Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (9)


 

  Mengurai Kusutnya Ikatan Benang Takdir

            Namwon, 30 Maret 2024. Pagi ini suasana rumah di Namwon tampak tenang seperti biasanya, terlihat para pelayan arwah kesana kemari melakukan kesibukan mereka masing-masing di lantai bawah. Dong Min berdiri mengamati dari lantai atas, “Aku kira hanya rumah ini yang dipenuhi dengan misteri, rumah sebesar ini dihuni oleh para hantu dan pemiliknya adalah seorang dewa. Siapa sangka, kedatanganku kesini bukanlah sebuah kebetulan, ada benang takdir menarikku bertemu dengan Byeol. Sekarang, siapa aku sebenarnya di kehidupan sebelumnya? Dan mengapa aku dipertemukan dengan Byeol di kehidupan ini, menjadi misteri baru, semua seperti benang kusut yang perlu diurai.”, gumam Dong Min. Dia terlihat menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

            Selesai dengan renungannya, Dong Min menuruni satu persatu anak tangga dan menuju ke ruang makan. Ternyata Ling Ling juga berada disana, dia baru saja duduk di salah satu kursi, kemudian mengambil nasi serta lauk, bersiap menikmati menu sarapannya.

Dong Min: “Selamat pagi Ling.” (Sapa Dong Min).

Ling Ling: “Pagi juga, kamu sudah bangun rupanya. Bagaimana keadaan mamaku? Mama tidur nyenyak semalam?” (Sahut Ling Ling).

Dong Min: “Aku terjaga semalam, takut dia memimpikan hal buruk lagi. Sungguh melegakan, melihat dia tidur dengan tenang dan nyenyak. Jangan cemas, dia sudah baik-baik saja.” (Tersenyum).

Ling Ling: “Kamu sungguh luar biasa, masih bisa tersenyum dengan kantung mata seperti itu. Dong Min, kamu menyukai mamaku?”

            Merasa tertohok dengan pertanyaan Ling Ling, Dong Min diam seribu bahasa. Dia tidak pernah menyangka, Ling Ling dengan lugasnya menanyakan hal itu padanya.

Ling Ling: “Melihat reaksimu seperti itu, aku tidak perlu mendengar jawabanmu untuk mengetahui jawaban yang ku mau.” (Tertawa kecil).

Dong Min: “Sebenarnya, aku belum yakin dengan perasaanku sendiri. Bukankah ini terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu, apalagi soal perasaan kami? Aku dan Byeol terbilang belum lama saling mengenal.”

Ling Ling: “Ini bukan tentang berapa lama, tapi tentang kenyamanan yang kalian berikan satu sama lain. Aku melihat, mama sangat nyaman berada disisi mu, begitu juga sebaliknya. Bahkan melihat sorot matamu semalam saat berusaha menenangkan mama, aku bisa merasakan betapa kamu ingin menjaganya dan membuatnya merasa aman.”

Dong Min: “Aku memang menyayanginya dan ingin menjaganya. Rasanya aku ikut sakit saat dia sakit, aku terluka saat dia terluka.”

Ling Ling: “Kamu percaya dengan reinkarnasi? Entah kenapa, setelah mendengar cerita mama tentang mimpinya semalam, aku memikirkan tentang reinkarnasi.”

Dong Min: “Pemikiran seperti apa detailnya yang muncul dalam benakmu?”

Ling Ling: “Jika manusia biasa pada umumnya tidak akan mempercayai ini, tapi kamu bisa bayangkan sendiri. Aku tumbuh besar di lingkungan yang dipenuhi dengan kejadian di luar batas logika manusia. Jadi pola pikirku sedikit banyak terpengaruh juga, aku berpikir ada kemungkinan kalau kalian berdua adalah reinkarnasi dari 2 orang yang saling terhubung di kehidupan sebelumnya.” (Menerka-nerka).

Dong Min: “Kamu orang kedua yang memiliki pemikiran seperti itu, sebelum kamu mengatakan hal ini, ada seseorang yang aku kenal mengatakan hal yang sama.” (Mengangguk).

Ling Ling: “Benarkah? Siapa?” (Penuh penasaran).

Dong Min: “Ha Baek, sahabat dari nona Byeol.”

Ling Ling: “Sang dewa air?! Bagaimana kamu bisa menemuinya? Rumornya dia tidak begitu suka menemui manusia secara langsung, aku pernah bertemu dengan dia satu kali, itupun saat aku masih kecil, mungkin saat aku berusia 8 tahun, dia sungguh tampan. Aku ingin menemuinya lagi, tapi tidak pernah berhasil menemukannya.”

Dong Min: “Dengan kata lain, kamu pernah mencari dia? Dimana kamu mencari dia, kamu tau sesuatu tentang Ha Baek?”

Ling Ling: “Entahlah… aku tidak begitu yakin, tapi aku ingat kalau mama pernah mengatakan Ha Baek tinggal di kolam yang ada di pavilion Gwanghallu. Pergi saja kesana! Kalau kamu ingin bertemu dengannya, entah muncul atau tidak di hadapanmu, itu tergantung pada keberuntunganmu. Jika Ha Baek muncul tandanya dia menyambutmu.”

Dong Min: “Aku akan mencoba kesana nanti, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya. Aku bertemu dengan Ha Baek di malam saat nona Byeol mengalami demam, dia yang membantuku menyembuhkan nona Byeol malam itu, dia memberikan sedikit energinya.”

Ling Ling: “Ternyata di malam itu kalian berdua saling bertemu, maksudku kamu dengan Ha Baek. Mmm… Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi sudah menceritakan padaku, semua hal yang terjadi di rumah ini, selama aku tidak ada disini. Aku juga tau, kamu cucu dari kakek Min Jae. Dulu aku sangat dekat dengan kakekmu. Aku lega kamu menggantikannya jadi asisten mamaku, senang bisa bertemu denganmu.”

Dong Min: “Aku pun sama, senang bertemu denganmu Ling.” (Tersenyum).

            Dong Min semakin bertekad ingin mencari keberadaan Ha Baek, setelah mengetahui kemungkinan Ha Baek mendiami kolam yang ada di pavilion Gwanghallu. Di tempat lain, tepatnya di dalam kamarku, aku terbangun. Dengan mata terpejam aku mencoba meraba sisi lain ranjang tidurku, aku tidak menemukan Dong Min tidur di sampingku. “Kemana dia pergi? Apakah dia sudah terbangun?”, gumamku. Ku buka mataku, merapikan piyama sembari turun dari ranjang tidurku, duduk di kursi meja rias, merapikan rambut dengan sisir, kemudian mengikatnya.

Aku: “Dong Min, kamu meninggalkan aku.” (Menuruni tangga, sambil sesekali menguap).

            “Selamat pagi nona Byeol”, ucap semua pelayan arwah serentak. Mereka semua menghentikan aktivitasnya untuk menyapaku, memberi salam.

Aku: “Selamat pagi kalian semua.” (sahutku sambil tersenyum).

Dong Min: “Aku tidak meninggalkanmu, aku hanya ragu jika harus membangunkanmu. Lihat ini, aku berniat membawakan ini ke kamar, untukmu sarapan.” (Menunjukkan nampan di tangannya).

Aku: “Manisnya pria satu ini.” (Mengecup pipi Dong Min, saat sudah berada dekat dengannya).

Dong Min: “Cantiknya wanita satu ini, padahal baru bangun tidur.” (Mengecup keningku). “Bagaimana bisa kamu tidak bau masam sama sekali? Kamu kan belum mandi.” (Lanjutnya, Dong Min mengendus aroma tubuhku, dia mengecup pipi dan leherku).

Ling Ling: “Apa aku tidak terlihat disini?! Berhenti menunjukkan kemesraan di hadapanku! Kalian berdua sudah seperti pengantin baru.” (Menggerutu).

            Aku dan Dong Min hanya tertawa melihat Ling Ling yang memanyunkan bibirnya karena kesal. Tidak lama, terdengar suara klakson mobil memasuki halaman rumahku.

Aku: “Siapa yang datang? Apa ada tamu?” (Spontan menoleh ke arah pintu).

Ling Ling: “Itu supirku yang datang, aku memintanya menjemputku kesini.”

Aku: “Kamu mau kemana sepagi ini? Aku bisa mengantarmu, lebih cepat berteleportasi kan?”

Ling Ling: “Mama mau semua mitra bisnis kita terkejut, dengan kehadiran kita secara ajaib di depan mereka? Yang benar saja!” (Menggelengkan kepala).

Aku: “Kamu akan mengurus pekerjaan hari ini? Kenapa kamu tidak mengambil libur dulu untuk beberapa hari? Kamu baru saja pulang dari luar negeri, setidaknya ambil waktu untuk refreshing, healing, istirahatlah lebih dulu.”

Ling Ling: “Ada beberapa hal yang tidak bisa ditunda, ma. Hari ini aku akan pergi meeting di kantor, kemudian aku akan pergi ke tempat pemanahan, Hwang In akan melakukan pemotretan disana. Piuuu piuuu dengan wajah tampannya itu, seolah dia akan memanah hati penggemar wanitanya.” (Dengan tingkah khonyolnya).

Aku: “Lihat lah tingkahmu itu, kamu begitu semangat bertemu Hwang In?” (Dengan tatapan menelisik).

Ling Ling: “Mana mungkin, memang benar dia tampan, tapi sudah ada seseorang di hatiku. Sebenarnya selama aku di Paris, aku bertemu dengan seorang pria korea yang kebetulan sedang melanjutkan pendidikan S2 nya disana. Kami bertemu secara kebetulan, semakin dekat satu sama lain, lalu memutuskan untuk menjalin hubungan. Sudah 3 tahun aku berpacaran dengannya, dia seorang dokter. Aku akan mengenalkan pada mama nanti, jika waktunya sudah tepat.” (Dengan ekspresi malu-malu).

Aku: “Siapa sangka wanita gila kerja, bisa jatuh cinta juga.” (Mencubit pipi Ling Ling).

Ling Ling: “Kali ini aku tidak mau mama melarangku lagi, dulu mama sering melarangku dekat dengan pria, dengan alasan aku belum cukup umur. Sekarang aku sudah cukup dewasa untuk jatuh cinta kan?” (Tertawa manja).

Aku: “Kapan aku melakukannya? Ahaa… aku ingat sekarang. Pria kutu buku, teman sekelasmu waktu SMA? Tentu saja mama melarang waktu itu, kamu harus belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh, bukan berpacaran. Selain itu ada yang belum mama ceritakan padamu, tentang dia.” (Mencoba mengingat-ingat).

Ling Ling: “Tentang dia? Ada apa dengannya?”

Aku: “Aku melihat ada energi lain di belakangnya, meski tidak sering terlihat, tapi pernah terlihat olehku beberapa kali. Ada kabut hitam menyelimutinya, auranya begitu gelap. Feeling mama mengatakan, dia bukan manusia biasa, ada energi luar biasa pada dirinya.”

Ling Ling: “Benarkah? Tapi memang dia sedikit tertutup dan pendiam, selain itu dia juga lebih suka menyendiri di taman belakang sekolah, setiap jam istirahat. Dulu sisi misteriusnya itulah yang membuatku tertarik, sejak mama mengatakan ada energi kabut hitam pada dirinya, aku jadi merinding.” (Bergidik ngeri).

            Saat aku dan Ling Ling asik dengan cerita kami, Dong Min hanya terdiam dan tampak melamun. Entah dia mendengarkan kami bercerita atau pikirannya sedang terbang ke tempat lain.

Aku: “Dong Min, apa yang sedang kamu pikirkan?” (Menggoyangkan tubuh Dong Min).

Dong Min: “Pergi ke tempat pemanahan pasti menyenangkan.” (Gumamnya dengan tatapan masih kosong). “Eh? Kenapa? Kamu bicara apa tadi?” (Lanjutnya setelah tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arahku).

