Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (8)


 

  Charger Terbaik

            Hangatnya sinar matahari perlahan menghilang, berganti dengan hembusan dingin angin malam. Sesampainya di rumah Seoul, setelah menghabiskan waktu hangout bersama dengan Ling Ling seharian, membuat aku terlupa, ada seseorang menungguku di rumah Namwon.

Ling Ling: “Hari ini aku senang sekali, rasanya sudah lama kita tidak shopping bersama seperti ini ya maaa.” (Ucap Ling Ling dengan langkah gembira memasuki rumah, sambil membawa beberapa bag belanjaan).

Aku: “Ling Ling, sepertinya kita harus segera kembali ke Namwon.” (Mulai cemas).

Ling Ling: “Apa yang terjadi? Kenapa ekspresi mama, tiba-tiba berubah seperti itu? Mama mendapat penerawangan tentang hal yang urgent terjadi di Namwon?” (Ikut cemas).

Aku: “Uhum sangaaaaaaattt urgent, ayo kita berteleportasi sekarang!” (Menatap Ling Ling).

Ling Ling: “Oke kalau begitu, Ling Ling sudah siap maaa.” (Jawabnya penuh kemantapan).

            Ling Ling menggenggam tanganku erat sambil memejamkan mata, dengan hitungan detik kami sudah berada di rumah Namwon.

Aku: “Sudah sampai, kita mendarat dengan aman.” (Ucapku, mulai melepaskan tangan Ling Ling).

Ling Ling: “Aaaaa aku rindu rumah ini.” (Perlahan membuka mata dan berseru gembira dengan mata berbinar).

Aku: “Dong Min… Dong Min, kamu dimana? Aku pulang.” (Berteriak sambil celingukan mencari keberadaan Dong Min).

Ling Ling: “Siapa Dong Min? Mama membeli kucing peliharaan baru, atau anjing peliharaan baru?” (Merasa heran dengan tingkahku).

Aku: “Dia lebih menggemaskan daripada kucing atau anjing, percayalah!” (Menatap Ling Ling).

Dong Min: “Woof woooff woof 🐾🐶.” (Menggonggong menirukan suara anjing).

            Membuat aku dan Ling Ling menoleh bersamaan ke arah suara itu berasal, tampak Dong Min muncul dari balik sofa yang tidak jauh dari tempat kami berdua berdiri.

Dong Min: “Anjing peliharaanmu disini.” (Menunjukkan wajah kesal).

Aku: “Sejak kapan kamu disana?” (Tersenyum).

Dong Min: “Seharian aku disini, berbaring di sofa menunggumu pulang.” (Memanyunkan bibir).

Ling Ling: “Astaga dia benar-benar seperti jelmaan anak anjing.” (Bergumam menatap heran).

Dong Min: “Beraninya kamu, membuatku hampir mati bosan, nona Byeol!” (Mengomel).

            Entah kenapa aku selalu merasa gemas setiap kali Dong Min bersikap seperti ini, mengomel dengan manjanya, menunjukkan sisi kesalnya karena tidak bisa jauh dariku? Aku sungguh menyukai pria di hadapanku ini.

Dong Min: “Kenapa kamu menatapku sambil tersenyum seperti itu? Ada yang lucu? Dengar, aku sedang kesal!”

Aku: “Diamlah! Aku sudah pulang, jangan mengomel lagi. Atau aku akan…”

Dong Min: “Akan apa? Akaaannn apa? Apa yang akan kamu lakukan?” (Memotong kalimatku).

            Aku meraih wajah Dong Min dengan kedua tanganku, aku mengusap kedua pipinya. Perlahan wajah kami mulai berdekatan, semakin dekat membuat hidung kami bersentuhan. Dong Min memejamkan matanya, aku tersenyum melihat reaksinya, pandanganku tertuju pada bibir manis miliknya. Untuk yang kedua kalinya, aku kembali tidak tahan mengecupnya, ku kecup lembut dia, berlanjut dengan lumatan hangat yang disambut olehnya. Tidak mau kalah dariku, tangan kiri Dong Min mulai merangkul pinggangku, tangan kanan Dong Min memegang belakang kepalaku, menahan kepalaku untuk memperdalam ciuman kami.

            Kami berdua terbuai dengan suasana sampai melupakan ada sepasang mata yang memperhatikan, Ling Ling terbelalak melihat adegan di depannya, dia menutup mulutnya dengan tangannya. Aku yang menyadari hal itu, sempat membuka mata dan memejamkannya lagi, tanpa melepas ciuman dengan Dong Min, aku membawa Dong Min berteleportasi ke kamarku. Dong Min menghentikan ciuman kami, saat dia merasakan sedikit guncangan karena pantulan ranjangku. Dong Min perlahan membuka mata dan terkejut saat menyadari kami berpindah tempat. Posisi Dong Min setengah berdiri bertumpu dengan lututnya di atas ranjang tidurku, sedangkan aku berdiri di sisi ranjang. Posisi kami yang sekarang, sama persis seperti posisi kami saat di ruang tengah, sebelumnya pun Dong Min setengah berdiri saat di atas sofa.

            Dong Min menatapku meminta penjelasan, aku hanya tersenyum tanpa menjawab sepatah kata pun. Sedekat ini dengan Dong Min membuat hatiku bergemuruh, aku menuntun Dong Min untuk berbaring bersama di atas ranjangku, lagi-lagi dia menurut tanpa penolakan, berbaring dalam pelukan Dong Min terasa begitu nyaman. Kami saling menatap lekat satu sama lain, kali ini Dong Min yang mencoba menciumku. Tentu saja aku tidak menolaknya, dengan lembut dia mengecup keningku, kemudian mengecup kedua mataku, dia juga mengecup lembut kedua pipiku. Kami kembali saling bertatapan, kami tertawa kecil bersama.

Dong Min: “Nona Byeol, aku merindukanmu.”

Aku: “Uhum, aku tau.”

Dong Min: “Bolehkah mencium bibirmu lagi? Aku ingin melepaskan kerinduan yang ada dalam diriku.”

Aku: “Aku mengizinkannya, kamu boleh menciumku lagi, Dong min.”

            Dong Min kembali mengecup bibirku dan melumatnya, kami semakin erat berpeluk. Malam ini, aku seperti sedang membayar hutang padanya, karena sudah membuatnya rindu dan meninggalkan dia seorang diri seharian. Apapun itu, aku tidak bisa membohongi hati sendiri, aku juga menginginkan ini. Bersama Dong Min, aku merasa dayaku terisi, baru aku sadari, dia charger terbaik yang aku miliki.

            Di lantai bawah, Ling Ling masih berdiri terpaku tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

Mrs. Bomi: “Nona Ling Ling?”

Ling Ling: “Astagaaa… Mrs. Bomi, kamu mengejutkanku.”

Mrs. Bomi: “Kenapa melamun sendirian disini? Sudah bertemu dengan nona Byeol? Pasti dia senang sekali melihatmu sudah pulang.”

Ling Ling: “Aku sudah menemuinya, bahkan dia yang menjemputku. Tadi kami pulang bersama.”

Mrs. Bomi: “Lalu, dimana nona Byeol?” (Celingukan memperhatikan sekitar).

Ling Ling: “Dia sedang berada di kamarnya, berciuman panas dengan pemuda bernama Dong Min.” (Menyeringai).

Mrs. Bomi: “Nona Ling Ling juga melihatnya?”

Ling Ling: “Apa maksud dari pertanyaanmu ini, Mrs. Bomi? Seolah kamu juga pernah melihatnya. Oh my God! Jadi yang aku lihat tadi bukan kali pertama mereka berciuman?” (Memajukan bibirnya, memparodikan bibir yang sedang berciuman).

            Mrs. Bomi tidak kuasa menjawab, dia hanya mengangguk dengan ekspresi malu-malu. Reaksi Mrs. Bomi membuat Ling Ling membuka matanya lebar, mulutnya terbuka tidak kalah lebarnya, sambil menggelengkan kepala. Ini semua sungguh di luar dugaannya.

Mr. In Pyo: “Dua bidadari cantik di rumah ini sedang berkumpul~ ♪.” (Menyapa sambil berdendang). “Mana bidadari satu lagi?” (Lanjutnya, saat menyadari aku tidak ada disana).

Mrs. Bomi: “Nona Byeol sedang beristirahat di kamarnya.”

Mr. In Pyo: “Kalau begitu aku akan ke lantai atas untuk memberi tau makan malam sudah siap.” (Ucapnya sambil melangkah pergi berniat ke lantai atas).

Ling Ling & Mrs. Bomi: “Jangan!!!” (Menghadang Mr. In Pyo bersamaan).

Mr. In Pyo: “Ada apa dengan kalian berdua?” (Menghentikan langkahnya).

Mrs. Bomi: “Nona Byeol sedang bersama tuan muda Dong Min di kamarnya.”

Mr. In Pyo: “Tuan Dong Min sungguh luar biasa, membuat nona Byeol kita dimabuk cinta? Ini moment yang sangat langka lalalala~♪.” (Menari dan berdendang).

Mrs. Bomi: “Berhentilah bersikap khonyol seperti itu, lebih baik kamu melanjutkan pekerjaanmu sana!” (Mendorong Mr. In Pyo supaya kembali ke dapur).

            Terdengar suara perut Ling Ling yang sedang lapar, seperti interupsi ditengah keributan, membuat Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi menghentikan aksi ribut mereka, mereka menoleh bersamaan ke arah Ling Ling sambil menahan tawa.

Mr. In Pyo: “Ada yang lapar rupanya, tidak tahan mencium wanginya masakan chef terbaik rumah ini mmm?” (Berbangga pada diri sendiri).

Ling Ling: “Aku memang belum makan malam, aku tadi sarapan saat di bandara sambil menunggu supir menjemputku, setelah itu makan siang di cafe dengan mama, Hwang In, dan tuan Suk Ik, sambil meeting soal kontrak kerja. Selesai meeting, aku dan mama pergi ke mall untuk shopping, belum ada makan lagi.” (Memanyunkan bibir sambil mengusap perutnya sendiri).

Mrs. Bomi: “Atututu kasiannya nona Ling Ling, kalau begitu mari kita makan, Mr. In Pyo pasti sudah menyiapkan menu special malam ini. Karena tau, kalau nona Ling Ling akan pulang. Bukan begitu Mr. In Pyo?” (Merangkul bahu Ling Ling, dengan sikap keibuannya).

Mr. In Pyo: “Benar sekali, ada makanan kesukaan nona Ling Ling. Ada kimchi lobak, ada dak galbi dan tidak lupa, aku memasukkan tteok ke dalamnya. Selain itu ada gyeran mari dan miyeokguk juga.”

Ling Ling: “Benarkah? Membuat perutku semakin lapar saat membayangkannya.”

Mrs. Bomi: “Nona Byeol, mengirim pesan kepada tuan Dong Min mengabarkan kalau nona Ling Ling akan pulang. Dan meminta tolong pada tuan Dong Min untuk menyampaikan kepada kami supaya menata kamar serta memasak makan malam special untuk menyambutmu.”

Ling Ling: “Mama memang yang terbaik, kalau begitu kita langsung saja ke ruang makan. Let’s go!” (Meletakkan bag belanja miliknya di meja ruang tengah, kemudian berlalu menuju ruang makan bersama Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi).

            Mata Ling Ling berbinar saat melihat menu makanan yang berjajar di atas meja makan, benar-benar menggugah selera makannya. Kimchi lobak atau biasa disebut dengan kkakdugi adalah salah satu makanan khas Korea Selatan, tentu saja bahan dasarnya ialah lobak yang dipotong menyerupai bentuk dadu kemudian difermentasi. Rasa kimchi lobak manis, asin, pedas, dan masam, sangat cocok apabila dimakan bersama dengan makanan yang berkuah atau mie.

            Kemudian ada dak galbi, dak galbi adalah hidangan ayam pedas tumis khas Korea Selatan yang terbuat dari daging ayam yang dipotong dadu dan dimasak dengan saus gochujang. Dak galbi biasanya disajikan dengan berbagai sayuran, seperti ubi jalar, kol, daun perilla, daun bawang, dan tteok/kue beras.

            Dua menu terakhir yang memeriahkan meja makan malam ini, ada gyeran mari yaitu omelet gulung yang menyerupai log kayu. Satunya lagi, ada miyeokguk atau sup rumput laut, miyeokguk memiliki rasa gurih yang berasal dari bumbu kecap, bawang putih, dan minyak wijen.

Ling Ling: “Waaahh… ini benar-benar makan malam penyambutan yang sempurna. Masakan Mr. In Pyo tidak perlu diragukan lagi, pasti lezat.” (Mengacungkan dua ibu jarinya).

Mr. In Pyo: “Terimakasih nona Ling Ling, nona terlalu memuji.”

Mrs. Bomi: “Kalau begitu, selamat menikmati hidangannya. Kami permisi dulu, kami akan melanjutkan pekerjaan.” (Mengajak Mr. In Pyo meninggalkan meja makan).

Ling Ling: “Apa kalian begitu sibuk? Tidak bisakah menemaniku saja disini, mama tidak makan bersamaku, makan sendirian rasanya sepi.”

            Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi tidak tega melihat ekspresi Ling Ling yang menjadi muram, padahal sebelumnya terlihat ceria dan bersemangat.

Mrs. Bomi: “Baiklah, kami akan menemani.” (Ucapnya sembari menarik salah satu kursi, mempersilahkan Ling Ling untuk duduk).

            Ling Ling tampak dengan lahapnya memakan hidangan di atas meja makan, bersama dengan Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi sesekali mereka mengobrol dengan penuh kehangatan. Tapi, mereka bertiga seketika terdiam saat mendengar suara teriakan dari lantai atas. “Jangan!!! Dong Min kembalilah… ku mohon jangan sakiti Dong Min!!!”, suaraku berteriak membuat semua orang panik.

Ling Ling: “Kalian berdua dengar itu?” (Mencoba memastikan apa yang di dengarnya).

            Mereka bertiga saling menatap satu sama lain, kemudian segera bangkit dari duduk, meninggalkan meja makan menuju kamarku dengan tergesa-gesa. Ling Ling mengetuk pintu, memanggil namaku beberapa kali, karena saat mencoba membukanya, pintu kamarku dalam kondisi terkunci. Baik aku atau Dong Min tidak menyahut, membuat Ling Ling semakin panik.

Ling Ling: “Kalian membuatku panik, bisakah kalian menjawabku?!” (Berteriak, masih mencoba membuka pintu).

Mrs. Bomi: “Nona Byeol, nona baik-baik saja? Bolehkah aku masuk?”

Ling Ling: “Mrs. Bomi, masuklah! Kemudian buka kuncinya untukku.” (Menatap Mrs. Bomi).

Mrs. Bomi: “Tapi nona Ling…”

Ling Ling: “Ini perintahku! Aku akan bertanggung jawab jika mama marah nanti.”

            Mrs. Bomi hanya menjawab dengan anggukan, tubuhnya mulai menembus masuk melalui pintu yang masih terkunci. Sejenak Mrs. Bomi terpaku karena terlalu panik melihat kondisi dalam kamar. Terlihat Dong Min sedang berupaya membangunkan aku, sebenarnya aku dan Dong Min sempat tertidur, Dong Min terbangun saat menyadari aku mengigau karena memimpikan hal yang buruk, mimpi yang membuat aku sampai berteriak dan menangis.

Dong Min: “Nona Byeol bangunlah, aku disini. Byeol bangun… bangunlah Byeol, aku baik-baik saja.” (Menepuk pipiku, mengguncang tubuhku, menggenggam tanganku).

Ling Ling: “Mrs. Bomi, cepat buka pintunya! Kamu mendengarku?!” (Masih berteriak).

            Mrs. Bomi tersadar, dengan segera membuka kunci pintu kamarku. Disaat bersamaan, aku terbangun dari tidurku, mulai membuka mataku. Aku menatap Dong Min dengan tatapan penuh kecemasan, malam itu rasanya… aku begitu takut kehilangan Dong Min.

Aku: “Dong Min, kamu masih hidup?” (Meneteskan air mata).

Dong Min: “Kamu hanya mimpi buruk, sejak tadi aku tidur disampingmu, Byeol.” (Mencoba menenangkan).

Aku: “Punggungmu! Apa kamu terluka? Apa lukanya parah?” (Dengan ekspresi panik, mengecek punggung Dong Min).

Dong Min: “Aku tidak terluka sama sekali, Byeol tenanglah.” (Memelukku erat).

Aku: “Tadi… tadi kamu kehilangan banyak darah. Banyak anak panah menancap pada tubuhmu, mereka berusaha membunuhmu.” (Semakin terisak).

Dong Min: “Byeol, sebenarnya mimpi buruk seperti apa yang membuatmu sampai begini?” (Ikut meneteskan air mata, semakin erat memelukku).

            Ling Ling hanya memperhatikan kami dari kejauhan, hatinya ikut terluka saat melihatku seperti itu, beberapa kali dia tampak menyeka air matanya. Kemudian dia memutuskan untuk pergi ke dapur, mengambil segelas air hangat. Setelah kembali dari dapur dengan membawa segelas air hangat, Ling Ling melangkah mendekat.

Ling Ling: “Minumlah dulu, supaya mama lebih tenang.” (Menyodorkan gelas).

Dong Min: “Terimakasih Ling Ling. Byeol, minumlah air hangat ini.” (Menerima gelas dari Ling Ling dan membantuku untuk minum).

            Aku menurut, pelan-pelan aku meneguknya. Perlahan aku merasa lebih tenang dari sebelumnya, tapi aku tetap memeluk Dong Min, rasanya tidak ingin jauh darinya sedikit pun. Kesedihan di mimpi itu masih jelas terasa.

Ling Ling: “Mama, mengingat jelas mimpi buruk yang baru saja mama alami?”

Aku: “Uhum, sangat jelas ku ingat dan sangat jelas ku rasakan sakitnya. Rasanya terlalu nyata untuk disebut sebuah mimpi. Mereka semua memanggilku Yang Mulia Putri Mahkota, tapi tidak satu pun mendengarkan atau menuruti perintahku. Aku tidak bisa mengingat dengan jelas wajah dayang itu, tapi dia menahanku untuk pergi menyelamatkan Dong Min, dayang itu menyuruhku bersembunyi, atau aku akan dalam bahaya karena ada para pemberontak kerajaan. Berulang kali, aku memberi dayang itu perintah untuk melepaskan ku, aku ingin membawa Dong Min bersamaku. Dong Min melawan beberapa pemberontak sendirian.” (Menyeka air mata).

Ling Ling: “Lalu? Apa yang terjadi pada Dong Min?”

Aku: “Dong Min terus saja berteriak padaku, memintaku pergi bersama dayang-dayangku. Tiba-tiba saja, ada seseorang meluncurkan anak panah pada Dong Min, panah itu mengenai kakinya. Dong Min, mencabut anak panah yang tertancap pada tubuhnya, dia menunjukkan padaku, dia kembali berteriak untuk meyakinkan aku, kalau satu anak panah seperti itu tidak akan membunuhnya, dia bersikeras menyuruhku pergi. Tidak lama, ribuan pasukan pemanah datang. Ada ribuan anak panah meluncur ke arah Dong Min, punggungnya dipenuhi anak panah, perlahan dia jatuh tersungkur berlumur darah, tapi dia masih bisa tersenyum menatapku.”

Dong Min: “Apa yang membuat kamu yakin, kalau itu benar-benar aku?” 

Aku: “Kamu ingat malam itu? Saat aku mengatakan kalau kamu bukan Dong Min, saat aku melihat orang lain dalam dirimu. Seperti itulah penampilanmu dalam mimpiku, kamu terlihat seperti seorang pendekar Goryeo, kamu seorang pengawal istana.” (Menatap Dong Min). 

            Mendengar jawaban dariku, Dong Min terdiam, dia ingat tentang moment yang aku bicarakan, selain itu dia juga teringat perkataan Ha Baek. Bahwa ada kemungkinan kalau kami memang memiliki ikatan di kehidupan sebelumnya. “Aku harus menemui Ha Baek, mungkin dia tau sesuatu, aku harus menceritakan mimpi Byeol padanya.”, ucap Dong Min dalam hati.

Dong Min: “Byeol lihat aku baik-baik, aku tidak apa-apa, jadi mimpi kamu itu hanya bunga tidur. Lupakan saja, jangan terlalu dipikirkan. Bagaimana kalau kita ke bawah, kamu belum makan malam kan? Kita makan malam bersama mmm.” (Mengusap kedua pipiku).

Aku: “Aku tidak lapar, tidak nafsu makan juga. Aku mau lanjut istirahat saja.”

Dong Min: “Baiklah… aku akan menemanimu, sampai kamu tertidur.” (Membantuku berbaring, menyelimutiku, mengusap kepalaku).

Ling Ling: “Kalau begitu beristirahatlah kalian berdua, Dong Min ku titipkan mama padamu.” (Menepuk bahu Dong Min).

Dong Min: “Pasti, aku akan menjaganya.” (Mengangguk).

Ling Ling: “Mr. In Pyo… Mrs. Bomi, ayo kita tinggalkan mereka. Biarkan mereka beristirahat.” (Mengajak Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi keluar dari kamarku).

Aku: “Ling Ling” (Ucapku memanggil).

Ling Ling: “Iya maaa.” (Menoleh)

Aku: “Makan lah dulu, sebelum kamu pergi tidur, kamu belum makan malam tadi. Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi, aku ingin kalian melayani Ling Ling dengan baik.” (Menatap ketiganya).

Ling Ling: “Jangan cemaskan aku, aku sudah besar, lihat siapa yang selalu melupakan hal itu? Bukan hanya aku yang sering manja padamu, mama juga sering memanjakanku. Jangan terlalu sering membuat aku melupakan usiaku, mama beristirahatlah.” (Tersenyum).

Aku: “Dasar kamu… selamat beristirahat juga.” (Berusaha tersenyum, sambil menghapus air mata).

Mr. In Pyo & Mrs. Bomi: “Kami siap melaksanakan perintah nona Byeol, kalau begitu kami permisi.” (Membungkuk memberi hormat).

            Ling Ling, melangkah keluar kamar lebih dulu, disusul dengan Mr. In Pyo dan Mrs. Bomi yang mengikuti langkahnya. Tidak lupa, Mrs. Bomi kembali menutup pintu kamarku.

Bersambung…

Komentar

  1. awal cerita dibuat nyengir manis, ujungnya menangis. jadi takut, jangan ada yang mati plisss, trauma bangettt sama sad ending 😭

    BalasHapus
  2. Wahh chapter kali ini membuat aku salting lagi🙈
    Tapi... Dibuat penasaran lagi tentang cerita masa lalunya Byeol😌
    Semangat kk mile!!!🔥

    BalasHapus
  3. dibuat semakin penasaran dengan kisah masa lalunya byeol

    BalasHapus
  4. best si, jirrr berasa di ubek² ini hati y. awalnya cengar cengir, berakhir was² sad ending karena lihat spill seupil dari masa lalunya byeol lewat mimpi

    BalasHapus
  5. jiaaahh pada dibuat ketar ketir sama potongan maslunya byeol yang sad

    BalasHapus
  6. Sejauh ini, aku ngikutin kak milee. Dari mulai jaman kak milee nulis cerpen di majalah dulunya, setau aku semua cerita beliau ini anti sad ending guys. Jadi nikmati alurnya, ndak perlu ketar ketir gimana endingnya 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untung ada yang komen gini, zi jadi bisa membaca dengan tenang 🤭

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer