Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (6)
Beradaptasi
Kunci Untuk Bertahan
Ada yang bilang padaku, untuk
menjadi manusia setidaknya bersikaplah manusiawi. Terlihat seperti manusia
untuk bisa berbaur dengan manusia lainnya. Sudah ratusan tahun aku lupa
bagaimana bersikap manusiawi, apalagi bagaimana cara terlihat seperti manusia
di depan manusia lainnya. Aku memang seorang manusia dulunya, tapi itu sudah
lama sekali, aku mulai melupakannya.
Ling Ling:
“Mamaaa… ah maksudku nona Byeolku tersayang, akhirnya kamu datang juga, aku
merindukanmuuu.” (Berlari memelukku).
Aku: “Aku juga
merindukanmu. Kamu tidak terkejut lagi dengan kehadiranku secara tiba-tiba
seperti ini?” (Membalas pelukan Ling Ling).
Ling Ling: “Kamu
pikir aku anak kecil? Seperti yang kamu bilang, aku sudah 31 tahun sekarang,
aku sudah menghafal semua tingkah ajaibmu.” (Tertawa).
Aku: “Dasar anak
nakal, kamu memang sudah besar sekarang. Ada yang baru dari penampilanmu, kamu
terlihat lebih cantik, auramu juga lebih menyegarkan, apa semenyenangkan itu
berada di Paris?” (Memperhatikan Ling Ling dengan seksama).
Ling Ling: “Aku
memotong rambutku, aku bosan dengan rambut panjang, jadi aku memotongnya
menjadi sebahu, dan tidak lupa ciri khas Ling Ling berponi depan, aku merapikan
poniku. Bagaimana? Apakah hairstyle ini cocok untukku?”
Aku: “Uhum sangat
cocok untukmu, kamu makin manis dan menawan.” (Mengusap kepala Ling Ling dan
mencubit gemas pipinya).
Ling Ling:
“Bolehkah aku memelukmu lagi? Aku masih sangat merindukan mama.” (Matanya
berkaca-kaca).
Aku: “Tentu saja
boleh, sejak kapan kamu belajar meminta izin sebelum memelukku? Dulu waktu kamu
masih kecil, kamu selalu berlari minta dipeluk, entah untuk mengadu kesedihanmu
atau membagi bahagiamu. Kamu bilang, mama orang pertama yang harus tau tentang
apapun yang terjadi dalam perjalanan hidupmu kan? Karena dalam hidupmu, kamu
hanya punya mama. Ling Ling, dengarkan mama baik-baik, coba kamu ingat saat
usiamu 1 tahun sampai 15 tahun, pernahkah aku melarangmu memanggilku dengan
sebutan mama? Tapi semakin kamu dewasa, aku melarangmu memanggilku mama di
depan orang lain, karena mereka akan bertanya-tanya saat melihat penampilan
kita. Mama kamu ini tidak bisa menua, bahkan orang-orang akan menganggap mama
adalah adikmu jika kita pergi keluar bersama. Mamanya berusia 25 tahun dan
anaknya berusia 31 tahun, apakah logika manusia bisa menerimanya? Dalam lubuk
hati terdalam, aku bahagia menjadi mama mu, aku bangga dengan semua kerja keras
dan pencapaian anak mama ini.” (Membawa Ling Ling dalam pelukanku).
Ling Ling: “Uhum
aku paham ma, sayang mama.” (Dengan manjanya memelukku erat).
Ling Ling yang semula sedang sibuk
membongkar kopernya, meninggalkan barangnya begitu saja, saat melihatku
tiba-tiba datang dan duduk di ranjang tidur miliknya. Kami saling melepaskan
rindu satu sama lain.
Aku memiliki sebuah perusahaan
kecantikan yang memproduksi skincare serta produk makeup yang diperlukan para
wanita maupun pria. Brand perusahaanku bernama Jinju Beauty, aku mendirikan
perusahaan ini kurang lebih sudah hampir 55 tahun, waktu awal aku merintis
Jinju Beauty, aku dibantu oleh Min Jae. Benar, dulu kakek dari Dong Min yang
menjadi manager pertama di perusahaanku. Aku sangat menyukai kecerdasaan dari
Min Jae dalam mengembangkan bisnis, dia memang berbakat dalam hal itu.
Bisa dibilang, Ling Ling tertarik
menempuh pendidikan dalam bidang bisnis karena cukup dekat dengan Min Jae. Bagi
Ling Ling, Min Jae sudah seperti kakek untuknya, dari Min Jae juga, Ling Ling
belajar mengelola Jinju Beauty. Saat usia Ling Ling 23 tahun, tidak lama
setelah lulus dari universitas, Ling Ling menduduki jabatan manager
menggantikan Min Jae, tentu saja sampai saat ini. Di tangan Ling Ling, Jinju
Beauty makin berkembang pesat, banyak idol, actor, model, dan penyanyi terkenal
diajaknya kerjasama, menerima tawaran menjadi ambassador kami.
Sedangkan aku? Aku tidak sering
muncul dalam pertemuan apapun itu terkait dengan Jinju Beauty, dalam 55 tahun
berdirinya perusahaanku ini, bisa dihitung dengan jari, berapa kali aku
menginjakkan kaki ku di kantor. Aku juga sudah terbiasa saat orang-orang
diluaran sana membicarakan tentang CEO Jinju Beauty sangatlah misterius, aku
tidak terlalu memperdulikannya.
Aku memiliki hal lain yang aku suka,
daripada bisnis, aku lebih menyukai dunia tulis menulis. Menjadi seorang
novelist sejak ratusan tahun yang lalu, aku memiliki nama pena karena tentu
saja, aku tidak bisa menggunakan nama asliku. Adanya rekam jejak membuatku
waspada, jika aku menggunakan nama asli, aku akan benar-benar terkenal, bukan
dikarenakan karyaku melainkan, mungkin akan ada rumor aku seorang penulis yang
hidup abadi selama ratusan tahun? Itu akan membuatku gila. Lebih nyaman
menggunakan nama pena, aku bisa bebas menggantinya. Jika dihitung dari awal
karirku sebagai penulis, sudah ada hampir 150 novel yang aku tulis dengan nama
pena yang sempat berganti beberapa kali.
Setiap berganti nama pena, aku
dikenal sebagai penulis muda berusia 25 tahun, setelah itu aku akan terus
berkarya selama 40 tahun kurang lebih, aku akan pura-pura pensiun menulis saat
usiaku memasuki 65 tahun dalam perhitungan usia manusia. Dan saat usiaku
memasuki 90 atau 100 tahun dalam perhitungan manusia, aku akan membuat berita
palsu seolah kabar kematianku. Begitulah caraku bertahan menjadi novelist
selama beberapa ratus tahun ini. Aku selalu membuat alasan menolak saat acara
tv, atau radio, atau wawancara lainnya, dari berbagai media memintaku datang.
Karena beberapa novel karyaku menjadi best seller, sungguh merepotkan banyak
undangan ditujukan padaku.
Aku memiliki bakat menulis, sejak
aku masih jadi manusia seutuhnya, kenangan itu teringat jelas olehku. Saat aku
masih kecil, papa mama selalu membelikan aku buku cerita bergambar, sebagai
hadiah ulang tahunku. Bahkan kamarku sudah seperti perpustakaan mini karena aku
suka sekali mengoleksi buku-buku. Dari hobi membaca, aku jadi ingin menulis
buku karyaku sendiri. Aku juga ingat, moment paling membahagiakan saat salah
satu karyaku berhasil diterima oleh penerbit. Itu saat aku berusia 17 tahun,
saat aku masih menjadi diriku sendiri, sepenuhnya diriku, aku masih menjadi Kim
Min Ji, nama yang diberikan orang tuaku padaku.
Tanpa aku sadari, aku meneteskan air
mata dan sedikit terisak dalam pelukan Ling Ling. Aku tidak mengerti, kenapa
kenangan itu tiba-tiba muncul dalam kepalaku? Kenangan yang sudah lama hampir
tidak pernah aku ingat-ingat lagi. Aku pikir, aku sudah menerima diriku yang
sekarang, aku sebagai Cha Eun Byeol. Tapi ternyata aku masih merindukan diriku
yang lama, saat aku masih menjadi manusia biasa, rindu sisi Kim Min Ji dalam
diriku.
Ling Ling: “Mama,
kamu menangis?” (Menyadari tubuhku sedikit bergetar dan terisak).
Aku: “Aku pikir
sudah mengubur semua dan sepenuhnya menerima jati diriku yang sekarang. Tapi
ternyata, aku menyimpan rindu pada sisi diriku yang lain.” (Sesekali terisak).
Ling Ling: “Mama,
apa yang harus aku lakukan untuk menenangkanmu? Ini pertama kalinya, aku
melihat mama menangis.” (Mengusap bahuku, menghapus air mataku).
Ling Ling semakin panik saat melihat
perubahan warna rambutku, beberapa helai rambutku berubah warna menjadi putih.
Semakin larut dengan emosi manusia dalam diriku, tubuhku ikut melemah
selayaknya tubuh manusia, mengingat lagi usiaku sudah 500 tahun, bisa
dibayangkan, betapa lemahnya tubuhku jika aku benar-benar seorang manusia,
bukan setengah dewa, dan setua apa aku. Ling Ling memperhatikan cahaya pil
kehidupan abadi di perutku, cahayanya perlahan meredup, dan tidak lama cahaya
itu padam. Bersamaan dengan cahaya pil kehidupan abadi yang padam, aku jatuh
pingsan.
Bukan hanya warna rambutku yang
berubah menjadi putih, meski tidak semua berubah warna. Perubahan juga terjadi
di wajah dan tanganku, muncul beberapa kerutan disana.
Ling Ling: “Mama,
apa yang sebenarnya terjadi? Jangan menakutiku, aku tidak ingin kehilanganmu,
hanya kamu yang aku miliki. Kamu berjanji akan menemaniku menua, apa kekuatan
dewa pada diri mama menghilang? Mama, bangunlah ma.” (Bergumam, sambil
menggenggam erat tanganku penuh kecemasan).
Aku: “Ling Ling,
jangan cemas… aku hanya sedikit kelelahan.” (Perlahan membuka mata).
Ling Ling kembali memperhatikan pil
kehidupan abadi di perutku, bersamaan dengan tersadarnya aku dari pingsan
selama 1 jam, cahaya pil kehidupan abadi kembali bersinar. Ling Ling
menyaksikan sendiri, tubuhku kembali seperti semula. Rambutku yang memutih kembali
menghitam, kerutan di wajah dan tanganku menghilang.
Ling Ling: “Jujur
padaku, ada kejadian apa selama aku di Paris? Aku tidak pernah melihatmu
seperti ini. Apa yang membuatmu melemah? Kamu melakukan pertarungan dengan roh
jahat? Kamu terluka parah karena itu atau hal lainnya?”
Aku: “Aku juga
tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, setiap kali aku mengingat sesuatu dari
masa laluku, dan aku merindukan masa itu. Atau aku bersedih karena kenangan
masa lalu, rasanya aku ingin menangis. Tanpa aku sadari, ada rasa… aku ingin
kembali menjadi manusia, ada sisi diriku yang tidak menerima takdirku menjadi
setengah dewa. Aku rasa itulah yang membuat pil kehidupan abadi hilang
kekuatannya.” (Mulai menerka nerka).
Ling Ling: “Kalau
betul seperti itu, kamu harus lebih menerima dirimu yang sekarang. Menjadi
manusia setengah dewa cukup keren, kamu yang menyelamatkan aku, jika bukan
karenamu, aku tidak akan memiliki kesempatan tumbuh dewasa. Selain itu,
berkatmu aku bisa mengenal sosok ibu kandungku yang sudah tiada, kamu memiliki
kemampuan menghubungkan aku dengan arwah ibuku.” (Menepuk lembut punggung
tanganku).
Aku: “Baiklah, apa
aku sekeren itu dimata mu?” (Tertawa tipis).
Ling Ling:
“Ayolah, mama mulai lagi?! Mama tau bagaimana Ling Ling, pantang mengulang
kalimat pujian untuk seseorang.” (Menggelitiki perutku dan tertawa bersamaku).
“Mmm, sebenarnya aku ingin mengajak mama pergi ke suatu tempat untuk menemui
ambassador kita yang baru.” (Lanjutnya).
Aku: “Mengajakku?
Bertemu ambassador yang baru? Yang benar saja, aku malas bertemu dengan manusia
asing.” (Menggelengkan kepala dengan ekspresi malas).
Ling Ling: “Aku
tau itu, karena itu aku membuat janji di cafe, mama tidak perlu ikut kami
meeting. Seperti yang sebelum-sebelumnya, mama berpura-pura menabraknya atau
apapun itu, yang membuat mama ada kesempatan berkontak fisik dengannya, kita
perlu memeriksa latar belakangnya bukan? Bagaimana jika ada khasus di masa lalu
yang suatu hari mengancam karirnya? Itu akan mempengaruhi pemasaran produk kita
juga. Mama hanya perlu membaca kenangan masa lalunya, setelah itu mama boleh
pergi, mama bisa berteleportasi pulang saat mama pergi ke toilet. Bantulah aku
menyeleksi kandidat ambassador lagi, ma.” (Memohon).
Aku: “Huft… Aku
selalu kesulitan menolak permintaanmu. Kamu paling pandai dalam hal membujuk,
kapan kita akan pergi?” (Menyerah akhirnya).
Ling Ling: “Tapi
mama benar-benar sudah merasa membaik? Aku bisa mengundur pertemuannya besok,
kalau mama masih merasa kurang enak badan.”
Aku: “Bukankah
lebih cepat, lebih baik? Kita bisa segera cari pengganti kalau kandidat pertama
tidak sesuai ekspetasi kita. Kamu jangan khawatir, mama sudah merasa jauh lebih
baik.”
Ling Ling:
“Syukurlah kalau mama benar-benar sudah merasa lebih baik. Dan mama benar, kita
hanya memiliki waktu 2 minggu untuk menemukan ambassador baru. Saat ulang tahun
perusahaan yang ke-55, ambassador baru akan langsung melakukan shooting iklan
special bertema ulang tahun perusahaan kita.”
Aku: “Siapa
kandidat pertama yang akan kita temui?” (Turun dari ranjang tidur).
Ling Ling: “Dia
seorang actor yang sedang naik daun sekarang, 5 k-drama yang dia bintangi
selalu menjadi rating tertinggi. Di kelima k-drama itu juga dia selalu menjadi
pemeran utama pria.” (Masih duduk di tepi ranjang).
Aku: “Kamu memang
berbakat dalam memilih target, mmm menarik.” (Mengangguk tersenyum). “Tunggu
sebentar, mama harus pulang ke Namwon untuk berganti pakaian, beri waktu 5-10
menit, mama akan segera kembali, dan kamu juga harus segera bersiap.”
(Lanjutku).
Ling Ling tidak menyahut lagi, dia
hanya tersenyum dan mengangguk. Aku membalas senyumannya, kemudian kembali
melakukan teleportasi untuk pulang ke rumah Namwon, hanya dengan hitungan
detik, aku menghilang dari hadapan Ling Ling.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Chapter ini, membuat aku menangis🥺
BalasHapusKerennn kk milee! Lanjutkan...😍
finally up juga, dh lama tunggu writernim 🥺❤️
BalasHapussiapa naruh bawang disini? terharu sama hubungan byeol dan ling ling, emak anak sweet bangett
BalasHapusLing ling beruntung banget ketemu byeol 🥺🤗
BalasHapusnunggu chapter ini up, berasa lagi nunggu notif ayang. akhirnya muncul juga, suka bgttt chapter 6 😊
BalasHapustelat up dikit ga ngaruh, tetap setia menunggu kelanjutannya. semangat milee writernim 😉
BalasHapus🤓😍😍
BalasHapusdibalik badasnya byeol, ternyata sosoknya hangat dan keibuan 🥰
BalasHapusbyeol luarnya roar, hatinya hello kitty 😇
BalasHapus