Aku: “Aku pikir kamu sedang menyimak aku dan Ling Ling bercerita, ternyata memikirkan tentang tempat pemanahan?” (Tertawa kecil).

Ling Ling: “Bagimana kalau kalian menyusul nanti?” (Menyahut).

Dong Min: “Aku boleh pergi kesana?” (Dengan mata berbinar).

            Tingkah Dong Min membuat aku dan Ling Ling saling menatap satu sama lain karena heran. Dong Min terlihat begitu antusias dengan tawaran Ling Ling.

Ling Ling: “Pasti boleh, kamu lupa? Wanita cantik di sampingmu adalah CEO perusahaan, dia memiliki kuasa.” (Mengacungkan ibu jarinya dan mengerlingkan mata).

Dong Min: “Nona Byeol, ayo kita pergi kesana mmm. Ling Ling bilang kamu punya kuasa.” (Menatapku penuh harap).

Aku: “Uhum, boleh… kita berdua akan pergi kesana nanti. Tentunya setelah mandi dan sarapan.” (Mengangguk dan tersenyum).

Dong Min: “Kalau begitu aku pergi mandi dulu, nona Byeol cepatlah pergi mandi juga. Setelah itu sarapan bersama, dan segera pergi ke tempat pemanahan.” (Ucapnya sambil berlalu, meninggalkan ruang makan).

Ling Ling: “Ada apa dengannya pagi ini? Aneh sekali, dia begitu semangat pergi ke tempat pemanahan. Apa dia hobi memanah?” (Mengerutkan kening).

Aku: “Aku juga tidak tau, ini pertama kalinya aku melihat Dong Min seantusias itu. Mungkin ini hobinya yang belum kita ketahui, atau bahkan bakat terpendamnya.” (Mengangkat kedua bahu). 

Ling Ling: “Ada-ada saja.” (Menggelengkan kepala). “Nanti aku akan memberimu kabar kalau meeting di kantor sudah selesai. Jadi kita bisa bertemu dan mengobrol terlebih dulu di tempat pemanahan, sebelum aku melanjutkan mengurus pekerjaan disana. Mama dan Dong Min akan berteleportasi?” (Menatapku). 

Aku: “Mungkin, kami akan menaiki mobil mama yang ada di garasi. Seperti yang kita lakukan dulu, berteleportasi menggunakan mobil dengan melintasi jalan yang sepi dan tidak ada cctv. Untuk menghemat waktu perjalanan.” (Jelasku).

Ling Ling: “Itu ide yang bagus, kalau begitu Ling Ling berangkat dulu. Sampai jumpa nanti, ma.” (Bangkit dari duduknya, menghampiriku dan memelukku).

Aku: “Hati-hati di jalan.” (Membalas pelukan Ling Ling).

            Ling Ling bergegas pergi setelah menyelesaikan sarapannya, kami saling berbalas lambaikan tangan. Setelah punggung Ling Ling hilang dari pandanganku, aku pun segera bersiap untuk pergi ke Seoul bersama dengan Dong Min.

20 menit kemudian, aku dan Dong Min sudah rapi menggunakan pakaian semi formal dengan warna senada. Dong Min menggunakan outfit kasual tapi terlihat keren, dia memadukan celana panjang putih, kaos polos warna putih, kemudian blazer dengan jenis kerah notch lapel berwarna biru muda. Dia juga menggunakan sneakers berwarna putih yang memiliki corak biru muda dimix dengan corak hitam. Ditambah dengan hairstyle Dong Min, medium undercut, membuat tampilannya semakin menawan.

Aku juga menggunakan outfit berwarna biru muda tanpa sengaja. Aku mengenakan rok lipit pendek warna biru muda, dengan panjang selutut. Yang aku padukan dengan kaos putih polos tanpa lengan, dan crop blazer berkerah notch lapel warna biru muda berlengan panjang. Dipercantik dengan high heels warna biru muda, mini bag dengan model bucket bag berwarna biru muda, terakhir sentuhan hairstyle long wavy hair milikku, membuatku semakin tampil elegant. Ya… semua yang melekat pada diriku pagi ini serba serbi biru muda.

Selesai mandi dan sarapan, aku dan Dong Min pergi ke garasi untuk mengambil mobilku yang sudah lama tidak terpakai. Lebih tepatnya sejak Min Jae berhenti bekerja, karena biasanya aku malas mengemudi sendiri, jadi Min Jae lebih sering mengemudi untukku. Saat pintu garasi terbuka, Dong Min terperangah.

Aku: “Ayo masuk! Ini kuncinya, kamu bisa menyetir kan?” (Tanyaku pada Dong Min, sambil melempar kunci mobil padanya).

            Dong Min menangkap kunci mobil yang aku lemparkan, tapi dia masih terdiam terpaku, dengan tatapan tidak percaya. Dia terus mengamati dengan seksama setiap sisi mobilku.

Aku: “Dong Min, apa yang kamu lihat? Ada sesuatu dengan mobilku? Kamu tidak menyukainya? Kamu mau menggunakan mobil lain?” (Menghentikan langkahku, sambil memegang pintu mobil yang sudah aku buka).

Dong Min: “Lamborghini huracan spyder berwarna merah… ini gila, ini mobil impian semua orang. Yang aku dengar mobil ini harganya mencapai 2 triliun rupiah dan kamu memilikinya, nona Byeol. Aku hampir menangis melihat mobil cantik ini. Biasanya aku hanya melihatnya di majalah atau tv, sekarang aku melihatnya nyata di depanku, membuatku terharu.” (Mulai melangkah dan mengusap mobilku, bahkan memeluknya).

Aku: “Kamu mengejutkan ku, aku pikir kamu tidak ingin naik mobilku yang ini.” (Menggelengkan kepala).

Dong Min: “Memangnya ada mobil lain?”

Aku: “Menoleh lah ke samping kirimu!” (Pintaku).

Dong Min: “Ferrari 488 spider blue!” (Kembali terperangah setelah menoleh).

Aku: “Kamu menyukainya? Jadi kamu mau yang mana? Kita naik Lamborghini atau Ferrari untuk pergi ke Seoul hari ini?” (Tersenyum).

Dong Min: “Boleh kah kita naik Ferrari hari ini, warnanya sesuai dengan outfit kita.” (Tersenyum).

Aku: “Tentu saja boleh, serahkan kunci itu. Aku akan memberimu kunci Ferrari.” (Menutup kembali pintu Lamborghini, setelah itu mencari kunci Ferrari di dalam tas untuk ditukar dengan kunci Lamborghini yang dibawa oleh Dong Min).

            Ferrari 488 spider blue melaju meninggalkan halaman rumah Namwon, menuju ke Seoul. Aku meminta Dong Min untuk melewati rute yang aku tunjukkan padanya, beberapa kali Dong Min bertanya kenapa melewati rute itu? Karena tidak banyak orang melintas disana, selain karena jalannya memutar dan semakin jauh, rute itu juga melewati tepian hutan.

Aku: “Saat kamu melihat kabut putih tiba-tiba, jangan panik! Itu bagian dari sihirku, kita berdua dan mobil ini akan berteleportasi. Sekarang kamu mengerti kan? Kenapa aku ingin melewati rute yang sepi?” (Ucapku sambil mengusap lengan Dong Min).

            Dong Min hanya menjawab dengan anggukan kepala tanda dia mengerti, dia masih fokus mengemudi. Beberapa saat kemudian, kabut putih yang aku bicarakan muncul. Pandangan Dong Min mulai terhalang, hanya dengan hitungan detik, kabut mulai memudar. Dong Min terkejut saat terdengar suara navigasi dari mobil yang kami tumpangi, mengatakan kalau kami sudah tiba di Seoul. Navigasi sendiri adalah fitur suara yang disediakan oleh google maps untuk memandu arah.

Dong Min: “Aku tau kamu seorang dewa. Aku sering mendengar cerita, kamu bisa berteleportasi dan lainnya. Waktu itu, aku juga pernah melihatmu menghilang begitu saja dari hadapanku, yang menurutku diluar batas logika manusia biasa sepertiku. Belum lagi kejadian saat kita berciuman di ruang tengah, kamu membuat kita berpindah ke kamarmu dengan sihirmu. Hari ini, kita berteleportasi menggunakan mobil. Setiap kali bersama mu, selalu ada hal yang menakjubkan.” (Ucapnya penuh semangat).

Aku: “Aku lebih tidak menduga reaksimu akan sebahagia ini, tau begini… aku akan sering mengajakmu berteleportasi kemanapun kamu mau. Mungkin ke tempat-tempat yang ingin kamu kunjungi sejak lama?” (Tertawa kecil).

Dong Min: “Benarkah, kamu akan melakukan itu untukku? Sejak kecil aku ingin jalan-jalan ke luar negeri. Aku ingin ke New York, London, Paris, Quebec, dan masih banyak lagi.” (Meraih tanganku, kemudian menggenggamnya).

Aku: “Kita bisa kesana, ayo buat schedule untuk berlibur bersama.” (Sahutku).

            Aku dan Dong Min tertawa bersama, kami melanjutkan obrolan dengan pembahasan random. Tangan kanan Dong Min masih menggenggam erat tanganku, sesekali dia mengecup punggung tanganku, sedangkan tangan kirinya siaga di setir kemudi. Kami juga memutar lagu, aku hanya tersenyum mendengar Dong Min ikut bernyanyi sesuai lagu yang kami putar saat itu, lagu Love So Fine by Cha Eun Woo.

Dong Min: “Dimana tempat pemanahannya? Belok kanan atau kiri?” (Ucapnya saat mobil kami sudah berada cukup dekat dengan tempat pemanahan).

Aku: “Belok kanan, lurus sedikit. Di sisi kiri jalan, ah disana… nanti kita parkir di sebelah sana saja.” (Jawabku sambil menunjukkan arah).

Dong Min: “Oke kita parkir disini.” (Menunjukkan keahlian parkirnya). “Ah sudah terparkir sempurna.” (Melepaskan genggaman tanganku, dan mematikan mesin mobil).

            Seperti seseorang terhepnotis, aku tidak berkedip sedikit pun memandang Dong Min. Aku semakin tersadar pria di hadapanku ini, benar-benar mempesona.

Dong Min: “Nona Byeol, kenapa kamu melihatku seperti itu?” (Tersenyum gemas melihatku).

Aku: “Aku? Memangnya seperti apa aku melihatmu?” (Gelagapan).

Dong Min: “Jangan membohongiku, itu tadi tatapan terpesona?” (Menggodaku).

            Aku berniat menyangkalnya, tapi belum sempat aku mengatakan sepatah katapun. Dong Min mengecup bibirku singkat dengan gerakan yang cepat.

Aku: “Dong Min!!!” (Terkejut).

Dong Min: “Itu hukuman karena kamu berniat menyangkalnya bukan?” (Tersenyum).

Aku: “Aku peringatkan, jangan lakukan itu di publik! Apalagi di depan orang kantor, atau mitra bisnis Jinju Beauty, mengerti?” (Mencubit pipi Dong Min).

Dong Min: “Jadi kalau di tempat private seperti sekarang? Boleh melakukannya lagi?” (Mendekatkan wajahnya ke wajahku).

Aku: “Uhum.” (Mendehem dan mengangguk).

            Bibir kami kembali bersentuhan, gerakan lembut bibir Dong Min, aku menyambutnya. Setelah beberapa kali saling melumat, Dong Min melepaskan ciumannya, Dong Min mengusap lembut pipiku sambil memainkan hidung kami. Aku masih memejamkan mata, menikmati kehangatan kasih sayang yang diberikan olehnya. ‘♫ KakaoTalk ♫’, suara notifikasi handphone ku menginterupsi moment kemesraan kami.

Dong Min: “Pesan dari siapa?” (Memperhatikan ku).

Aku: “Dari Ling Ling, dia bilang sudah sampai sini, dia sudah menunggu di dalam. Ayo kita turun, dan segera menemuinya.” (Ajakku, setelah membaca pesan masuk).

Dong Min: “Jangan turun dulu, tunggu disini.” (Melepas seatbeltnya, lalu turun dari mobil).

            Aku hanya terdiam setelah melepas seatbelt ku. Aku memperhatikan Dong Min berjalan memutar di depan mobil.

Dong Min: “Silahkan keluar tuan putri.” (Membuka pintu mobil untukku).

Aku: “Apa ini tidak berlebihan?” (Tersenyum melihat tingkah manis Dong Min).

Dong Min: “Awas kepalamu, pelan-pelan keluarnya.” (Meletakkan telapak tangannya di atas kepalaku, menjagaku agar tidak terpentok pintu). “Apa yang berlebihan? Apa kakekku tidak pernah melakukan ini selama jadi asisten mu?” (Lanjutnya).

Aku: “Pernah, Min Jae selalu membuka pintu mobil untukku. Tapi tidak pernah bersikap semanis cucunya ini.” (Mengecup pipi Dong Min dengan cepat, kemudian berlalu meninggalkan Dong Min yang masih melting).

Dong Min: “Bukankah kamu yang melarangku melakukannya di publik? Lihatlah kamu sendiri yang melakukannya! Nona Byeol, tunggu aku!” (Mengejarku dan menggelitiki perutku).

Aku: “Dong Min hentikan! Geli! Kamu akan menarik perhatian orang-orang.” (Tertawa kecil).

Dong Min: “Kamu yang memulai lebih dulu.” (Tersenyum, dia berhenti menggelitiki ku).

            Sikap manisnya tidak berhenti disana, dia menyodorkan lengan kirinya, memberi kode padaku untuk menggandeng lengannya. Aku tersenyum dan perlahan menurutinya, kami berdua berjalan beriringan memasuki lapangan tempat pemanahan. Mataku mulai mengitari setiap sudut lapangan panahan, aku melihat Ling Ling sedang mengobrol dengan Hwang In di salah satu sisi lapangan.

Aku: “Dong Min, mereka disana.” (Menepuk lengan Dong Min, lalu menunjuk ke arah Ling Ling dan Hwang In berada).

Hwang In: “Itu nona Byeol datang!” (Berseru sambil melambaikan tangan ke arahku, dengan wajah tersenyum lebar).

            Aku membalas lambaian tangan Hwang In, tapi tiba-tiba senyum Hwang In memudar saat melihat Dong Min bersamaku, sejenak wajahnya berubah menjadi muram, Hwang In mencoba menutupinya dengan kembali tersenyum meski sedikit dipaksakan.

Ling Ling: “Apa-apaan ini?! Kalian menggunakan baju couple? Kita disini untuk pemotretan iklan, bukan untuk pemotretan prewedding kalian.” (Memutar bola matanya).

Aku: “Kami tidak sengaja menggunakan warna senada, benar-benar hanya kebetulan.” (Menyangkal).

Ling Ling: “Wa-ha-ha, baiklah aku akan pura-pura percaya.” (Tertawa palsu untuk menyindirku).

            Aku memukul bahu Ling Ling, dan menatapnya tajam memintanya untuk diam. Ling Ling tidak takut sama sekali dengan ancamanku, dia malah menjulurkan lidahnya ke arahku, dengan ekspresi khonyolnya dia meledekku. Membuat Dong Min dan Hwang In tertawa melihat tingkah kami berdua.

Hwang In: “Kalau boleh tau, siapa ini?” (Menatapku sambil melirik ke arah Dong Min).

Aku: “Ah, ini Dong Min. Dia asisten pribadiku.” (Mulai memperkenalkan Dong Min).

Dong Min: “Salam kenal tuan Hwang In, aku sering melihatmu di tv. Sebuah kehormatan bisa bertemu langsung denganmu seperti sekarang.” (Sedikit membungkuk, memberi salam).

Hwang In: “Kamu berlebihan, kehormatan apanya? Kita semua sama, jangan bersikap terlalu formal padaku. Kita mungkin akan sering bertemu mulai sekarang, dan untuk beberapa waktu ke depan. Aku harap kita bisa berteman.” (Membungkuk, membalas salam dari Dong Min).

Dong Min: “Ternyata bukan hanya rumor belaka, actor Hwang In memang seramah ini. Sama seperti yang dikabarkan media, pantas saja kamu memiliki banyak penggemar. Kamu memang layak mendapat banyak cinta dari mereka.” (Tersenyum).

Hwang In: “Nona Byeol memang pandai memilih asisten pribadi, Dong Min mahir mengambil hati lawan bicaranya.” (Tertawa kecil, menoleh ke arahku). “Dong Min, apa kamu suka olahraga panahan?” (Lanjutnya, kembali menatap Dong Min).

Dong Min: “Aku sangat menyukainya, dulu saat kakekku masih hidup, setiap satu minggu sekali, kakek akan membawaku pergi ke lapangan panahan. Bisa dibilang, ini salah satu hobiku.”

Aku: “Pantas saja kamu terlihat bersemangat saat membahas tentang tempat pemanahan.”

Dong Min: “Sudah lama aku tidak melakukan panahan, membuatku merindukan tempat ini.”

Hwang In: “Kalau begitu, mari lakukan panahan bersamaku. Ini akan lebih menyenangkan, jika aku memiliki partner.” (Ajaknya).

Dong Min: “Baiklah, dengan senang hati.” (Menerima tawaran Hwang In).

            Dong Min dan Hwang In menoleh bersamaan menatapku, seakan meminta izinku. Aku mengangguk dan tersenyum, tanda aku mengizinkan. Mereka mulai melangkah menjauh dariku.

Ling Ling: “Mama, ayo kita duduk disana! Disana ada kursi dan tempatnya lebih teduh.” (Berbisik).

            Ling Ling menggandengku, membawaku ke tempat yang dia maksudkan. Mataku kembali memperhatikan Dong Min dan Hwang In yang terlihat akrab meski baru bertemu, mereka mengobrol dengan santainya, beberapa kali aku melihat mereka tertawa bersama. Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri aku dan Ling Ling, dia memberikan 2 cup ice americano, 1 cup ice lemon tea, dan 1 cup ice milkshake strawberry. Tidak hanya mengantar minuman, pria itu juga membawa 4 box jjajangmyeon. Aku dan Ling Ling sedikit kebingungan, kami menatap heran ke pria itu yang tidak lain adalah seorang kurir pengantar makanan. Akhirnya kurir itu menunjuk ke arah Hwang In, dia pun menjelaskan kalau Hwang In yang memesannya. Setelah menjelaskan, kurir itu langsung pamit undur diri.

Ling Ling: “Dia benar-benar memesannya? Apa dia menyukaimu juga?” (Celetuknya).

Aku: “Apa maksudmu? Siapa, menyukai siapa?” (Menoleh ke arah Ling Ling).

Ling Ling: “Aku membicarakan Hwang In, siapa lagi? Mama tidak merasakannya? Dua pria disana, keduanya menyukaimu.” (Menunjuk ke arah Dong Min dan Hwang In berada, menggunakan dagunya). “Sesampainya aku disini dan mengobrol dengan Hwang In, mama pikir kami membahas tentang pekerjaan? Tidak sama sekali, dia menanyakan banyak hal tentangmu. Seperti, mama sudah memiliki kekasih? Apa yang mama sukai? Apa makanan favoritmu atau apa minuman favoritmu?” (Sambil menancapkan sedotan ke cup bertulis namanya, dia menyeruput ice americano miliknya).

Aku: “Kamu hanya menggodaku kan?”

Ling Ling: “Aku serius, lihat ini! Masing-masing cup minuman tertulis nama kita, dia membelikanmu ice milkshake strawberry, apa menurutmu itu kebetulan? Aku yang memberi taunya, kalau kamu menyukai milkshake. Dan Jjajangmyeon ini, apa ini juga kebetulan? Semua informasi tentang apa yang kamu sukai berasal dariku. Dasar, mama tidak peka!” (Kembali menyeruput ice americano).

Aku: “Ini tidak boleh terjadi.” (Mulai memikirkan semua yang dikatakan Ling Ling).

Ling Ling: “Mama takut menyakiti Dong Min?” (Berbisik).

Aku: “Masalahnya tidak sesederhana itu, manusia cenderung ingin tau lebih banyak saat jatuh cinta pada seseorang. Bagaimana kalau identitas mama terbongkar? Identitas yang selama ratusan tahun, mama simpan dengan apik. Dan hanya beberapa manusia pilihan mama yang tau bagaimana latar belakang mama. Jadi jangan asal menjawab pertanyaan seseorang, jika pertanyaan itu mulai menanyakan privasi keluarga kita.” (Menatap tajam ke arah Ling Ling).

Ling Ling: “Tapi ma, Hwang In sudah tau kalau mama bukan manusia dari ayahnya kan? Kita sempat membahasnya di cafe hari itu.” (Mulai merasa bersalah).

            Suara gelak tawa dari seseorang mengejutkan aku dan Ling Ling, spontan kami menoleh ke arah suara itu berasal, secara bersamaan.

Ling Ling: “Kakek siapa? Kakek mendengar percakapan kami? Apa yang kakek tertawakan?” (Sedikit kesal dengan tingkah orang tidak dikenal, yang tiba-tiba muncul tanpa diundang).

            Mungkin di mata Ling Ling, seseorang yang baru saja tertawa dan tidak dia kenal, terlihat dengan penampilan pria tua. Rambut putih, dengan tubuh gempal, kumis tipis, dan ada beberapa kerutan di wajahnya. Berbeda dengan penglihatanku, mataku tidak akan tertipu dengan kamuflase yang dilakukannya.

            Dimataku, dia terlihat seperti pria muda berusia kurang lebih 30 tahun, pria dengan tinggi 186 cm, berkulit putih bersih, dia tidak gemuk, tubuhnya terlihat ideal. Dia memakai celana hitam, berpadu dengan kaos hitam polos yang dimasukan ke dalam celananya, kemudian dia menggunakan mantel berlengan panjang, dengan panjang mantel di bawah lutut, mantel berwarna merah maroon sebagai outer. Hairstyle comma hair miliknya, membuat wajahnya semakin berseri. “Mawang, sejak kapan kamu kembali ke dunia manusia?”, ucapku membuat Ling Ling semakin kebingungan.

Mawang: “Ini tidak seru sama sekali, aku selalu gagal menyamar di depanmu.” (Dengan wajah kesal). “Apa dia salah satu manusia milikmu?” (Melirik ke arah Ling Ling).

Aku: “Dia putri angkatku.” (Menjawab dengan wajah datar).

Mawang: “Kamu tidak takut memiliki mama seperti Byeol? Hanya sesama moster yang bisa mengenali moster lainnya. Bukan begitu Byeol?” (Menyeringai). “Identitas yang mama mu sembunyikan, bukan sekedar bahwa dia bukan manusia, melainkan kenyataan dia seorang moster, sama sepertiku.” (Tertawa).

Ling Ling: “Jaga mulutmu kakek tua! Jangan memancingku bersikap tidak sopan.” (Kesal).

Mawang: “Kakek tua? Kamu ingin melihat penampilanku yang sesungguhnya? Tapi aku takut, kamu akan terpesona dan terjerat ketampanan iblis di depanmu ini.” (Menggunakan sihirnya untuk mengubah penampilannya menjadi wujud aslinya).

            Ling Ling takjub dengan ketampanan Mawang, matanya tidak berkedip menatap mata indah Mawang, mereka saling bertatapan. 

Aku: “Jangan menatap matanya, atau kamu akan dibawa masuk ke dalam dunia ilusi kesesatannya.” (Menutup mata Ling Ling dengan telapak tanganku).

Mawang: “Kenapa kamu jadi serius sekali? Aku hanya mengajak putrimu bermain, aku tidak akan melukainya.” (Menggerutu).

Ling Ling: “Iya ma.” (Menurut, mengalihkan pandangannya). “Kenapa Mawang menyebut mama moster?” (Bertanya padaku).

Mawang: “Tentu saja karena mama mu pernah membunuh manusia.” (Sahutnya).

Ling Ling: “Mama melakukan itu untuk menyelamatkan manusia lain yang tertindas oleh manusia jahat, korban mama adalah manusia jahat. Mereka pantas mendapatkan hukuman seperti itu.”

Aku & Mawang: “Membunuh tetaplah membunuh.” (Menjawab bersamaan).

Aku: “Dengan alasan apapun, membunuh tidak bisa dibenarkan.” (Jawabku lagi). “Lalu apa yang kamu lakukan disini? Kamu mencariku?” (Menoleh ke arah Mawang).

Mawang: “Percaya diri sekali, aku tidak memiliki urusan denganmu disini.” (Menyentil keningku).

Aku: “Aduh… Mawang! Beraninya!” (Menatap tajam).

Mawang: “Berhenti menatap wajah tampanku, lihat ke arah sana!” (Menunjuk ke salah satu sisi lapangan, dimana ada 3 pria paruh baya sedang berbincang).

            Aku dan Ling Ling melihat ke arah yang ditunjuk oleh Mawang. Ling Ling terkejut karena Ling Ling mengenal mereka semua.

Ling Ling: “Aku mengenal mereka semua. Pria dengan setelan jas berwarna putih disana adalah seseorang yang cukup berpengaruh di salah satu stasiun tv, dia seorang produser variety show. Sedangkan pria dengan setelan jas hitam disana adalah CEO dari perusahaan fashion, khususnya fashion untuk olahraga. Satunya lagi, pria dengan setelan jas warna coklat itu, dia mantan CEO agensi yang pernah viral karena agensinya ditutup secara paksa oleh pemerintah 2 tahun lalu.” (Jelasnya).

Mawang: “CEO agensi ular hitam?” (Tanya mawang memastikan).

            Ling Ling mengangguk membenarkan, raut wajah Mawang berubah menjadi serius, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Aku: “Ada apa? Kenapa ekspresimu seperti itu?” (Memperhatikan Mawang).

Mawang: “Kamu ingat ratusan tahun yang lalu saat kita terluka dan gagal menangkap roh jahat. Aku tidak sengaja bertemu dengan roh jahat itu lagi beberapa tahun lalu, tepatnya 3 tahun lalu, setelah aku selesai memulihkan kekuatan supranaturalku. Saat aku mengejar roh jahat, roh itu memasuki beberapa tubuh manusia secara acak, kemudian berpindah dengan cepat untuk mengecohku. Sampai di seorang terakhir, seseorang itu masuk ke dalam gedung agensi ular hitam. Jadi aku mengikutinya masuk kesana, untuk mencari manusia yang dirasuki olehnya. Sialnya, roh itu diam-diam sudah berpindah ke raga manusia yang lain tanpa aku sadari, aku kembali kehilangannya.” (Bercerita).

Aku: “Jadi, kamu mencurigai roh jahat itu bersembunyi di balik orang-orang agensi ular hitam?”

Mawang: “Awalnya ini hanya kecurigaan, tapi melihat 6 bulan setelah hari pengejaranku, aku mengawasi agensi itu. Agensi ular hitam mengalami kekacauan besar, banyak sekali idol, actor, actress di bawah naungannya, mengalami depresi berakhir dengan bunuh diri.”

Ling Ling: “Berita mengatakan, ada penyelundupan obat terlarang di agensi ular hitam.” (Menambahkan).

Mawang: “Benar, memang seperti itu beritanya. Hanya saja, ini bukan sepenuhnya tentang obat terlarang, roh jahat itu perlahan menggerogoti jiwa-jiwa manusia di dekatnya. Inilah sebabnya, aku terus mengamati orang-orang yang memiliki hubungan dengan agensi ular hitam. Untuk menangkap roh sialan itu!” (Dengan mata berapi api).

Aku: “Roh jahat yang kamu selidiki keberadaannya, hanya 1 kan? Kita kehilangan 2 roh jahat waktu itu, lalu dimana satunya lagi? Kamu menemukan petunjuk?”

Mawang: “Sayangnya belum, dimana satunya masih jadi misteri. Kita harus segera menemukannya, sebelum satunya ikut berulah.” (Menyilangkan tangan kedepan).

Ling Ling: “Bagaimana kalau mama dan Mawang bekerja sama menangkap roh jahat? Kita menyusun rencana, kemudian membagi tugas, ini akan lebih mudah jika kita lakukan bersama.”

Aku & Mawang: “Itu sebuah kemustahilan!” (Bersamaan).

Mawang: “Dia begitu keras kepala dan ingin segala sesuatu harus sesuai dengan keinginannya. Mana mungkin aku bisa bekerja sama dengan orang seperti dia?!” (Mendengus kesal).

Aku: “Apa kamu tidak memiliki cermin?! Kamu juga sama!” (Tidak kalah kesal).

Ling Ling: “Apa kalian saudara kembar di kehidupan sebelumnya?! Kalian sama keras kepala, seperti satu orang tapi memiliki dua raga.” (Mendecak).

            Mendengar ucapan Ling Ling, Mawang menatapku dengan tatapan sulit diartikan. Matanya yang hanya ada kebencian dan memancarkan api amarah saat menatap semua orang, berubah menjadi tatapan mata yang meneduhkan hati. Terasa tenang saat melihat tatapan Mawang saat ini.

Mawang: “Byeol, jangan melakukan apapun tanpa sepengetahuan ku, untuk roh jahat biarkan aku menanganinya, bukan aku tidak mempercayai kemampuan mu. Aku melakukan ini untuk menyelesaikan hukumanku di dunia manusia. Roh jahat yang aku kejar, memiliki hubungan masa lalu denganku, aku yang membuatnya ada, aku yang menciptakannya, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.”

Aku: “Tapi Mawang, roh jahat yang kamu kejar berhasil kabur karena kesalahanku juga. Karena ketidakmampuan ku menangani roh jahat dari arwah yang pernah tinggal di rumahku, itu juga tanggung jawabku. Aku harus menangkap roh jahat itu, aku harus memusnahkannya sendiri.”

Mawang: “Kemungkinan 2 roh jahat itu menjadi satu cukup berbahaya, roh jahat targetku bukan roh jahat pada umumnya. Dia bukan arwah yang berubah, tapi dia tercipta dari energi negative puluhan ribu orang yang mati di medan perang, orang-orang yang menyimpan dendam diujung ajalnya, dan mengucapkan sumpah serapah akan membalas dendam di kehidupan berikutnya.”

Aku: “Jadi itu alasannya, kekuatannya begitu besar dan sulit untuk ditaklukkan?” (Mulai mengerti).

            Mawang menjawab dengan anggukan kepala. Mawang mengedarkan pandangannya untuk mengamati suasana di depannya, pandangan Mawang secara tidak sengaja, jatuh ke tempat dimana Dong Min dan Hwang In berada. “Choe Yeong bersama Putra Mahkota??!”, bergumam.

Aku: “Kamu mengatakan apa? Apa yang kamu lihat?” (Mendengar samar-samar ucapan Mawang).

Mawang: “Bukan apa-apa.” (Jawabnya dengan cepat). “Siapa 2 pemuda disana? Apa mereka datang kesini bersamamu?” (Berusaha mengalihkan).

Aku: “Pemuda dengan bomber jacket berwarna hitam dan celana jeans itu model ambassador perusahaanku, dia actor bernama Hwang In. Pemuda disampingnya, dengan pakaian biru muda adalah Dong Min, dia asisten pribadiku.”

            Mawang hanya tersenyum. “Semua orang kembali terhubung sekarang, apakah ikatan takdir akan terulang lagi?”, ucap Mawang dalam hati.

Aku: “Mawang, ada yang tidak biasa dari sikapmu setelah kembali dari pemulihan. Kamu benar baik-baik saja?” (Merasa cemas).

Mawang: “Tentu saja, aku sorang iblis yang tidak terkalahkan! Kamu tau itu kan? Kekuatanku sudah kembali sepenuhnya.” (Menunjukkan sihirnya, mengeluarkan api dari tangannya).

Aku: “Lega mendengarnya, inilah Mawang yang aku kenal. Menyebalkan dan penuh dengan kesombongan.” (Tersenyum).

Mawang: “Ini bukan kesombongan, ini dinamakan kepercayaan diri menyampaikan fakta.” (Dengan tingkah menyebalkannya yang khas). “Oh! Lihat mereka berdua! Pemuda bernama Dong Min itu cukup mahir dalam memanah. Aku memprediksi busur panahnya akan memperoleh skor 9, gagal menancap di area inner tapi cukup bagus karena menancap pada area gold.” (Memperhatikan pergerakan busur panah Dong Min).

            Benar yang dikatakan Mawang, prediksinya tepat. Sekarang giliran Hwang In, layaknya atlet professional, posisi tubuhnya saat melakukan gaya pegas terlihat sempurna. Busur panah milik Hwang In berhasil menancap pada area inner, skor 10. Melihat Dong Min dan Hwang In, bayangan aneh kembali muncul. Lagi-lagi, aku melihat Dong Min mengenakan pakaian pengawal istana, dan sekarang aku melihat Hwang In mengenakan jubah Putra Mahkota. Apa aku benar-benar memiliki hubungan dengan mereka di kehidupan sebelumnya?

Bersambung…

Komentar

  1. Chapter special, karena di chapter ini ceritanya lebih panjang 🤞😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren kk. Aku tadi membaca sambil sarapan 🤭

      Hapus
  2. Wahh, aku seakan terhipnotis ke dlm alurnya 😍

    BalasHapus
  3. Puas banget, berasa baca 3-4 chapter padahal cuma baca 1 chapter. Sering sering aja kak dibikin panjang gini xixixi

    BalasHapus
  4. waktu baca caption di ig, bilang chapter 9 special, cusssss langsung otw kesini. dan ini beneran special sih, lebih panjang ceritanya, seru abis. gak mengecewakan 👏❤️

    BalasHapus
  5. sesuai dengan notif sosmed authornya yang bilang chapter spesial, rill spesial!! 🤩

    BalasHapus
  6. Berasa lupa jalan pulang, kesedot masuk dalam cerita. Seru banget, padahal sdh sepanjang ini, tapi masih nagih, maaf ya ka milee, lenna agak maruk kalo baca novel kk, suka pokoknya sllu suka, best chapter spesial valentine 😍

    BalasHapus
  7. emang boleh? chapternya buat lupa diri gini? ini udah panjang kan ya, kenapa masih tetap kurang rasanya? real makin panjang, makin nagih baca, ndak boring sama sekali
    ♫꒰・◡・๑꒱

    BalasHapus
  8. Siap2 readers terbagi jadi 2 kubu, akan ada kapal baru aromanya 🤣

    BalasHapus
  9. Benar benar chapter special, mantap writernim. No boring, seru juga, ngga da habisnya ngebuat readers penasaran, puas banget baca kali ini, ngga pernah mengecewakan, sering sering panjang gini yah #ngelunjak 🤭

    BalasHapus
  10. zklsdhwfhhsfhejieiew, sampai gk bisa berword words! gue cuma mau bilang, KEREN!!!

    BalasHapus
  11. SUGOIIIII.....!!! Awesome 🙌🥰🥰🥰

    BalasHapus
  12. this chapter really special, i suka laaaaa 🤗

    BalasHapus
  13. nak sering² baca chapter panjang cam ni 😍

    BalasHapus
  14. anjay bisa2nya chapter panjang tapi gk ngebikin boring, yang ada makin penasaran ❤️‍🔥

    BalasHapus
  15. ga salah disebut chapter special 🔥😍

    BalasHapus
  16. Awal bulan dapat gajian
    Kakak membawa sebuah papan
    Kamu layak dapat pujian
    Sudah wujudkan semua harapan
    (Harapan para readers dapatkan chapter panjang yang wow, sesuai ekspetasi) 😍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer