasa berat. Itu semua aku rasa setiap kali ingatan lama Noguk menghampiriku. Kejadian yang aku lihat di mimpiku, saat aku menjadi Byeol, mimpi yang datang padaku di masa depan. Mimpi tentang terjadinya pemberontakan di istana, hari dimana aku melihat Choe Yeong gugur dihujani anak panah. Ternyata mimpi burukku bagian dari ingatan kelamku sebagai Noguk, waktu itu aku pikir Choe Yeong adalah Dong Min, sebelum aku tau kalau Dong Min dan aku merupakan reinkarnasi.

            Munculnya kembali ingatan Noguk, membuatku semakin mengenal gadis seperti apa dia, kini seluruh ingatannya, aku sudah melihatnya. Noguk sangat mencintai Putra Mahkota Gongmin, bahkan rela mati untuknya, di hari Choe Yeong gugur, Noguk juga gugur karena berusaha melindungi Gongmin yang hampir ditikam pedang oleh Taeguk. Pada akhirnya pedang Taeguk mengenai perut Noguk, membuat Noguk kehilangan banyak darah, lalu menghembuskan nafas terakhirnya. 

Aku: “Hwang In? Apakah kamu yang ada di dalam tubuh Putra Mahkota?” (Mengusap lembut pipi Gongmin).

Gongmin: “Bagaimana kamu bisa menyadarinya?” (Menggenggam tanganku).

Aku: “Kamu tidak pandai memainkan peranmu, kamu ceroboh sudah membuatku curiga. Mana mungkin seseorang mengatakan sesuatu seolah sudah pernah mengalaminya, padahal hal itu belum terjadi. Noguk masih hidup, pemberontakan itu belum dimulai, Yang Mulia.” (Tersenyum).

Gongmin: “Kecerdasan nona Byeol memang tidak diragukan.” (Tersenyum).

Aku: “Pelankan suaramu, aku berperan jadi Noguk sekarang.”

Gongmin: “Sebagai Gongmin ataupun Hwang In, aku tetap Putra Mahkota negeri ini. Kamu ingat ucapanku? Aku tidak pernah meminum tea penghapus ingatan di akhirat. Baik di masa lalu atau masa depan, jiwaku sama. Aku tetaplah aku, karena aku memutuskan tidak ingin melupakan setiap moments yang pernah aku lalui, terlebih saat bersamamu.” (Mengecup lembut keningku).

Aku: “Sebagai Gongmin, kamu sangat beruntung menemukan cinta sejatimu. Kamu mencintai Noguk dan sebaliknya, dia juga sangat mencintaimu. Tapi sebagai Hwang In, maaf aku bukan Noguk, aku tidak memiliki kenangan dan alasan untuk mencintai seorang Hwang In. Di masa depan, Noguk sudah tiada, Byeol bukan wanita yang kamu cinta.”

            Raut wajah Gongmin berubah menjadi muram, sepertinya dia membenarkan dan memikirkan apa yang aku ucapkan.

Choe Yeong: “Putri Noguk! Hati-hati di sisi kananmu!” (Mulai kualahan melindungiku dan Putra Mahkota).

            Tampak seseorang dari sekte kalajengking berlari mendekat mengambil kesempatan disaat aku dan Gongmin lengah. Teriakan Choe Yeong menyadarkan Gongmin dari lamunan, Gongmin memelukku erat, membawaku berputar, memasang badan melindungiku tanpa memikirkan resikonya. Musuh mengayunkan pedang dan menyerang, membuat punggung Gongmin terluka.

Gongmin: “Byeol, itu tadi… aku bertindak sebagai Hwang In bukan Gongmin. Hwang In melindungimu, karena Hwang In mencintaimu tanpa kamu tau.” (Bisiknya di telingaku).

            Tubuhku tidak kuat menopang tubuh Gongmin, membuatku terduduk. Putra Mahkota menjadi tidak sadarkan diri, dia masih berada dalam pelukanku. Perlahan wajahnya berubah pucat, bibirnya membiru, racun sekte kalajengking pasti mulai menyebar.

Choe Yeong: “Yang Mulia!” (Menangis, berlari menghampiri tubuh lemah Putra Mahkota di pangkuanku).

Aku: “Gongmin bangun! Jangan pejamkan matamu! Kamu berhutang penjelasan padaku, Gongmin… Gongmiiinn!!!” (Tidak tahan lagi membendung air mata). “Choe Yeong, berikan ini pada Yang Mulia. Oleskan sedikit pada lukanya, kemudian campurkan 2 tetes pada minumannya. Ramuan ini bisa menetralisir racun pada tubuh Yang Mulia.” (Lanjutku, aku memberikan penawar racun pada Choe Yeong).

Choe Yeong: “Hamba akan melakukan sesuai yang Tuan Putri katakan.” (Duduk bersimpuh disampingku).

Aku: “Bawa Putra Mahkota pergi dari sini, kamu bisa menunggangi kuda putihku untuk kembali ke istana.”

Choe Yeong: “Bagaimana denganmu Tuan Putri? Lebih baik Putri dan Yang Mulia yang pergi dari sini, hamba akan mengalihkan perhatian mereka.”

Aku: “Tidak, aku juga tidak mau dirimu terluka. Aku bisa menjaga diriku, aku hanya memohon satu hal, yaitu percayalah padaku. Cepat pergi! Tunggu apa lagi?!” (Menatap tajam ke arah Choe Yeong).

            Choe Yeong berniat membantahku lagi, tapi dia tidak tega melihat Putra Mahkota yang menggigil karena efek racun mulai bekerja. Choe Yeong mengangkat tubuh Putra Mahkota dari pangkuanku, membawanya pergi dengan menunggangi kudaku. Aku melihat ada 2 musuh mengejar Choe Yeong dan Putra Mahkota. Aku membidik mereka dengan busur panah, membunuh tanpa ampun.

Aku: “Beraninya kalian melukai manusia yang ku sayang! Kalian ingin mati?!” (Teriakanku menggema). “Baik, majulah bersamaan! 1…2…3…20, ada 20 orang disini. Kalian mau mati dengan panah atau belati kecilku ini? Mau satu kali serang? Atau ingin merasakan sakit perlahan karena sayatan?” (Menyeringai).

            “Berhenti omong kosong nona! Kamu yang akan mati di tangan kami!”, sahut salah seorang dari sekte kalajengking.

Aku: “Aaaaa… aku takut. Tolong ampuni aku!” (Berpura-pura takut). “Cih! Mari buktikan!” (Melompat menyerang seperti terbang).

            Pertarungan sengit kembali terjadi, aku benar-benar membantai musuh dengan penuh amarah. Kali ini, aku tidak berminat menikam jantung mereka, tapi menyayat leher. Rasanya lebih menyenangkan, melihat musuh jatuh, namun tidak langsung mati, mereka kejang kesakitan, sesak nafas sampai ajalnya menjemputnya. Aku benar-benar seperti mandi darah segar, dari 20 musuh, sekarang hanya tersisa 4 di hadapanku. Dengan serangan cepat dan tidak terduga, aku menebas leher 3 orang di hadapanku, mereka jatuh tanpa sempat menghindari seranganku. Aku sengaja menyisakan satu orang, untuk penyampai pesan.

Aku: “Kamu cukup beruntung, karena aku memilihmu untuk jadi merpatiku. Sampai kan pada tuanmu, jangan berani menyentuh sedikitpun Gongminku, apalagi melukainya. Ceritakan padanya, apa yang aku lakukan hari ini! Jika dia berani mengusik Putra Mahkota, tandanya dia mengusikku. Dia akan berhadapan denganku! Paham?!” (Menodongkan belati di leher musuh). “Pergilah! Sebelum aku berubah pikiran.” (Meminta musuh pergi).

            Aku masih berdiri di tempat semula, memperhatikan musuhku yang semakin lari menjauh, tapi tiba-tiba ada seseorang membidik musuhku yang seharusnya jadi merpatiku menggunakan panah. Mataku terbelalak dan heran disaat yang bersamaan, siapa yang menyerangnya? Apakah dia seorang teman atau lawan untukku?

            “Wah… wahh… wahhh, lihat siapakah wanita pemberani yang ada di hadapanku ini?”, suara seseorang keluar dari balik pohon besar. Dia bertepuk tangan untukku, tapi sebenarnya dia meremehkanku.

Aku: “Pangeran Taeguk!” (Bergumam).

            Aku mengenalinya meski belum pernah bertemu dengannya secara langsung, berkat ingatan Noguk yang muncul beberapa kali. Noguk mengingat jelas wajah manusia iblis yang menusuknya.

Taeguk: “Kamu Putri Noguk, tunangan Gongmin kan? Cukup cantik, aku tidak menyangka bertemu denganmu disini.”

Aku: “Jangan berbasa basi denganku, apa yang kamu inginkan?”

Taeguk: “Semakin lama memperhatikanmu, kamu semakin membuatku tertarik. Sangat berbeda dengan rumor yang aku dengar, aku tau kamu memiliki penyakit langka yang sulit untuk disembuhkan. Sejak kecil kamu juga sering sakit-sakitan, sekarang kamu tumbuh dewasa menjadi wanita yang kuat dan tangguh, membuatku terkesan.”

Aku: “Jangan meremehkan seseorang yang terlihat lemah, mungkin saja dia akan menjadi lebih kuat dari dugaanmu.”

Taeguk: “Putri Noguk, daripada menikah dengan Gongmin yang tidak berguna itu, bukankah lebih baik menikah denganku? Gongmin terlalu lemah untuk melindungimu, jauh berbeda denganku. Bantu aku merebut tahta, akan aku jadikan kamu ratuku yang paling bahagia.”

Aku: “Apa? Kamu buruk sekali dalam membuat lelucon, mendengarnya saja membuatku merasa mual.” (Tertawa).

Taeguk: “Kamu menertawakan aku? Kamu tidak tau kalau saat kecil Gongmin cukup bodoh? Dia memiliki pemahaman yang lambat, bahkan gurunya di istana sering mengeluh. Dia juga mudah dimanipulasi.” (Mulai kesal).

Aku: “Aku tidak peduli dengan kekurangan pada dirinya, dibalik itu semua, dia memiliki banyak kelebihan yang tidak kamu ketahui. Pantas saja kamu kalah darinya, menurutku dia sangat layak menjadi Putra Mahkota, karena ketulusan dan kebijaksanaannya.”

Taeguk: “Tutup mulutmu! Berhenti seolah kamu benar-benar ada di pihaknya. Kamu pikir aku tidak tau? Orang-orang Mongol dari dinasti yuan, ingin memperoleh keuntungan dari pernikahan kalian kan? Yuan ingin mengendalikan pemerintahan Goryeo melalui kamu! Kamu memanfaatkan Gongmin. Dengar Putri Noguk, kita sama… kita bisa bekerjasama. Aku akan memberikan keuntungan lebih besar dari yang kamu inginkan. Yang penting bagiku adalah kekuasaan Goryeo.”

Aku: “Semakin kamu banyak bicara, semakin terdengar menjijikkan. Aku tidak akan pernah sudi menjadi istrimu!!!”

Taeguk: “Yang tidak bisa aku miliki, orang lain juga tidak boleh memilikinya! Kamu lebih memilih mati daripada menikah denganku?”

Aku: “Ingin mencoba kemampuanku bertarung, boleh saja! Aku tidak pernah takut padamu.”

Taeguk: “Tangkap ini! Aku pinjamkan pedang padamu, belati kecilmu tidak akan bisa melukaiku.” (Memberikan pedang padaku).

            Suara langkah kaki terdengar dari setiap penjuru. “Licik! Dia memiliki banyak pasukan untuk mengepung tempat ini.”, ucapku dalam hati. Aku memperhitungkan berapa orang yang datang. Ketika aku mengamati sekelilingku, ternyata ada beberapa prajurit bersiaga dengan busur panah mereka, seolah bersiap menerima perintah kapan saja untuk melepaskan anak panah ke arahku.

Taeguk: “Kamu ketakutan sekarang? Kamu berubah pikiran?” (Menerima pedang lain dari pengawalnya, sambil melirik ke arahku).

            Aku masih terdiam, prajurit yang ada disini sekarang bukan orang-orang dari sekte kalajengking. Ini jelas-jelas prajurit istana, ternyata sudah sejauh ini Taeguk merencanakan semuanya.

Taeguk: “Ada apa Tuan Putri? Kamu terlihat bingung melihat prajuritku? Tentu saja untuk merebut tahta memerlukan banyak rencana cadangan. Sekte kalajengking hanya pasukan tambahan, inilah pasukan khusus yang aku buat sebenarnya. Ada seribu pasukan disini, ini baru sebagian. Total sebenarnya, aku memiliki empat ribu pasukan.” (Menyeringai).

Aku: “Apa aku semenakutkan itu untukmu? Bahkan melawan seorang gadis saja kamu memerlukan seribu pasukan bersiaga.”

Taeguk: “Hanya untuk berjaga, siapa tau teman-temanmu yang lain tiba-tiba datang bergabung. Aku bisa melenyapkan kalian sekaligus.”

Aku: “Ayo kita mulai! Siapa yang terkena tebasan pedang lebih dulu, dia kalah!” (Menggenggam erat pedang siap untuk mengayunkan serangan).

Taeguk: “Aku semakin suka padamu, menyenangkan sekali kita bisa bermain-main seperti ini.”

            “Sriiing sriiiiing sriiiiiiiing.”, suara pedang kami beradu. Kami berdua saling menangkis dan menyerang. Pertarungan kami berlangsung cukup lama, dan belum ada salah satu dari kami yang terluka. Ku melihat Taeguk kelelahan, disaat itu dia meminta prajuritnya untuk mengecohku dengan menembakkan anak panah.

Aku: “Kamu benar-benar selicik ini?!”

Taeguk: “Ini bukan licik tapi cerdik, aku bisa melakukan apapun untuk memenangkan pertarungan.”

            Suasana pertarungan semakin mencekam, Taeguk menyerangku bertubi-tubi, dengan gerakan cepat ku terus menghindari. Angin yang semula berhembus dengan tenang, kini berhembus kencang, menerbangkan dedaunan. Langit cerah menjadi menghitam, sinar matahari tertutup awan. Tanpa aku tau, ternyata cincin giok yang diberikan Gongmin padaku beberapa kali bersinar. Suara samar-samar mengalun lembut menenangkan, seperti ada seseorang sedang memainkan gayageum dari kejauhan.

            Serangan misterius datang, terdengar teriakan diantara para prajurit. Jatuh tersungkur tanpa luka yang kasat mata, hanya saja prajurit yang dilumpuhkan mengalami patah tulang rusuk, padahal tidak ada orang datang menyerang. Hal itu membuat Taeguk berhenti menyerangku, rasa penasaran dalam dirinya menyeruak.

Aku: “Ha Baek? Lagu ini, Ha Baek sering memainkannya.” (Menerka-nerka).

Ha Baek: “Halo semua, kalian mencariku?” (Mendarat dengan tenang di sampingku).

            Semua mata tertuju padanya, bagaimana tidak? Dia datang seperti hantu, terbang di udara, dan mendarat sesukanya.

Ha Baek: “Byeol, aku merindukanmu.” (Berbisik manja).

Aku: “Ini benar-benar kamu? Bagaimana bisa kamu sampai disini?”

Ha Baek: “Mago mengizinkanku menggunakan portal lintas waktu untuk membantumu. Aku beruntung mengenalmu di masa depan.”

Aku: “Apa maksudmu?”

Ha Baek: “Karena saat aku hidup di masa ini, maksudku masa dimana kita berada sekarang. Hidupku cukup membosankan, aku hanya menjadi penunggu sumur tua, aku menjaga mata air disana. Selama bertahun-tahun tidak ada hal yang menyenangkan, sekarang semua akan berubah.” (Tersenyum).

Aku: “Apanya yang berubah?” (Masih tidak mengerti).

Ha Baek: “Tentu saja karena kamu ada dalam tubuh Noguk, meski hanya sementara. Tapi itu akan mengubah sejarah. Seperti yang terjadi hari ini, aku disini bersamamu, akan bermain dengan seribu lalat nakal. Ha Baek yang dulu, tidak pernah melakukan hal seseru ini.”

Aku: “Mungkinkah dimasa depan nanti, akan ada cerita tentang Putri Noguk bertarung dengan pemberontak dibantu oleh pendekar gayageum?” (Tertawa kecil).

Ha Baek: “Itu terdengar keren, aku mulai bangga pada diriku sendiri. Penyamaran sebagai pendekar gayageum sangat sesuai denganku. Jangan ada yang tau kalau aku dewa air.” (Berbisik).

Taeguk: “Kalian sudah selesai melepas rindu? Dari tadi berbisik dan tertawa, kalian lupa kalau nyawa kalian diambang kematian?! Hanya datang satu bala bantuan, tidak akan mengubah apapun, seharusnya kamu memanggil lebih banyak pendekar untuk menyelamatkanmu, Noguk!”

Ha Baek: “Jangan bermulut besar, dua orang akan membunuh seribu prajuritmu! Lebih baik, kamu bersiap melarikan diri, sebelum semua prajuritmu tumbang ditangan kami!”

Taeguk: “Prajurit!! Serang merekaaaaaa!” (Memerintah).

            Aku melanjutkan pertarunganku dengan Taeguk, sedangkan Ha Baek menghadapi ratusan prajurit seorang diri. Dia tidak melakukan gerakan bertarung, dia juga tidak menggunakan senjata apapun. Yang dia lakukan hanyalah berfokus pada permainan gayageum. Hujan turun dengan lebatnya di medan pertempuran, tidak ada satupun prajurit yang mampu menyentuh Ha Baek. Air hujan membentuk perisai melindungi tubuhnya, tidak hanya itu, Ha Baek juga mengendalikan air hujan untuk menjadi pelurunya, dia mengembalikan serangan musuh.

Aku: “Masih mau bertarung atau menyerah? Perhatikan seribu prajuritmu hanya tersisa ratusan prajurit, coba hitung! Mungkin hanya ada 200 prajurit sekarang.”

Taeguk: “Sial!!!” (Mendengus kesal). “Jangan senang dulu, aku akan memberimu kejutan lebih dari ini. Tunggu saja sampai hari itu tiba! Prajurit!! Munduuuuurrr!” (Membawa pasukannya untuk mundur dan pergi).

            Hujan mereda setelah pertempuran berakhir, itu bagian dari kemampuan sihir Ha Baek. Memanggil hujan dan mengendalikannya.

Ha Baek: “Kamu harus waspada terhadapnya, terlalu banyak kebencian dimatanya. Dari yang aku ingat, akan ada wabah menyerang istana beberapa hari lagi.”

Aku: “Wabah apa?”

Ha Baek: “Wabah penyakit kulit mematikan, seseorang meracuni sumber mata air yang ada di dalam istana. Karena di masa itu, ada beberapa dayang pergi ke sumur yang aku jaga untuk mengambil air, padahal jaraknya cukup jauh dari istana. Untuk mengurangi perluasan wabah, sumur istana ditutup sementara.”

Mendengar kisah masa lalu Ha Baek, ku mulai berpikir cara mencegah semua itu terjadi.

Bersambung…

Komentar

  1. mulai tercandu candu dengan byeol yang mode rawrrr

    BalasHapus
  2. Attar Yafiq 🇲🇾5 Maret 2025 pukul 02.54

    Visit sini sebab live abang harith, x sia-sia this story memang lah best

    BalasHapus
  3. Ikutan kesini karena link di gc kampus, pada rame bahas KRBB. Emang secandu itu KRBB, selalu ditunggu kelanjutannya teh milee

    BalasHapus
  4. Byeol emang kerennn😍
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  5. berharap gongmin/hwang in x la jadi ubi 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Si Taeguk aja yg jadi ubi😭

      Hapus
    2. @Adiybah kalau ni baru agree, taeguk je ubi 😂

      Hapus
  6. jgn ada ubi antara kita 😭😭😭
    selamatkan gongmin please, writernim

    BalasHapus
  7. @Fariz @Samell duo penentang ubi ending 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. cukup kdrama dan cdrama yg memberi kenangan pahitnya ubi ending, novel ini jgn 😂

      Hapus
    2. menolak keras ada character jadi ubi 😭

      Hapus
  8. pengorbanan gongmin mengandung bawang

    BalasHapus
  9. ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  10. ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer