Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (8)
Charger
Terbaik
Hangatnya sinar matahari perlahan
menghilang, berganti dengan hembusan dingin angin malam. Sesampainya di rumah
Seoul, setelah menghabiskan waktu hangout bersama dengan Ling Ling seharian,
membuat aku terlupa, ada seseorang menungguku di rumah Namwon.
Ling Ling: “Hari
ini aku senang sekali, rasanya sudah lama kita tidak shopping bersama seperti
ini ya maaa.” (Ucap Ling Ling dengan langkah gembira memasuki rumah, sambil
membawa beberapa bag belanjaan).
Aku: “Ling Ling,
sepertinya kita harus segera kembali ke Namwon.” (Mulai cemas).
Ling Ling: “Apa
yang terjadi? Kenapa ekspresi mama, tiba-tiba berubah seperti itu? Mama
mendapat penerawangan tentang hal yang urgent terjadi di Namwon?” (Ikut cemas).
Aku: “Uhum
sangaaaaaaattt urgent, ayo kita berteleportasi sekarang!” (Menatap Ling Ling).
Ling Ling: “Oke
kalau begitu, Ling Ling sudah siap maaa.” (Jawabnya penuh kemantapan).
Ling Ling menggenggam tanganku erat
sambil memejamkan mata, dengan hitungan detik kami sudah berada di rumah
Namwon.
Aku: “Sudah
sampai, kita mendarat dengan aman.” (Ucapku, mulai melepaskan tangan Ling
Ling).
Ling Ling: “Aaaaa
aku rindu rumah ini.” (Perlahan membuka mata dan berseru gembira dengan mata
berbinar).
Aku: “Dong Min…
Dong Min, kamu dimana? Aku pulang.” (Berteriak sambil celingukan mencari
keberadaan Dong Min).
Ling Ling: “Siapa
Dong Min? Mama membeli kucing peliharaan baru, atau anjing peliharaan baru?”
(Merasa heran dengan tingkahku).
Aku: “Dia lebih
menggemaskan daripada kucing atau anjing, percayalah!” (Menatap Ling Ling).
Dong Min: “Woof
woooff woof 🐾🐶.”
(Menggonggong menirukan suara anjing).
Membuat aku dan Ling Ling menoleh
bersamaan ke arah suara itu berasal, tampak Dong Min muncul dari balik sofa
yang tidak jauh dari tempat kami berdua berdiri.
Dong Min: “Anjing
peliharaanmu disini.” (Menunjukkan wajah kesal).
Aku: “Sejak kapan
kamu disana?” (Tersenyum).
Dong Min:
“Seharian aku disini, berbaring di sofa menunggumu pulang.” (Memanyunkan
bibir).
Ling Ling: “Astaga
dia benar-benar seperti jelmaan anak anjing.” (Bergumam menatap heran).
Dong Min:
“Beraninya kamu, membuatku hampir mati bosan, nona Byeol!” (Mengomel).
Entah kenapa aku selalu merasa gemas
setiap kali Dong Min bersikap seperti ini, mengomel dengan manjanya,
menunjukkan sisi kesalnya karena tidak bisa jauh dariku? Aku sungguh menyukai
pria di hadapanku ini.
Dong Min: “Kenapa
kamu menatapku sambil tersenyum seperti itu? Ada yang lucu? Dengar, aku sedang
kesal!”
Aku: “Diamlah! Aku
sudah pulang, jangan mengomel lagi. Atau aku akan…”
Dong Min: “Akan
apa? Akaaannn apa? Apa yang akan kamu lakukan?” (Memotong kalimatku).
Aku meraih wajah Dong Min dengan
kedua tanganku, aku mengusap kedua pipinya. Perlahan wajah kami mulai
berdekatan, semakin dekat membuat hidung kami bersentuhan. Dong Min memejamkan
matanya, aku tersenyum melihat reaksinya, pandanganku tertuju pada bibir manis
miliknya. Untuk yang kedua kalinya, aku kembali tidak tahan mengecupnya, ku
kecup lembut dia, berlanjut dengan lumatan hangat yang disambut olehnya. Tidak
mau kalah dariku, tangan kiri Dong Min mulai merangkul pinggangku, tangan kanan
Dong Min memegang belakang kepalaku, menahan kepalaku untuk memperdalam ciuman
kami.
Kami berdua terbuai dengan suasana
sampai melupakan ada sepasang mata yang memperhatikan, Ling Ling terbelalak
melihat adegan di depannya, dia menutup mulutnya dengan tangannya. Aku yang
menyadari hal itu, sempat membuka mata dan memejamkannya lagi, tanpa melepas
ciuman dengan Dong Min, aku membawa Dong Min berteleportasi ke kamarku. Dong
Min menghentikan ciuman kami, saat dia merasakan sedikit guncangan karena
pantulan ranjangku. Dong Min perlahan membuka mata dan terkejut saat menyadari
kami berpindah tempat. Posisi Dong Min setengah berdiri bertumpu dengan
lututnya di atas ranjang tidurku, sedangkan aku berdiri di sisi ranjang. Posisi
kami yang sekarang, sama persis seperti posisi kami saat di ruang tengah,
sebelumnya pun Dong Min setengah berdiri saat di atas sofa.
Dong Min menatapku meminta
penjelasan, aku hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah kata pun. Sedekat ini
dengan Dong Min membuat hatiku bergemuruh, aku menuntun Dong Min untuk
berbaring bersama di atas ranjangku, lagi-lagi dia menurut tanpa penolakan, berbaring
dalam pelukan Dong Min terasa begitu nyaman. Kami saling menatap lekat satu
sama lain, kali ini Dong Min yang mencoba menciumku. Tentu saja aku tidak
menolaknya, dengan lembut dia mengecup keningku, kemudian mengecup kedua
mataku, dia juga mengecup lembut kedua pipiku. Kami kembali saling bertatapan,
kami tertawa kecil bersama.
Dong Min: “Nona
Byeol, aku merindukanmu.”
Aku: “Uhum, aku
tau.”
Dong Min:
“Bolehkah mencium bibirmu lagi? Aku ingin melepaskan kerinduan yang ada dalam
diriku.”
Aku: “Aku
mengizinkannya, kamu boleh menciumku lagi, Dong min.”
Dong Min kembali mengecup bibirku
dan melumatnya, kami semakin erat berpeluk. Malam ini, aku seperti sedang
membayar hutang padanya, karena sudah membuatnya rindu dan meninggalkan dia
seorang diri seharian. Apapun itu, aku tidak bisa membohongi hati sendiri, aku
juga menginginkan ini. Bersama Dong Min, aku merasa dayaku terisi, baru aku
sadari, dia charger terbaik yang aku miliki.
Di lantai bawah, Ling Ling masih
berdiri terpaku tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
Mrs. Bomi: “Nona
Ling Ling?”
Ling Ling:
“Astagaaa… Mrs. Bomi, kamu mengejutkanku.”
Mrs. Bomi: “Kenapa
melamun sendirian disini? Sudah bertemu dengan nona Byeol? Pasti dia senang
sekali melihatmu sudah pulang.”
Ling Ling: “Aku
sudah menemuinya, bahkan dia yang menjemputku. Tadi kami pulang bersama.”
Mrs. Bomi: “Lalu,
dimana nona Byeol?” (Celingukan memperhatikan sekitar).
Ling Ling: “Dia
sedang berada di kamarnya, berciuman panas dengan pemuda bernama Dong Min.”
(Menyeringai).
Mrs. Bomi: “Nona
Ling Ling juga melihatnya?”
Ling Ling: “Apa
maksud dari pertanyaanmu ini, Mrs. Bomi? Seolah kamu juga pernah melihatnya. Oh
my God! Jadi yang aku lihat tadi bukan kali pertama mereka berciuman?”
(Memajukan bibirnya, memparodikan bibir yang sedang berciuman).
Mrs. Bomi tidak kuasa menjawab, dia
hanya mengangguk dengan ekspresi malu-malu. Reaksi Mrs. Bomi membuat Ling Ling
membuka matanya lebar, mulutnya terbuka tidak kalah lebarnya, sambil
menggelengkan kepala. Ini semua sungguh di luar dugaannya.
Mr. In Pyo: “Dua
bidadari cantik di rumah ini sedang berkumpul~ ♪.” (Menyapa sambil berdendang).
“Mana bidadari satu lagi?” (Lanjutnya, saat menyadari aku tidak ada disana).
Mrs. Bomi: “Nona
Byeol sedang beristirahat di kamarnya.”
Mr. In Pyo: “Kalau
begitu aku akan ke lantai atas untuk memberi tau makan malam sudah siap.”
(Ucapnya sambil melangkah pergi berniat ke lantai atas).
Ling Ling &
Mrs. Bomi: “Jangan!!!” (Menghadang Mr. In Pyo bersamaan).
Mr. In Pyo: “Ada
apa dengan kalian berdua?” (Menghentikan langkahnya).
Mrs. Bomi: “Nona
Byeol sedang bersama tuan muda Dong Min di kamarnya.”
Mr. In Pyo: “Tuan
Dong Min sungguh luar biasa, membuat nona Byeol kita dimabuk cinta? Ini moment
yang sangat langka lalalala~♪.” (Menari dan berdendang).
Mrs. Bomi:
“Berhentilah bersikap khonyol seperti itu, lebih baik kamu melanjutkan
pekerjaanmu sana!” (Mendorong Mr. In Pyo supaya kembali ke dapur).
Terdengar suara perut Ling Ling yang
sedang lapar, seperti interupsi ditengah keributan, membuat Mr. In Pyo dan Mrs.
Bomi menghentikan aksi ribut mereka, mereka menoleh bersamaan ke arah Ling Ling
sambil menahan tawa.
Mr. In Pyo: “Ada
yang lapar rupanya, tidak tahan mencium wanginya masakan chef terbaik rumah ini
mmm?” (Berbangga pada diri sendiri).
Ling Ling: “Aku
memang belum makan malam, aku tadi sarapan saat di bandara sambil menunggu
supir menjemputku, setelah itu makan siang di cafe dengan mama, Hwang In, dan
tuan Suk Ik, sambil meeting soal kontrak kerja. Selesai meeting, aku dan mama
pergi ke mall untuk shopping, belum ada makan lagi.” (Memanyunkan bibir sambil
mengusap perutnya sendiri).
Mrs. Bomi:
“Atututu kasiannya nona Ling Ling, kalau begitu mari kita makan, Mr. In Pyo
pasti sudah menyiapkan menu special malam ini. Karena tau, kalau nona Ling Ling
akan pulang. Bukan begitu Mr. In Pyo?” (Merangkul bahu Ling Ling, dengan sikap
keibuannya).
Mr. In Pyo: “Benar
sekali, ada makanan kesukaan nona Ling Ling. Ada kimchi lobak, ada dak galbi
dan tidak lupa, aku memasukkan tteok ke dalamnya. Selain itu ada gyeran mari
dan miyeokguk juga.”
Ling Ling:
“Benarkah? Membuat perutku semakin lapar saat membayangkannya.”
Mrs. Bomi: “Nona
Byeol, mengirim pesan kepada tuan Dong Min mengabarkan kalau nona Ling Ling
akan pulang. Dan meminta tolong pada tuan Dong Min untuk menyampaikan kepada
kami supaya menata kamar serta memasak makan malam special untuk menyambutmu.”
Ling Ling: “Mama
memang yang terbaik, kalau begitu kita langsung saja ke ruang makan. Let’s go!”
(Meletakkan bag belanja miliknya di meja ruang tengah, kemudian berlalu menuju
ruang makan bersama Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi).
Mata Ling Ling berbinar saat melihat
menu makanan yang berjajar di atas meja makan, benar-benar menggugah selera
makannya. Kimchi lobak atau biasa disebut dengan kkakdugi adalah salah satu
makanan khas Korea Selatan, tentu saja bahan dasarnya ialah lobak yang dipotong
menyerupai bentuk dadu kemudian difermentasi. Rasa kimchi lobak manis, asin,
pedas, dan masam, sangat cocok apabila dimakan bersama dengan makanan yang
berkuah atau mie.
Kemudian ada dak galbi, dak galbi
adalah hidangan ayam pedas tumis khas Korea Selatan yang terbuat dari daging
ayam yang dipotong dadu dan dimasak dengan saus gochujang. Dak galbi biasanya
disajikan dengan berbagai sayuran, seperti ubi jalar, kol, daun perilla, daun
bawang, dan tteok/kue beras.
Dua menu terakhir yang memeriahkan
meja makan malam ini, ada gyeran mari yaitu omelet gulung yang menyerupai log
kayu. Satunya lagi, ada miyeokguk atau sup rumput laut, miyeokguk memiliki rasa
gurih yang berasal dari bumbu kecap, bawang putih, dan minyak wijen.
Ling Ling:
“Waaahh… ini benar-benar makan malam penyambutan yang sempurna. Masakan Mr. In
Pyo tidak perlu diragukan lagi, pasti lezat.” (Mengacungkan dua ibu jarinya).
Mr. In Pyo:
“Terimakasih nona Ling Ling, nona terlalu memuji.”
Mrs. Bomi: “Kalau
begitu, selamat menikmati hidangannya. Kami permisi dulu, kami akan melanjutkan
pekerjaan.” (Mengajak Mr. In Pyo meninggalkan meja makan).
Ling Ling: “Apa
kalian begitu sibuk? Tidak bisakah menemaniku saja disini, mama tidak makan
bersamaku, makan sendirian rasanya sepi.”
Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi tidak tega
melihat ekspresi Ling Ling yang menjadi muram, padahal sebelumnya terlihat
ceria dan bersemangat.
Mrs. Bomi:
“Baiklah, kami akan menemani.” (Ucapnya sembari menarik salah satu kursi,
mempersilahkan Ling Ling untuk duduk).
Ling Ling tampak dengan lahapnya
memakan hidangan di atas meja makan, bersama dengan Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi
sesekali mereka mengobrol dengan penuh kehangatan. Tapi, mereka bertiga
seketika terdiam saat mendengar suara teriakan dari lantai atas. “Jangan!!!
Dong Min kembalilah… ku mohon jangan sakiti Dong Min!!!”, suaraku berteriak
membuat semua orang panik.
Ling Ling: “Kalian
berdua dengar itu?” (Mencoba memastikan apa yang di dengarnya).
Mereka bertiga saling menatap satu
sama lain, kemudian segera bangkit dari duduk, meninggalkan meja makan menuju
kamarku dengan tergesa-gesa. Ling Ling mengetuk pintu, memanggil namaku
beberapa kali, karena saat mencoba membukanya, pintu kamarku dalam kondisi
terkunci. Baik aku atau Dong Min tidak menyahut, membuat Ling Ling semakin
panik.
Ling Ling: “Kalian
membuatku panik, bisakah kalian menjawabku?!” (Berteriak, masih mencoba membuka
pintu).
Mrs. Bomi: “Nona
Byeol, nona baik-baik saja? Bolehkah aku masuk?”
Ling Ling: “Mrs.
Bomi, masuklah! Kemudian buka kuncinya untukku.” (Menatap Mrs. Bomi).
Mrs. Bomi: “Tapi
nona Ling…”
Ling Ling: “Ini
perintahku! Aku akan bertanggung jawab jika mama marah nanti.”
Mrs. Bomi hanya menjawab dengan
anggukan, tubuhnya mulai menembus masuk melalui pintu yang masih terkunci.
Sejenak Mrs. Bomi terpaku karena terlalu panik melihat kondisi dalam kamar.
Terlihat Dong Min sedang berupaya membangunkan aku, sebenarnya aku dan Dong Min
sempat tertidur, Dong Min terbangun saat menyadari aku mengigau karena
memimpikan hal yang buruk, mimpi yang membuat aku sampai berteriak dan
menangis.
Dong Min: “Nona
Byeol bangunlah, aku disini. Byeol bangun… bangunlah Byeol, aku baik-baik
saja.” (Menepuk pipiku, mengguncang tubuhku, menggenggam tanganku).
Ling Ling: “Mrs.
Bomi, cepat buka pintunya! Kamu mendengarku?!” (Masih berteriak).
Mrs. Bomi tersadar, dengan segera
membuka kunci pintu kamarku. Disaat bersamaan, aku terbangun dari tidurku,
mulai membuka mataku. Aku menatap Dong Min dengan tatapan penuh kecemasan,
malam itu rasanya… aku begitu takut kehilangan Dong Min.
Aku: “Dong Min,
kamu masih hidup?” (Meneteskan air mata).
Dong Min: “Kamu
hanya mimpi buruk, sejak tadi aku tidur disampingmu, Byeol.” (Mencoba
menenangkan).
Aku: “Punggungmu!
Apa kamu terluka? Apa lukanya parah?” (Dengan ekspresi panik, mengecek punggung
Dong Min).
Dong Min: “Aku
tidak terluka sama sekali, Byeol tenanglah.” (Memelukku erat).
Aku: “Tadi… tadi
kamu kehilangan banyak darah. Banyak anak panah menancap pada tubuhmu, mereka
berusaha membunuhmu.” (Semakin terisak).
Dong Min: “Byeol,
sebenarnya mimpi buruk seperti apa yang membuatmu sampai begini?” (Ikut
meneteskan air mata, semakin erat memelukku).
Ling Ling hanya memperhatikan kami
dari kejauhan, hatinya ikut terluka saat melihatku seperti itu, beberapa kali
dia tampak menyeka air matanya. Kemudian dia memutuskan untuk pergi ke dapur,
mengambil segelas air hangat. Setelah kembali dari dapur dengan membawa segelas
air hangat, Ling Ling melangkah mendekat.
Ling Ling:
“Minumlah dulu, supaya mama lebih tenang.” (Menyodorkan gelas).
Dong Min:
“Terimakasih Ling Ling. Byeol, minumlah air hangat ini.” (Menerima gelas dari
Ling Ling dan membantuku untuk minum).
Aku menurut, pelan-pelan aku
meneguknya. Perlahan aku merasa lebih tenang dari sebelumnya, tapi aku tetap
memeluk Dong Min, rasanya tidak ingin jauh darinya sedikit pun. Kesedihan di
mimpi itu masih jelas terasa.
Ling Ling: “Mama,
mengingat jelas mimpi buruk yang baru saja mama alami?”
Aku: “Uhum, sangat
jelas ku ingat dan sangat jelas ku rasakan sakitnya. Rasanya terlalu nyata
untuk disebut sebuah mimpi. Mereka semua memanggilku Yang Mulia Putri Mahkota,
tapi tidak satu pun mendengarkan atau menuruti perintahku. Aku tidak bisa
mengingat dengan jelas wajah dayang itu, tapi dia menahanku untuk pergi
menyelamatkan Dong Min, dayang itu menyuruhku bersembunyi, atau aku akan dalam
bahaya karena ada para pemberontak kerajaan. Berulang kali, aku memberi dayang
itu perintah untuk melepaskan ku, aku ingin membawa Dong Min bersamaku. Dong
Min melawan beberapa pemberontak sendirian.” (Menyeka air mata).
Ling Ling: “Lalu?
Apa yang terjadi pada Dong Min?”
Aku: “Dong Min
terus saja berteriak padaku, memintaku pergi bersama dayang-dayangku. Tiba-tiba
saja, ada seseorang meluncurkan anak panah pada Dong Min, panah itu mengenai
kakinya. Dong Min, mencabut anak panah yang tertancap pada tubuhnya, dia
menunjukkan padaku, dia kembali berteriak untuk meyakinkan aku, kalau satu anak
panah seperti itu tidak akan membunuhnya, dia bersikeras menyuruhku pergi.
Tidak lama, ribuan pasukan pemanah datang. Ada ribuan anak panah meluncur ke
arah Dong Min, punggungnya dipenuhi anak panah, perlahan dia jatuh tersungkur
berlumur darah, tapi dia masih bisa tersenyum menatapku.”
Dong Min: “Apa
yang membuat kamu yakin, kalau itu benar-benar aku?”
Aku: “Kamu ingat
malam itu? Saat aku mengatakan kalau kamu bukan Dong Min, saat aku melihat
orang lain dalam dirimu. Seperti itulah penampilanmu dalam mimpiku, kamu
terlihat seperti seorang pendekar Goryeo, kamu seorang pengawal istana.”
(Menatap Dong Min).
Mendengar jawaban dariku, Dong Min
terdiam, dia ingat tentang moment yang aku bicarakan, selain itu dia juga
teringat perkataan Ha Baek. Bahwa ada kemungkinan kalau kami memang memiliki
ikatan di kehidupan sebelumnya. “Aku harus menemui Ha Baek, mungkin dia tau
sesuatu, aku harus menceritakan mimpi Byeol padanya.”, ucap Dong Min dalam
hati.
Dong Min: “Byeol
lihat aku baik-baik, aku tidak apa-apa, jadi mimpi kamu itu hanya bunga tidur.
Lupakan saja, jangan terlalu dipikirkan. Bagaimana kalau kita ke bawah, kamu
belum makan malam kan? Kita makan malam bersama mmm.” (Mengusap kedua pipiku).
Aku: “Aku tidak
lapar, tidak nafsu makan juga. Aku mau lanjut istirahat saja.”
Dong Min:
“Baiklah… aku akan menemanimu, sampai kamu tertidur.” (Membantuku berbaring,
menyelimutiku, mengusap kepalaku).
Ling Ling: “Kalau
begitu beristirahatlah kalian berdua, Dong Min ku titipkan mama padamu.”
(Menepuk bahu Dong Min).
Dong Min: “Pasti,
aku akan menjaganya.” (Mengangguk).
Ling Ling: “Mr. In
Pyo… Mrs. Bomi, ayo kita tinggalkan mereka. Biarkan mereka beristirahat.”
(Mengajak Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi keluar dari kamarku).
Aku: “Ling Ling”
(Ucapku memanggil).
Ling Ling: “Iya
maaa.” (Menoleh)
Aku: “Makan lah
dulu, sebelum kamu pergi tidur, kamu belum makan malam tadi. Mr. In Pyo dan
Mrs. Bomi, aku ingin kalian melayani Ling Ling dengan baik.” (Menatap
ketiganya).
Ling Ling: “Jangan
cemaskan aku, aku sudah besar, lihat siapa yang selalu melupakan hal itu? Bukan
hanya aku yang sering manja padamu, mama juga sering memanjakanku. Jangan
terlalu sering membuat aku melupakan usiaku, mama beristirahatlah.”
(Tersenyum).
Aku: “Dasar kamu…
selamat beristirahat juga.” (Berusaha tersenyum, sambil menghapus air mata).
Mr. In Pyo &
Mrs. Bomi: “Kami siap melaksanakan perintah nona Byeol, kalau begitu kami
permisi.” (Membungkuk memberi hormat).
Ling Ling, melangkah keluar kamar
lebih dulu, disusul dengan Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi yang mengikuti langkahnya.
Tidak lupa, Mrs. Bomi kembali menutup pintu kamarku.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
awal cerita dibuat nyengir manis, ujungnya menangis. jadi takut, jangan ada yang mati plisss, trauma bangettt sama sad ending 😭
BalasHapusWahh chapter kali ini membuat aku salting lagi🙈
BalasHapusTapi... Dibuat penasaran lagi tentang cerita masa lalunya Byeol😌
Semangat kk mile!!!🔥
dibuat semakin penasaran dengan kisah masa lalunya byeol
BalasHapusbest si, jirrr berasa di ubek² ini hati y. awalnya cengar cengir, berakhir was² sad ending karena lihat spill seupil dari masa lalunya byeol lewat mimpi
BalasHapusjiaaahh pada dibuat ketar ketir sama potongan maslunya byeol yang sad
BalasHapusSejauh ini, aku ngikutin kak milee. Dari mulai jaman kak milee nulis cerpen di majalah dulunya, setau aku semua cerita beliau ini anti sad ending guys. Jadi nikmati alurnya, ndak perlu ketar ketir gimana endingnya 😂😂😂
BalasHapusUntung ada yang komen gini, zi jadi bisa membaca dengan tenang 🤭
Hapus