Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (9)
Mengurai
Kusutnya Ikatan Benang Takdir
Namwon, 30 Maret 2024. Pagi ini
suasana rumah di Namwon tampak tenang seperti biasanya, terlihat para pelayan
arwah kesana kemari melakukan kesibukan mereka masing-masing di lantai bawah.
Dong Min berdiri mengamati dari lantai atas, “Aku kira hanya rumah ini yang
dipenuhi dengan misteri, rumah sebesar ini dihuni oleh para hantu dan
pemiliknya adalah seorang dewa. Siapa sangka, kedatanganku kesini bukanlah
sebuah kebetulan, ada benang takdir menarikku bertemu dengan Byeol. Sekarang,
siapa aku sebenarnya di kehidupan sebelumnya? Dan mengapa aku dipertemukan dengan
Byeol di kehidupan ini, menjadi misteri baru, semua seperti benang kusut yang
perlu diurai.”, gumam Dong Min. Dia terlihat menarik nafas panjang dan
menghembuskannya perlahan.
Selesai dengan renungannya, Dong Min
menuruni satu persatu anak tangga dan menuju ke ruang makan. Ternyata Ling Ling
juga berada disana, dia baru saja duduk di salah satu kursi, kemudian mengambil
nasi serta lauk, bersiap menikmati menu sarapannya.
Dong Min: “Selamat
pagi Ling.” (Sapa Dong Min).
Ling Ling: “Pagi
juga, kamu sudah bangun rupanya. Bagaimana keadaan mamaku? Mama tidur nyenyak
semalam?” (Sahut Ling Ling).
Dong Min: “Aku
terjaga semalam, takut dia memimpikan hal buruk lagi. Sungguh melegakan,
melihat dia tidur dengan tenang dan nyenyak. Jangan cemas, dia sudah baik-baik
saja.” (Tersenyum).
Ling Ling: “Kamu
sungguh luar biasa, masih bisa tersenyum dengan kantung mata seperti itu. Dong
Min, kamu menyukai mamaku?”
Merasa tertohok dengan pertanyaan
Ling Ling, Dong Min diam seribu bahasa. Dia tidak pernah menyangka, Ling Ling
dengan lugasnya menanyakan hal itu padanya.
Ling Ling:
“Melihat reaksimu seperti itu, aku tidak perlu mendengar jawabanmu untuk
mengetahui jawaban yang ku mau.” (Tertawa kecil).
Dong Min:
“Sebenarnya, aku belum yakin dengan perasaanku sendiri. Bukankah ini terlalu
cepat untuk menyimpulkan sesuatu, apalagi soal perasaan kami? Aku dan Byeol
terbilang belum lama saling mengenal.”
Ling Ling: “Ini
bukan tentang berapa lama, tapi tentang kenyamanan yang kalian berikan satu
sama lain. Aku melihat, mama sangat nyaman berada disisi mu, begitu juga
sebaliknya. Bahkan melihat sorot matamu semalam saat berusaha menenangkan mama,
aku bisa merasakan betapa kamu ingin menjaganya dan membuatnya merasa aman.”
Dong Min: “Aku
memang menyayanginya dan ingin menjaganya. Rasanya aku ikut sakit saat dia
sakit, aku terluka saat dia terluka.”
Ling Ling: “Kamu
percaya dengan reinkarnasi? Entah kenapa, setelah mendengar cerita mama tentang
mimpinya semalam, aku memikirkan tentang reinkarnasi.”
Dong Min:
“Pemikiran seperti apa detailnya yang muncul dalam benakmu?”
Ling Ling: “Jika
manusia biasa pada umumnya tidak akan mempercayai ini, tapi kamu bisa bayangkan
sendiri. Aku tumbuh besar di lingkungan yang dipenuhi dengan kejadian di luar
batas logika manusia. Jadi pola pikirku sedikit banyak terpengaruh juga, aku berpikir
ada kemungkinan kalau kalian berdua adalah reinkarnasi dari 2 orang yang saling
terhubung di kehidupan sebelumnya.” (Menerka-nerka).
Dong Min: “Kamu
orang kedua yang memiliki pemikiran seperti itu, sebelum kamu mengatakan hal
ini, ada seseorang yang aku kenal mengatakan hal yang sama.” (Mengangguk).
Ling Ling:
“Benarkah? Siapa?” (Penuh penasaran).
Dong Min: “Ha
Baek, sahabat dari nona Byeol.”
Ling Ling: “Sang
dewa air?! Bagaimana kamu bisa menemuinya? Rumornya dia tidak begitu suka
menemui manusia secara langsung, aku pernah bertemu dengan dia satu kali,
itupun saat aku masih kecil, mungkin saat aku berusia 8 tahun, dia sungguh
tampan. Aku ingin menemuinya lagi, tapi tidak pernah berhasil menemukannya.”
Dong Min: “Dengan
kata lain, kamu pernah mencari dia? Dimana kamu mencari dia, kamu tau sesuatu
tentang Ha Baek?”
Ling Ling:
“Entahlah… aku tidak begitu yakin, tapi aku ingat kalau mama pernah mengatakan
Ha Baek tinggal di kolam yang ada di pavilion Gwanghallu. Pergi saja kesana!
Kalau kamu ingin bertemu dengannya, entah muncul atau tidak di hadapanmu, itu
tergantung pada keberuntunganmu. Jika Ha Baek muncul tandanya dia menyambutmu.”
Dong Min: “Aku
akan mencoba kesana nanti, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya. Aku
bertemu dengan Ha Baek di malam saat nona Byeol mengalami demam, dia yang
membantuku menyembuhkan nona Byeol malam itu, dia memberikan sedikit
energinya.”
Ling Ling:
“Ternyata di malam itu kalian berdua saling bertemu, maksudku kamu dengan Ha
Baek. Mmm… Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi sudah menceritakan padaku, semua hal yang
terjadi di rumah ini, selama aku tidak ada disini. Aku juga tau, kamu cucu dari
kakek Min Jae. Dulu aku sangat dekat dengan kakekmu. Aku lega kamu
menggantikannya jadi asisten mamaku, senang bisa bertemu denganmu.”
Dong Min: “Aku pun
sama, senang bertemu denganmu Ling.” (Tersenyum).
Dong Min semakin bertekad ingin
mencari keberadaan Ha Baek, setelah mengetahui kemungkinan Ha Baek mendiami
kolam yang ada di pavilion Gwanghallu. Di tempat lain, tepatnya di dalam
kamarku, aku terbangun. Dengan mata terpejam aku mencoba meraba sisi lain
ranjang tidurku, aku tidak menemukan Dong Min tidur di sampingku. “Kemana dia
pergi? Apakah dia sudah terbangun?”, gumamku. Ku buka mataku, merapikan piyama
sembari turun dari ranjang tidurku, duduk di kursi meja rias, merapikan rambut
dengan sisir, kemudian mengikatnya.
Aku: “Dong Min,
kamu meninggalkan aku.” (Menuruni tangga, sambil sesekali menguap).
“Selamat pagi nona Byeol”, ucap
semua pelayan arwah serentak. Mereka semua menghentikan aktivitasnya untuk
menyapaku, memberi salam.
Aku: “Selamat pagi
kalian semua.” (sahutku sambil tersenyum).
Dong Min: “Aku
tidak meninggalkanmu, aku hanya ragu jika harus membangunkanmu. Lihat ini, aku
berniat membawakan ini ke kamar, untukmu sarapan.” (Menunjukkan nampan di
tangannya).
Aku: “Manisnya
pria satu ini.” (Mengecup pipi Dong Min, saat sudah berada dekat dengannya).
Dong Min:
“Cantiknya wanita satu ini, padahal baru bangun tidur.” (Mengecup keningku).
“Bagaimana bisa kamu tidak bau masam sama sekali? Kamu kan belum mandi.”
(Lanjutnya, Dong Min mengendus aroma tubuhku, dia mengecup pipi dan leherku).
Ling Ling: “Apa
aku tidak terlihat disini?! Berhenti menunjukkan kemesraan di hadapanku! Kalian
berdua sudah seperti pengantin baru.” (Menggerutu).
Aku dan Dong Min hanya tertawa
melihat Ling Ling yang memanyunkan bibirnya karena kesal. Tidak lama, terdengar
suara klakson mobil memasuki halaman rumahku.
Aku: “Siapa yang
datang? Apa ada tamu?” (Spontan menoleh ke arah pintu).
Ling Ling: “Itu
supirku yang datang, aku memintanya menjemputku kesini.”
Aku: “Kamu mau
kemana sepagi ini? Aku bisa mengantarmu, lebih cepat berteleportasi kan?”
Ling Ling: “Mama
mau semua mitra bisnis kita terkejut, dengan kehadiran kita secara ajaib di
depan mereka? Yang benar saja!” (Menggelengkan kepala).
Aku: “Kamu akan
mengurus pekerjaan hari ini? Kenapa kamu tidak mengambil libur dulu untuk
beberapa hari? Kamu baru saja pulang dari luar negeri, setidaknya ambil waktu
untuk refreshing, healing, istirahatlah lebih dulu.”
Ling Ling: “Ada
beberapa hal yang tidak bisa ditunda, ma. Hari ini aku akan pergi meeting di
kantor, kemudian aku akan pergi ke tempat pemanahan, Hwang In akan melakukan
pemotretan disana. Piuuu piuuu dengan wajah tampannya itu, seolah dia akan
memanah hati penggemar wanitanya.” (Dengan tingkah khonyolnya).
Aku: “Lihat lah
tingkahmu itu, kamu begitu semangat bertemu Hwang In?” (Dengan tatapan
menelisik).
Ling Ling: “Mana
mungkin, memang benar dia tampan, tapi sudah ada seseorang di hatiku.
Sebenarnya selama aku di Paris, aku bertemu dengan seorang pria korea yang
kebetulan sedang melanjutkan pendidikan S2 nya disana. Kami bertemu secara
kebetulan, semakin dekat satu sama lain, lalu memutuskan untuk menjalin
hubungan. Sudah 3 tahun aku berpacaran dengannya, dia seorang dokter. Aku akan
mengenalkan pada mama nanti, jika waktunya sudah tepat.” (Dengan ekspresi
malu-malu).
Aku: “Siapa sangka
wanita gila kerja, bisa jatuh cinta juga.” (Mencubit pipi Ling Ling).
Ling Ling: “Kali
ini aku tidak mau mama melarangku lagi, dulu mama sering melarangku dekat
dengan pria, dengan alasan aku belum cukup umur. Sekarang aku sudah cukup
dewasa untuk jatuh cinta kan?” (Tertawa manja).
Aku: “Kapan aku
melakukannya? Ahaa… aku ingat sekarang. Pria kutu buku, teman sekelasmu waktu
SMA? Tentu saja mama melarang waktu itu, kamu harus belajar dengan baik dan
bersungguh-sungguh, bukan berpacaran. Selain itu ada yang belum mama ceritakan
padamu, tentang dia.” (Mencoba mengingat-ingat).
Ling Ling:
“Tentang dia? Ada apa dengannya?”
Aku: “Aku melihat
ada energi lain di belakangnya, meski tidak sering terlihat, tapi pernah
terlihat olehku beberapa kali. Ada kabut hitam menyelimutinya, auranya begitu
gelap. Feeling mama mengatakan, dia bukan manusia biasa, ada energi luar biasa
pada dirinya.”
Ling Ling:
“Benarkah? Tapi memang dia sedikit tertutup dan pendiam, selain itu dia juga
lebih suka menyendiri di taman belakang sekolah, setiap jam istirahat. Dulu
sisi misteriusnya itulah yang membuatku tertarik, sejak mama mengatakan ada
energi kabut hitam pada dirinya, aku jadi merinding.” (Bergidik ngeri).
Saat aku dan Ling Ling asik dengan
cerita kami, Dong Min hanya terdiam dan tampak melamun. Entah dia mendengarkan
kami bercerita atau pikirannya sedang terbang ke tempat lain.
Aku: “Dong Min,
apa yang sedang kamu pikirkan?” (Menggoyangkan tubuh Dong Min).
Dong Min: “Pergi
ke tempat pemanahan pasti menyenangkan.” (Gumamnya dengan tatapan masih
kosong). “Eh? Kenapa? Kamu bicara apa tadi?” (Lanjutnya setelah tersadar dari
lamunannya dan menoleh ke arahku).
Aku: “Aku pikir
kamu sedang menyimak aku dan Ling Ling bercerita, ternyata memikirkan tentang
tempat pemanahan?” (Tertawa kecil).
Ling Ling:
“Bagimana kalau kalian menyusul nanti?” (Menyahut).
Dong Min: “Aku
boleh pergi kesana?” (Dengan mata berbinar).
Tingkah Dong Min membuat aku dan
Ling Ling saling menatap satu sama lain karena heran. Dong Min terlihat begitu
antusias dengan tawaran Ling Ling.
Ling Ling: “Pasti
boleh, kamu lupa? Wanita cantik di sampingmu adalah CEO perusahaan, dia
memiliki kuasa.” (Mengacungkan ibu jarinya dan mengerlingkan mata).
Dong Min: “Nona
Byeol, ayo kita pergi kesana mmm. Ling Ling bilang kamu punya kuasa.”
(Menatapku penuh harap).
Aku: “Uhum, boleh…
kita berdua akan pergi kesana nanti. Tentunya setelah mandi dan sarapan.”
(Mengangguk dan tersenyum).
Dong Min: “Kalau
begitu aku pergi mandi dulu, nona Byeol cepatlah pergi mandi juga. Setelah itu
sarapan bersama, dan segera pergi ke tempat pemanahan.” (Ucapnya sambil
berlalu, meninggalkan ruang makan).
Ling Ling: “Ada
apa dengannya pagi ini? Aneh sekali, dia begitu semangat pergi ke tempat
pemanahan. Apa dia hobi memanah?” (Mengerutkan kening).
Aku: “Aku juga
tidak tau, ini pertama kalinya aku melihat Dong Min seantusias itu. Mungkin ini
hobinya yang belum kita ketahui, atau bahkan bakat terpendamnya.” (Mengangkat
kedua bahu).
Ling Ling:
“Ada-ada saja.” (Menggelengkan kepala). “Nanti aku akan memberimu kabar kalau
meeting di kantor sudah selesai. Jadi kita bisa bertemu dan mengobrol terlebih
dulu di tempat pemanahan, sebelum aku melanjutkan mengurus pekerjaan disana.
Mama dan Dong Min akan berteleportasi?” (Menatapku).
Aku: “Mungkin,
kami akan menaiki mobil mama yang ada di garasi. Seperti yang kita lakukan
dulu, berteleportasi menggunakan mobil dengan melintasi jalan yang sepi dan
tidak ada cctv. Untuk menghemat waktu perjalanan.” (Jelasku).
Ling Ling: “Itu
ide yang bagus, kalau begitu Ling Ling berangkat dulu. Sampai jumpa nanti, ma.”
(Bangkit dari duduknya, menghampiriku dan memelukku).
Aku: “Hati-hati di
jalan.” (Membalas pelukan Ling Ling).
Ling Ling bergegas pergi setelah
menyelesaikan sarapannya, kami saling berbalas lambaikan tangan. Setelah
punggung Ling Ling hilang dari pandanganku, aku pun segera bersiap untuk pergi
ke Seoul bersama dengan Dong Min.
20 menit kemudian,
aku dan Dong Min sudah rapi menggunakan pakaian semi formal dengan warna
senada. Dong Min menggunakan outfit kasual tapi terlihat keren, dia memadukan
celana panjang putih, kaos polos warna putih, kemudian blazer dengan jenis
kerah notch lapel berwarna biru muda. Dia juga menggunakan sneakers berwarna
putih yang memiliki corak biru muda dimix dengan corak hitam. Ditambah dengan
hairstyle Dong Min, medium undercut, membuat tampilannya semakin menawan.
Aku juga
menggunakan outfit berwarna biru muda tanpa sengaja. Aku mengenakan rok lipit
pendek warna biru muda, dengan panjang selutut. Yang aku padukan dengan kaos
putih polos tanpa lengan, dan crop blazer berkerah notch lapel warna biru muda
berlengan panjang. Dipercantik dengan high heels warna biru muda, mini bag
dengan model bucket bag berwarna biru muda, terakhir sentuhan hairstyle long
wavy hair milikku, membuatku semakin tampil elegant. Ya… semua yang melekat
pada diriku pagi ini serba serbi biru muda.
Selesai mandi dan
sarapan, aku dan Dong Min pergi ke garasi untuk mengambil mobilku yang sudah
lama tidak terpakai. Lebih tepatnya sejak Min Jae berhenti bekerja, karena
biasanya aku malas mengemudi sendiri, jadi Min Jae lebih sering mengemudi
untukku. Saat pintu garasi terbuka, Dong Min terperangah.
Aku: “Ayo masuk!
Ini kuncinya, kamu bisa menyetir kan?” (Tanyaku pada Dong Min, sambil melempar
kunci mobil padanya).
Dong Min menangkap kunci mobil yang
aku lemparkan, tapi dia masih terdiam terpaku, dengan tatapan tidak percaya.
Dia terus mengamati dengan seksama setiap sisi mobilku.
Aku: “Dong Min,
apa yang kamu lihat? Ada sesuatu dengan mobilku? Kamu tidak menyukainya? Kamu
mau menggunakan mobil lain?” (Menghentikan langkahku, sambil memegang pintu
mobil yang sudah aku buka).
Dong Min:
“Lamborghini huracan spyder berwarna merah… ini gila, ini mobil impian semua
orang. Yang aku dengar mobil ini harganya mencapai 2 triliun rupiah dan kamu
memilikinya, nona Byeol. Aku hampir menangis melihat mobil cantik ini. Biasanya
aku hanya melihatnya di majalah atau tv, sekarang aku melihatnya nyata di
depanku, membuatku terharu.” (Mulai melangkah dan mengusap mobilku, bahkan
memeluknya).
Aku: “Kamu
mengejutkan ku, aku pikir kamu tidak ingin naik mobilku yang ini.”
(Menggelengkan kepala).
Dong Min:
“Memangnya ada mobil lain?”
Aku: “Menoleh lah
ke samping kirimu!” (Pintaku).
Dong Min: “Ferrari
488 spider blue!” (Kembali terperangah setelah menoleh).
Aku: “Kamu
menyukainya? Jadi kamu mau yang mana? Kita naik Lamborghini atau Ferrari untuk
pergi ke Seoul hari ini?” (Tersenyum).
Dong Min: “Boleh
kah kita naik Ferrari hari ini, warnanya sesuai dengan outfit kita.”
(Tersenyum).
Aku: “Tentu saja
boleh, serahkan kunci itu. Aku akan memberimu kunci Ferrari.” (Menutup kembali
pintu Lamborghini, setelah itu mencari kunci Ferrari di dalam tas untuk ditukar
dengan kunci Lamborghini yang dibawa oleh Dong Min).
Ferrari 488 spider blue melaju
meninggalkan halaman rumah Namwon, menuju ke Seoul. Aku meminta Dong Min untuk
melewati rute yang aku tunjukkan padanya, beberapa kali Dong Min bertanya
kenapa melewati rute itu? Karena tidak banyak orang melintas disana, selain
karena jalannya memutar dan semakin jauh, rute itu juga melewati tepian hutan.
Aku: “Saat kamu
melihat kabut putih tiba-tiba, jangan panik! Itu bagian dari sihirku, kita
berdua dan mobil ini akan berteleportasi. Sekarang kamu mengerti kan? Kenapa
aku ingin melewati rute yang sepi?” (Ucapku sambil mengusap lengan Dong Min).
Dong Min hanya menjawab dengan
anggukan kepala tanda dia mengerti, dia masih fokus mengemudi. Beberapa saat
kemudian, kabut putih yang aku bicarakan muncul. Pandangan Dong Min mulai
terhalang, hanya dengan hitungan detik, kabut mulai memudar. Dong Min terkejut
saat terdengar suara navigasi dari mobil yang kami tumpangi, mengatakan kalau
kami sudah tiba di Seoul. Navigasi sendiri adalah fitur suara yang disediakan
oleh google maps untuk memandu arah.
Dong Min: “Aku tau
kamu seorang dewa. Aku sering mendengar cerita, kamu bisa berteleportasi dan
lainnya. Waktu itu, aku juga pernah melihatmu menghilang begitu saja dari
hadapanku, yang menurutku diluar batas logika manusia biasa sepertiku. Belum
lagi kejadian saat kita berciuman di ruang tengah, kamu membuat kita berpindah
ke kamarmu dengan sihirmu. Hari ini, kita berteleportasi menggunakan mobil.
Setiap kali bersama mu, selalu ada hal yang menakjubkan.” (Ucapnya penuh
semangat).
Aku: “Aku lebih
tidak menduga reaksimu akan sebahagia ini, tau begini… aku akan sering
mengajakmu berteleportasi kemanapun kamu mau. Mungkin ke tempat-tempat yang
ingin kamu kunjungi sejak lama?” (Tertawa kecil).
Dong Min:
“Benarkah, kamu akan melakukan itu untukku? Sejak kecil aku ingin jalan-jalan
ke luar negeri. Aku ingin ke New York, London, Paris, Quebec, dan masih banyak
lagi.” (Meraih tanganku, kemudian menggenggamnya).
Aku: “Kita bisa
kesana, ayo buat schedule untuk berlibur bersama.” (Sahutku).
Aku dan Dong Min tertawa bersama,
kami melanjutkan obrolan dengan pembahasan random. Tangan kanan Dong Min masih
menggenggam erat tanganku, sesekali dia mengecup punggung tanganku, sedangkan
tangan kirinya siaga di setir kemudi. Kami juga memutar lagu, aku hanya
tersenyum mendengar Dong Min ikut bernyanyi sesuai lagu yang kami putar saat
itu, lagu Love So Fine by Cha Eun Woo.
Dong Min: “Dimana
tempat pemanahannya? Belok kanan atau kiri?” (Ucapnya saat mobil kami sudah
berada cukup dekat dengan tempat pemanahan).
Aku: “Belok kanan,
lurus sedikit. Di sisi kiri jalan, ah disana… nanti kita parkir di sebelah sana
saja.” (Jawabku sambil menunjukkan arah).
Dong Min: “Oke
kita parkir disini.” (Menunjukkan keahlian parkirnya). “Ah sudah terparkir
sempurna.” (Melepaskan genggaman tanganku, dan mematikan mesin mobil).
Seperti seseorang terhepnotis, aku
tidak berkedip sedikit pun memandang Dong Min. Aku semakin tersadar pria di
hadapanku ini, benar-benar mempesona.
Dong Min: “Nona
Byeol, kenapa kamu melihatku seperti itu?” (Tersenyum gemas melihatku).
Aku: “Aku?
Memangnya seperti apa aku melihatmu?” (Gelagapan).
Dong Min: “Jangan
membohongiku, itu tadi tatapan terpesona?” (Menggodaku).
Aku berniat menyangkalnya, tapi
belum sempat aku mengatakan sepatah katapun. Dong Min mengecup bibirku singkat
dengan gerakan yang cepat.
Aku: “Dong Min!!!”
(Terkejut).
Dong Min: “Itu
hukuman karena kamu berniat menyangkalnya bukan?” (Tersenyum).
Aku: “Aku
peringatkan, jangan lakukan itu di publik! Apalagi di depan orang kantor, atau
mitra bisnis Jinju Beauty, mengerti?” (Mencubit pipi Dong Min).
Dong Min: “Jadi
kalau di tempat private seperti sekarang? Boleh melakukannya lagi?”
(Mendekatkan wajahnya ke wajahku).
Aku: “Uhum.”
(Mendehem dan mengangguk).
Bibir kami kembali bersentuhan,
gerakan lembut bibir Dong Min, aku menyambutnya. Setelah beberapa kali saling
melumat, Dong Min melepaskan ciumannya, Dong Min mengusap lembut pipiku sambil
memainkan hidung kami. Aku masih memejamkan mata, menikmati kehangatan kasih
sayang yang diberikan olehnya. ‘♫ KakaoTalk ♫’, suara notifikasi handphone ku
menginterupsi moment kemesraan kami.
Dong Min: “Pesan
dari siapa?” (Memperhatikan ku).
Aku: “Dari Ling
Ling, dia bilang sudah sampai sini, dia sudah menunggu di dalam. Ayo kita
turun, dan segera menemuinya.” (Ajakku, setelah membaca pesan masuk).
Dong Min: “Jangan
turun dulu, tunggu disini.” (Melepas seatbeltnya, lalu turun dari mobil).
Aku hanya terdiam setelah melepas
seatbelt ku. Aku memperhatikan Dong Min berjalan memutar di depan mobil.
Dong Min:
“Silahkan keluar tuan putri.” (Membuka pintu mobil untukku).
Aku: “Apa ini
tidak berlebihan?” (Tersenyum melihat tingkah manis Dong Min).
Dong Min: “Awas
kepalamu, pelan-pelan keluarnya.” (Meletakkan telapak tangannya di atas
kepalaku, menjagaku agar tidak terpentok pintu). “Apa yang berlebihan? Apa
kakekku tidak pernah melakukan ini selama jadi asisten mu?” (Lanjutnya).
Aku: “Pernah, Min
Jae selalu membuka pintu mobil untukku. Tapi tidak pernah bersikap semanis
cucunya ini.” (Mengecup pipi Dong Min dengan cepat, kemudian berlalu
meninggalkan Dong Min yang masih melting).
Dong Min:
“Bukankah kamu yang melarangku melakukannya di publik? Lihatlah kamu sendiri
yang melakukannya! Nona Byeol, tunggu aku!” (Mengejarku dan menggelitiki
perutku).
Aku: “Dong Min
hentikan! Geli! Kamu akan menarik perhatian orang-orang.” (Tertawa kecil).
Dong Min: “Kamu
yang memulai lebih dulu.” (Tersenyum, dia berhenti menggelitiki ku).
Sikap manisnya tidak berhenti
disana, dia menyodorkan lengan kirinya, memberi kode padaku untuk menggandeng
lengannya. Aku tersenyum dan perlahan menurutinya, kami berdua berjalan
beriringan memasuki lapangan tempat pemanahan. Mataku mulai mengitari setiap
sudut lapangan panahan, aku melihat Ling Ling sedang mengobrol dengan Hwang In
di salah satu sisi lapangan.
Aku: “Dong Min,
mereka disana.” (Menepuk lengan Dong Min, lalu menunjuk ke arah Ling Ling dan
Hwang In berada).
Hwang In: “Itu
nona Byeol datang!” (Berseru sambil melambaikan tangan ke arahku, dengan wajah
tersenyum lebar).
Aku membalas lambaian tangan Hwang
In, tapi tiba-tiba senyum Hwang In memudar saat melihat Dong Min bersamaku,
sejenak wajahnya berubah menjadi muram, Hwang In mencoba menutupinya dengan
kembali tersenyum meski sedikit dipaksakan.
Ling Ling:
“Apa-apaan ini?! Kalian menggunakan baju couple? Kita disini untuk pemotretan
iklan, bukan untuk pemotretan prewedding kalian.” (Memutar bola matanya).
Aku: “Kami tidak
sengaja menggunakan warna senada, benar-benar hanya kebetulan.” (Menyangkal).
Ling Ling:
“Wa-ha-ha, baiklah aku akan pura-pura percaya.” (Tertawa palsu untuk
menyindirku).
Aku memukul bahu Ling Ling, dan
menatapnya tajam memintanya untuk diam. Ling Ling tidak takut sama sekali
dengan ancamanku, dia malah menjulurkan lidahnya ke arahku, dengan ekspresi
khonyolnya dia meledekku. Membuat Dong Min dan Hwang In tertawa melihat tingkah
kami berdua.
Hwang In: “Kalau
boleh tau, siapa ini?” (Menatapku sambil melirik ke arah Dong Min).
Aku: “Ah, ini Dong
Min. Dia asisten pribadiku.” (Mulai memperkenalkan Dong Min).
Dong Min: “Salam
kenal tuan Hwang In, aku sering melihatmu di tv. Sebuah kehormatan bisa bertemu
langsung denganmu seperti sekarang.” (Sedikit membungkuk, memberi salam).
Hwang In: “Kamu
berlebihan, kehormatan apanya? Kita semua sama, jangan bersikap terlalu formal
padaku. Kita mungkin akan sering bertemu mulai sekarang, dan untuk beberapa
waktu ke depan. Aku harap kita bisa berteman.” (Membungkuk, membalas salam dari
Dong Min).
Dong Min:
“Ternyata bukan hanya rumor belaka, actor Hwang In memang seramah ini. Sama
seperti yang dikabarkan media, pantas saja kamu memiliki banyak penggemar. Kamu
memang layak mendapat banyak cinta dari mereka.” (Tersenyum).
Hwang In: “Nona
Byeol memang pandai memilih asisten pribadi, Dong Min mahir mengambil hati
lawan bicaranya.” (Tertawa kecil, menoleh ke arahku). “Dong Min, apa kamu suka
olahraga panahan?” (Lanjutnya, kembali menatap Dong Min).
Dong Min: “Aku
sangat menyukainya, dulu saat kakekku masih hidup, setiap satu minggu sekali,
kakek akan membawaku pergi ke lapangan panahan. Bisa dibilang, ini salah satu
hobiku.”
Aku: “Pantas saja
kamu terlihat bersemangat saat membahas tentang tempat pemanahan.”
Dong Min: “Sudah
lama aku tidak melakukan panahan, membuatku merindukan tempat ini.”
Hwang In: “Kalau
begitu, mari lakukan panahan bersamaku. Ini akan lebih menyenangkan, jika aku
memiliki partner.” (Ajaknya).
Dong Min:
“Baiklah, dengan senang hati.” (Menerima tawaran Hwang In).
Dong Min dan Hwang In menoleh
bersamaan menatapku, seakan meminta izinku. Aku mengangguk dan tersenyum, tanda
aku mengizinkan. Mereka mulai melangkah menjauh dariku.
Ling Ling: “Mama,
ayo kita duduk disana! Disana ada kursi dan tempatnya lebih teduh.” (Berbisik).
Ling Ling menggandengku, membawaku
ke tempat yang dia maksudkan. Mataku kembali memperhatikan Dong Min dan Hwang
In yang terlihat akrab meski baru bertemu, mereka mengobrol dengan santainya,
beberapa kali aku melihat mereka tertawa bersama. Tiba-tiba ada seorang pria
menghampiri aku dan Ling Ling, dia memberikan 2 cup ice americano, 1 cup ice
lemon tea, dan 1 cup ice milkshake strawberry. Tidak hanya mengantar minuman,
pria itu juga membawa 4 box jjajangmyeon. Aku dan Ling Ling sedikit
kebingungan, kami menatap heran ke pria itu yang tidak lain adalah seorang
kurir pengantar makanan. Akhirnya kurir itu menunjuk ke arah Hwang In, dia pun
menjelaskan kalau Hwang In yang memesannya. Setelah menjelaskan, kurir itu
langsung pamit undur diri.
Ling Ling: “Dia
benar-benar memesannya? Apa dia menyukaimu juga?” (Celetuknya).
Aku: “Apa
maksudmu? Siapa, menyukai siapa?” (Menoleh ke arah Ling Ling).
Ling Ling: “Aku
membicarakan Hwang In, siapa lagi? Mama tidak merasakannya? Dua pria disana,
keduanya menyukaimu.” (Menunjuk ke arah Dong Min dan Hwang In berada,
menggunakan dagunya). “Sesampainya aku disini dan mengobrol dengan Hwang In,
mama pikir kami membahas tentang pekerjaan? Tidak sama sekali, dia menanyakan
banyak hal tentangmu. Seperti, mama sudah memiliki kekasih? Apa yang mama
sukai? Apa makanan favoritmu atau apa minuman favoritmu?” (Sambil menancapkan
sedotan ke cup bertulis namanya, dia menyeruput ice americano miliknya).
Aku: “Kamu hanya
menggodaku kan?”
Ling Ling: “Aku
serius, lihat ini! Masing-masing cup minuman tertulis nama kita, dia
membelikanmu ice milkshake strawberry, apa menurutmu itu kebetulan? Aku yang
memberi taunya, kalau kamu menyukai milkshake. Dan Jjajangmyeon ini, apa ini
juga kebetulan? Semua informasi tentang apa yang kamu sukai berasal dariku.
Dasar, mama tidak peka!” (Kembali menyeruput ice americano).
Aku: “Ini tidak
boleh terjadi.” (Mulai memikirkan semua yang dikatakan Ling Ling).
Ling Ling: “Mama
takut menyakiti Dong Min?” (Berbisik).
Aku: “Masalahnya
tidak sesederhana itu, manusia cenderung ingin tau lebih banyak saat jatuh
cinta pada seseorang. Bagaimana kalau identitas mama terbongkar? Identitas yang
selama ratusan tahun, mama simpan dengan apik. Dan hanya beberapa manusia
pilihan mama yang tau bagaimana latar belakang mama. Jadi jangan asal menjawab
pertanyaan seseorang, jika pertanyaan itu mulai menanyakan privasi keluarga
kita.” (Menatap tajam ke arah Ling Ling).
Ling Ling: “Tapi
ma, Hwang In sudah tau kalau mama bukan manusia dari ayahnya kan? Kita sempat
membahasnya di cafe hari itu.” (Mulai merasa bersalah).
Suara gelak tawa dari seseorang
mengejutkan aku dan Ling Ling, spontan kami menoleh ke arah suara itu berasal,
secara bersamaan.
Ling Ling: “Kakek
siapa? Kakek mendengar percakapan kami? Apa yang kakek tertawakan?” (Sedikit
kesal dengan tingkah orang tidak dikenal, yang tiba-tiba muncul tanpa
diundang).
Mungkin di mata Ling Ling, seseorang
yang baru saja tertawa dan tidak dia kenal, terlihat dengan penampilan pria
tua. Rambut putih, dengan tubuh gempal, kumis tipis, dan ada beberapa kerutan
di wajahnya. Berbeda dengan penglihatanku, mataku tidak akan tertipu dengan
kamuflase yang dilakukannya.
Dimataku, dia terlihat seperti pria
muda berusia kurang lebih 30 tahun, pria dengan tinggi 186 cm, berkulit putih
bersih, dia tidak gemuk, tubuhnya terlihat ideal. Dia memakai celana hitam,
berpadu dengan kaos hitam polos yang dimasukan ke dalam celananya, kemudian dia
menggunakan mantel berlengan panjang, dengan panjang mantel di bawah lutut,
mantel berwarna merah maroon sebagai outer. Hairstyle comma hair miliknya,
membuat wajahnya semakin berseri. “Mawang, sejak kapan kamu kembali ke dunia
manusia?”, ucapku membuat Ling Ling semakin kebingungan.
Mawang: “Ini tidak
seru sama sekali, aku selalu gagal menyamar di depanmu.” (Dengan wajah kesal).
“Apa dia salah satu manusia milikmu?” (Melirik ke arah Ling Ling).
Aku: “Dia putri
angkatku.” (Menjawab dengan wajah datar).
Mawang: “Kamu
tidak takut memiliki mama seperti Byeol? Hanya sesama moster yang bisa
mengenali moster lainnya. Bukan begitu Byeol?” (Menyeringai). “Identitas yang
mama mu sembunyikan, bukan sekedar bahwa dia bukan manusia, melainkan kenyataan
dia seorang moster, sama sepertiku.” (Tertawa).
Ling Ling: “Jaga
mulutmu kakek tua! Jangan memancingku bersikap tidak sopan.” (Kesal).
Mawang: “Kakek
tua? Kamu ingin melihat penampilanku yang sesungguhnya? Tapi aku takut, kamu
akan terpesona dan terjerat ketampanan iblis di depanmu ini.” (Menggunakan
sihirnya untuk mengubah penampilannya menjadi wujud aslinya).
Ling Ling takjub dengan ketampanan
Mawang, matanya tidak berkedip menatap mata indah Mawang, mereka saling
bertatapan.
Aku: “Jangan
menatap matanya, atau kamu akan dibawa masuk ke dalam dunia ilusi
kesesatannya.” (Menutup mata Ling Ling dengan telapak tanganku).
Mawang: “Kenapa
kamu jadi serius sekali? Aku hanya mengajak putrimu bermain, aku tidak akan
melukainya.” (Menggerutu).
Ling Ling: “Iya
ma.” (Menurut, mengalihkan pandangannya). “Kenapa Mawang menyebut mama moster?”
(Bertanya padaku).
Mawang: “Tentu
saja karena mama mu pernah membunuh manusia.” (Sahutnya).
Ling Ling: “Mama
melakukan itu untuk menyelamatkan manusia lain yang tertindas oleh manusia
jahat, korban mama adalah manusia jahat. Mereka pantas mendapatkan hukuman
seperti itu.”
Aku & Mawang:
“Membunuh tetaplah membunuh.” (Menjawab bersamaan).
Aku: “Dengan
alasan apapun, membunuh tidak bisa dibenarkan.” (Jawabku lagi). “Lalu apa yang
kamu lakukan disini? Kamu mencariku?” (Menoleh ke arah Mawang).
Mawang: “Percaya
diri sekali, aku tidak memiliki urusan denganmu disini.” (Menyentil keningku).
Aku: “Aduh…
Mawang! Beraninya!” (Menatap tajam).
Mawang: “Berhenti
menatap wajah tampanku, lihat ke arah sana!” (Menunjuk ke salah satu sisi
lapangan, dimana ada 3 pria paruh baya sedang berbincang).
Aku dan Ling Ling melihat ke arah
yang ditunjuk oleh Mawang. Ling Ling terkejut karena Ling Ling mengenal mereka
semua.
Ling Ling: “Aku
mengenal mereka semua. Pria dengan setelan jas berwarna putih disana adalah
seseorang yang cukup berpengaruh di salah satu stasiun tv, dia seorang produser
variety show. Sedangkan pria dengan setelan jas hitam disana adalah CEO dari
perusahaan fashion, khususnya fashion untuk olahraga. Satunya lagi, pria dengan
setelan jas warna coklat itu, dia mantan CEO agensi yang pernah viral karena
agensinya ditutup secara paksa oleh pemerintah 2 tahun lalu.” (Jelasnya).
Mawang: “CEO
agensi ular hitam?” (Tanya mawang memastikan).
Ling Ling mengangguk membenarkan,
raut wajah Mawang berubah menjadi serius, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Aku: “Ada apa?
Kenapa ekspresimu seperti itu?” (Memperhatikan Mawang).
Mawang: “Kamu
ingat ratusan tahun yang lalu saat kita terluka dan gagal menangkap roh jahat.
Aku tidak sengaja bertemu dengan roh jahat itu lagi beberapa tahun lalu,
tepatnya 3 tahun lalu, setelah aku selesai memulihkan kekuatan supranaturalku.
Saat aku mengejar roh jahat, roh itu memasuki beberapa tubuh manusia secara
acak, kemudian berpindah dengan cepat untuk mengecohku. Sampai di seorang
terakhir, seseorang itu masuk ke dalam gedung agensi ular hitam. Jadi aku
mengikutinya masuk kesana, untuk mencari manusia yang dirasuki olehnya.
Sialnya, roh itu diam-diam sudah berpindah ke raga manusia yang lain tanpa aku
sadari, aku kembali kehilangannya.” (Bercerita).
Aku: “Jadi, kamu
mencurigai roh jahat itu bersembunyi di balik orang-orang agensi ular hitam?”
Mawang: “Awalnya
ini hanya kecurigaan, tapi melihat 6 bulan setelah hari pengejaranku, aku
mengawasi agensi itu. Agensi ular hitam mengalami kekacauan besar, banyak
sekali idol, actor, actress di bawah naungannya, mengalami depresi berakhir
dengan bunuh diri.”
Ling Ling: “Berita
mengatakan, ada penyelundupan obat terlarang di agensi ular hitam.”
(Menambahkan).
Mawang: “Benar,
memang seperti itu beritanya. Hanya saja, ini bukan sepenuhnya tentang obat
terlarang, roh jahat itu perlahan menggerogoti jiwa-jiwa manusia di dekatnya.
Inilah sebabnya, aku terus mengamati orang-orang yang memiliki hubungan dengan
agensi ular hitam. Untuk menangkap roh sialan itu!” (Dengan mata berapi api).
Aku: “Roh jahat
yang kamu selidiki keberadaannya, hanya 1 kan? Kita kehilangan 2 roh jahat
waktu itu, lalu dimana satunya lagi? Kamu menemukan petunjuk?”
Mawang: “Sayangnya
belum, dimana satunya masih jadi misteri. Kita harus segera menemukannya,
sebelum satunya ikut berulah.” (Menyilangkan tangan kedepan).
Ling Ling:
“Bagaimana kalau mama dan Mawang bekerja sama menangkap roh jahat? Kita
menyusun rencana, kemudian membagi tugas, ini akan lebih mudah jika kita
lakukan bersama.”
Aku & Mawang:
“Itu sebuah kemustahilan!” (Bersamaan).
Mawang: “Dia
begitu keras kepala dan ingin segala sesuatu harus sesuai dengan keinginannya.
Mana mungkin aku bisa bekerja sama dengan orang seperti dia?!” (Mendengus
kesal).
Aku: “Apa kamu
tidak memiliki cermin?! Kamu juga sama!” (Tidak kalah kesal).
Ling Ling: “Apa
kalian saudara kembar di kehidupan sebelumnya?! Kalian sama keras kepala,
seperti satu orang tapi memiliki dua raga.” (Mendecak).
Mendengar ucapan Ling Ling, Mawang
menatapku dengan tatapan sulit diartikan. Matanya yang hanya ada kebencian dan
memancarkan api amarah saat menatap semua orang, berubah menjadi tatapan mata
yang meneduhkan hati. Terasa tenang saat melihat tatapan Mawang saat ini.
Mawang: “Byeol,
jangan melakukan apapun tanpa sepengetahuan ku, untuk roh jahat biarkan aku
menanganinya, bukan aku tidak mempercayai kemampuan mu. Aku melakukan ini untuk
menyelesaikan hukumanku di dunia manusia. Roh jahat yang aku kejar, memiliki
hubungan masa lalu denganku, aku yang membuatnya ada, aku yang menciptakannya,
jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.”
Aku: “Tapi Mawang,
roh jahat yang kamu kejar berhasil kabur karena kesalahanku juga. Karena
ketidakmampuan ku menangani roh jahat dari arwah yang pernah tinggal di
rumahku, itu juga tanggung jawabku. Aku harus menangkap roh jahat itu, aku
harus memusnahkannya sendiri.”
Mawang:
“Kemungkinan 2 roh jahat itu menjadi satu cukup berbahaya, roh jahat targetku
bukan roh jahat pada umumnya. Dia bukan arwah yang berubah, tapi dia tercipta
dari energi negative puluhan ribu orang yang mati di medan perang, orang-orang
yang menyimpan dendam diujung ajalnya, dan mengucapkan sumpah serapah akan
membalas dendam di kehidupan berikutnya.”
Aku: “Jadi itu
alasannya, kekuatannya begitu besar dan sulit untuk ditaklukkan?” (Mulai
mengerti).
Mawang menjawab dengan anggukan
kepala. Mawang mengedarkan pandangannya untuk mengamati suasana di depannya,
pandangan Mawang secara tidak sengaja, jatuh ke tempat dimana Dong Min dan
Hwang In berada. “Choe Yeong bersama Putra Mahkota??!”, bergumam.
Aku: “Kamu
mengatakan apa? Apa yang kamu lihat?” (Mendengar samar-samar ucapan Mawang).
Mawang: “Bukan
apa-apa.” (Jawabnya dengan cepat). “Siapa 2 pemuda disana? Apa mereka datang
kesini bersamamu?” (Berusaha mengalihkan).
Aku: “Pemuda
dengan bomber jacket berwarna hitam dan celana jeans itu model ambassador
perusahaanku, dia actor bernama Hwang In. Pemuda disampingnya, dengan pakaian
biru muda adalah Dong Min, dia asisten pribadiku.”
Mawang hanya tersenyum. “Semua orang
kembali terhubung sekarang, apakah ikatan takdir akan terulang lagi?”, ucap
Mawang dalam hati.
Aku: “Mawang, ada
yang tidak biasa dari sikapmu setelah kembali dari pemulihan. Kamu benar
baik-baik saja?” (Merasa cemas).
Mawang: “Tentu
saja, aku sorang iblis yang tidak terkalahkan! Kamu tau itu kan? Kekuatanku
sudah kembali sepenuhnya.” (Menunjukkan sihirnya, mengeluarkan api dari
tangannya).
Aku: “Lega
mendengarnya, inilah Mawang yang aku kenal. Menyebalkan dan penuh dengan
kesombongan.” (Tersenyum).
Mawang: “Ini bukan
kesombongan, ini dinamakan kepercayaan diri menyampaikan fakta.” (Dengan
tingkah menyebalkannya yang khas). “Oh! Lihat mereka berdua! Pemuda bernama
Dong Min itu cukup mahir dalam memanah. Aku memprediksi busur panahnya akan
memperoleh skor 9, gagal menancap di area inner tapi cukup bagus karena
menancap pada area gold.” (Memperhatikan pergerakan busur panah Dong Min).
Benar yang dikatakan Mawang,
prediksinya tepat. Sekarang giliran Hwang In, layaknya atlet professional,
posisi tubuhnya saat melakukan gaya pegas terlihat sempurna. Busur panah milik
Hwang In berhasil menancap pada area inner, skor 10. Melihat Dong Min dan Hwang
In, bayangan aneh kembali muncul. Lagi-lagi, aku melihat Dong Min mengenakan
pakaian pengawal istana, dan sekarang aku melihat Hwang In mengenakan jubah
Putra Mahkota. Apa aku benar-benar memiliki hubungan dengan mereka di kehidupan
sebelumnya?
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Chapter special, karena di chapter ini ceritanya lebih panjang 🤞😉
BalasHapusKeren kk. Aku tadi membaca sambil sarapan 🤭
HapusWahh, aku seakan terhipnotis ke dlm alurnya 😍
BalasHapusPuas banget, berasa baca 3-4 chapter padahal cuma baca 1 chapter. Sering sering aja kak dibikin panjang gini xixixi
BalasHapuswaktu baca caption di ig, bilang chapter 9 special, cusssss langsung otw kesini. dan ini beneran special sih, lebih panjang ceritanya, seru abis. gak mengecewakan 👏❤️
BalasHapussesuai dengan notif sosmed authornya yang bilang chapter spesial, rill spesial!! 🤩
BalasHapusBerasa lupa jalan pulang, kesedot masuk dalam cerita. Seru banget, padahal sdh sepanjang ini, tapi masih nagih, maaf ya ka milee, lenna agak maruk kalo baca novel kk, suka pokoknya sllu suka, best chapter spesial valentine 😍
BalasHapusemang boleh? chapternya buat lupa diri gini? ini udah panjang kan ya, kenapa masih tetap kurang rasanya? real makin panjang, makin nagih baca, ndak boring sama sekali
BalasHapus♫꒰・◡・๑꒱
Siap2 readers terbagi jadi 2 kubu, akan ada kapal baru aromanya 🤣
BalasHapusBenar benar chapter special, mantap writernim. No boring, seru juga, ngga da habisnya ngebuat readers penasaran, puas banget baca kali ini, ngga pernah mengecewakan, sering sering panjang gini yah #ngelunjak 🤭
BalasHapuszklsdhwfhhsfhejieiew, sampai gk bisa berword words! gue cuma mau bilang, KEREN!!!
BalasHapusSUGOIIIII.....!!! Awesome 🙌🥰🥰🥰
BalasHapusthis chapter really special, i suka laaaaa 🤗
BalasHapusnak sering² baca chapter panjang cam ni 😍
BalasHapusanjay bisa2nya chapter panjang tapi gk ngebikin boring, yang ada makin penasaran ❤️🔥
BalasHapusga salah disebut chapter special 🔥😍
BalasHapusAwal bulan dapat gajian
BalasHapusKakak membawa sebuah papan
Kamu layak dapat pujian
Sudah wujudkan semua harapan
(Harapan para readers dapatkan chapter panjang yang wow, sesuai ekspetasi) 😍