Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (12)
Memainkan Peran Untuk Mendapat Jawaban
Bagaimana rasanya berjumpa dengan seseorang yang kamu kenal, tapi dia tidak mengingatmu sama sekali? Aku jadi ingat perkataan Hwang In disaat terakhir kami bersama, tepatnya sebelum akhirnya jiwa kami terlempar kembali ke masa lalu. Hwang In mengatakan, kalau yang mengingat lebih terluka, dibandingkan dengan mereka yang melupakan kenangannya. Pagi ini, bertemu dengan Hwang In dan Dong Min di pasar, aku merasakannya. Aku bahkan tidak bisa menyapa mereka dengan akrab, aku tidak bisa mengatakan pada mereka kalau ini aku, Byeol. Padahal aku sangat ingin mengatakannya, bagi mereka sekarang, aku hanya orang asing yang tidak sengaja mereka temui.
Sebagai Noguk, seperti yang tertulis
di buku sejarah yang aku baca di masa depan, hari ini mungkin hari pertama,
dimana Putri Noguk dan Putra Mahkota Gongmin, sang calon Raja Goryeo, bertemu
untuk kali pertama.
Gongmin: “Kenapa
nona menatapku dengan sendu seperti itu? Apa ada ucapanku yang merusak suasana
hatimu?” (Masih memeluk pinggangku erat).
Aku: “Aaa… aku
baik-baik saja, kamu bisa melepaskan pelukanmu sekarang.” (Sedikit salah
tingkah).
Aku mengalihkan pandanganku melihat
ke arah Choe Yeong, hatiku rasanya perih. “Dong Min, kamu di depanku tapi aku
bahkan tidak bisa lari memelukmu. Dong Min, aku merindukanmu.”, ucapku dalam
hati. Tanpa tersadar, air mataku terjatuh membasahi pipi.
Gongmin: “Kamu
menangis?” (Menyeka air mataku, mengusap pipiku).
Aku: “Apa yang
kamu lakukan?” (Perlakuan Gongmin membuatku terkejut dan kembali menatapnya).
Gongmin: “Aku
melihat air mata jatuh dari pelupuk matamu.” (Menatapku lekat). “Apa Choe Yeong
sempat memperlakukanmu dengan buruk tadi? Kalau ya, aku akan menegurnya nanti.”
(Lanjutnya).
Choe Yeong: “Yang
Mulia, hamba mohon ampun.” (Menundukkan kepala).
Aku: “Tidak…
tidaaakk, jangan marahi dia. Dia bersikap sopan padaku, kamu bahkan melihatnya
sendiri, kalau aku lah yang bersikap kasar padanya. Seharusnya aku yang meminta
maaf pada kalian berdua. Tuan-tuan, dari hati terdalam, aku meminta maaf.”
(Membungkuk pada Gongmin dan Choe Yeong). “Kalau begitu, aku pamit dulu. Kalian
bisa memiliki cicin giok itu, aku akan membeli barang lain.” (Memberi salam
sebelum pergi).
Gongmin: “Tunggu
dulu!!” (Menahan lenganku).
Aku terdiam, hanya menatap Gongmin
penuh tanya. Gongmin membawaku melihat-lihat pernak pernik giok, dia mengambil
cincin giok yang aku incar sedari awal. Kemudian membalik telapak tangan
kirinya, seakan meminta sesuatu dariku. Aku masih terdiam membeku, tidak tau
apa yang sebenarnya dia inginkan.
Gongmin: “Berikan
tangan kirimu!” (Tersenyum).
Aku: “Tangan
kiriku?” (Meski bingung, aku menuruti ucapannya).
Gongmin: “Terlihat
semakin cantik saat berada di jari manismu.” (Memakaikan cicin padaku, dia
tersenyum puas).
Aku: “Jadi kamu
mengizinkan aku untuk memilikinya?” (Tersenyum lebar, sambil memperhatikan
cicin di jariku). “Lalu bagaimana dengan hadiah yang akan kamu berikan pada
calon istrimu?” (Seketika senyumanku memudar saat mengingatnya).
Sebenarnya aku mengalah bukan tanpa
alasan, mungkin mereka tidak mengetahui bahwa aku lah calon istri dari Gongmin.
Mau menang atau kalah merebutkan cincin giok itu, pada akhirnya tetap akan jadi
milikku.
Gongmin: “Aku akan
membelikan hadiah lain untuknya, dan cicin ini… aku akan membelikan untukmu.”
(Melepaskan tanganku).
Aku: “Jangan tuan!
Aku bisa membelinya sendiri.” (Menolak dengan spontan).
Gongmin: “Anggap
saja ini sebagai hadiah perkenalan kita. Suatu hari, aku berharap bisa bertemu
denganmu lagi.” (Mendekatkan wajahnya dengan wajahku, dia mencolek ujung
hidungku sambil tersenyum).
Aku: “Apa kamu
sedang menggodaku?!” (Mencengkeram pergelangan tangan Gongmin). “Tapi,
terimakasih sudah membelikan ini untukku. Aku akan mengingatmu, sampai jumpa
Tuan Gongmin… sampai jumpa Tuan Choe Yeong.” (Melepaskan tangan Gongmin, dan
melambaikan tangan pada mereka sembari berlalu pergi).
“Lalalalala~♪”, aku bersenandung
riang saat berjalan. Sesekali aku melompat ke kanan dan ke kiri dengan langkah
gembira. Gongmin dan Choe Yeong memperhatikanku dari kejauhan, keduanya
tersenyum melihat tingkahku.
Choe Yeong: “Yang
Mulia menyukainya?” (Menggoda Gongmin).
Gongmin: “Dia
gadis manis bukan? Cukup unik sampai membuatku tertarik.” (Pipinya mulai
memerah). “Setelah pernikahanku dengan Putri Mongol, aku akan mencari gadis itu
sampai ketemu. Semoga dia mau menjadi selirku.” (Lanjutnya).
Choe Yeong: “Yang
Mulia, benar-benar jatuh cinta pada pandangan pertama.” (Tersenyum).
Gongmin: “Bodohnya
aku tidak menanyakan siapa namanya.” (Kesal pada diri sendiri). “Sudah lah, dia
sudah pergi. Memikirkannya saja membuat jantungku berdegup kencang, jika memang
berjodoh, kami pasti bertemu kembali.” (Memegang dadanya yang berdebar).
Choe Yeong: “Lalu
kemana tujuan kita sekarang, Yang Mulia?”
Gongmin: “Kamu
beli lah hanbok yang cantik, dan juga beberapa perlengkapan make up! Aku ingin
membeli itu sebagai hadiah pengganti.”
Choe Yeong: “Siap
laksanakan Yang Mulia, aku permisi dulu.” (Memberi hormat).
Gongmin: “Setelah
mendapatkan barang yang aku minta, temui aku di penginapan Tulip, kita akan
bermalam disana!”
Choe Yeong: “Titah
Yang Mulia, dimengerti!” (Berlalu pergi).
Setelah Choe Yeong semakin
menghilang dari pandangan, Gongmin berniat melangkah pergi juga dari tempatnya
berdiri semula. “Tuan, kamu masih ingin memiliki cincin giok hijau putih
seperti yang tuan beli untuk gadis manis tadi?”, ucap nenek pemilik kios pernak
pernik giok. Hal itu membuat Gongmin mengurungkan niatnya pergi.
Gongmin: “Apa
maksud nenek? Jadi nenek memiliki cicin serupa tapi diam saja, membiarkan kami
hampir ribut karena merebutkannya?” (Sedikit kesal).
Nenek Giok:
“Ukuran cincin ini lebih besar, jika diberikan kepada seorang wanita, rasanya
akan kebesaran di jarinya. Karena sebenarnya, cincin giok ini sepasang. Kalau
tuan membelinya untuk diri tuan sendiri, ini pas sekali. Itu sebabnya, sedari
tadi aku terdiam, semoga tuan tidak salah paham.” (Menjelaskan).
Gongmin: “Maaf
nek, aku berbicara dengan nada tinggi padamu. Boleh aku melihatnya?”
Nenek Giok: “Ini
tuan, cincinnyaaa.” (Memberikan cincin giok).
Gongmin: “Warnanya
cantik sekali, baiklah aku akan membelinya.” (Memasang cincin pada jarinya
sendiri, kemudian memberi sang nenek penjual giok, emas batang sebagai tanda
pembayaran).
Nenek Giok: “Tapi
tuan, ini terlalu banyak. Harga cicin itu tidak semahal emas yang tuan
berikan.”
Gongmin: “Tidak
apa-apa, ambil saja. Aku permisi dulu nek.” (Tersenyum dan beranjak pergi).
Nenek Giok:
“Takdir baik akan menghampirimu kali ini, tuaaaaaannnn.” (Ucap sang nenek
sedikit berteriak, karena Gongmin sudah menjauh dari kiosnya).
Gongmin mengangguk tanpa menoleh,
dia melambaikan tangan dari kejauhan. Di tempat yang lain, aku mengejutkan Hye
Soo yang sedang asik melihat-lihat kain sutra.
Aku: “Bwaaa.”
(Menepuk kedua bahunya dari belakang).
Hye Soo: “Tuan
Putri dari mana saja? Putri… putriii lihat ini! Apakah sutra ini cantik?”
(Meminta pendapatku).
Aku: “Aku tadi ke
kios pernak pernik giok disana, untuk melihat-lihat.” (Jawabku). “Aku rasa
warna merah muda itu cukup cantik.” (Lanjut dengan menyampaikan pendapatku).
Hye Soo: “Kenapa
tidak mengajakku kesana? Kan aku yang membawa tas berisi perak untuk kita
berbelanja. Putri menemukan giok yang ingin dibeli? Ayo kembali kesana! Kita
beli giok yang Putri inginkan.” (Menoleh ke arahku).
Aku: “Tidak usah,
aku sudah mendapatkannya.” (Menunjukkan jari yang terpasang cincin giok).
Hye Soo:
“Bagaimana Putri bisa membayar? Sedangkan peraknya, aku yang bawa.” (Terheran).
Aku: “Seseorang
membelikannya untukku. Jangan cemas, dia orang yang baik.” (Menenangkan Hye
Soo).
Hye Soo: “Jangan
sembarangan menerima barang atau mempercayai orang yang baru saja Putri temui,
banyak penjahat memiliki senyuman manis untuk memikat korbannya. Putri harus
lebih berhati-hati.” (Sedikit mengomel).
Aku: “Uhum aku
akan lebih berhati-hati.” (Mengangguk).
Hye Soo: “Jadi,
Putri suka warna merah muda ini? Aku akan membelinya, aku ingin mendekorasi
ulang kamarmu, dan menjahit kasur lantai baru untukmu.” (Tersenyum).
Aku: “Hye Soo baik
sekali, aku menyayangimu.” (Memeluk Hye Soo dengan manja).
Hye Soo: “Reaksi
Putri berlebihan, ini memang tugasku, untuk menjagamu dengan baik. Jika bukan
karena pertolongan keluargamu, mungkin aku sudah dijual menjadi budak. Membalas
budi seumur hidup pun, tidak akan cukup. Terlalu banyak kebaikan keluarga Putri
padaku.” (Mengusap punggungku).
Aku melepas pelukan, saat tersadar
ada suasana aneh di pasar tidak lama kemudian, tampak orang-orang berlarian ke
satu arah, lalu membentuk kerumunan. Disusul dengan bunyi janggu ditabuh dan
membentuk sebuah irama. Janggu atau disebut juga dengan seyogo adalah gendang
tradisional korea, selain itu janggu sering disebut dengan nama gendang jam
pasir, karena bentuk bagian tengahnya ramping terlihat seperti jam pasir.
Aku: “Ada apa
disana?” (Terheran).
Hye Soo: “Mungkin
pertunjukan tarian pedang sudah dimulai.”
Aku: “Tarian
pedang? Hye Soo ayo kesana! Aku ingin menonton pertunjukan!” (Menarik tangan
Hye Soo).
Hye Soo: “Tunggu!
Bayar dulu kain sutranya.” (Mengambil kain sutra yang sudah dikemas oleh
penjualnya, dan membayarnya).
Aku berlari berbaur dengan
orang-orang yang berkerumun, sedangkan Hye Soo menyusul di belakangku, tidak
lupa dia mengikat kuda putih milikku di tempat penitipan kuda. Kami berdua
berjalan beriringan menembus kerumunan, sampailah kami di barisan paling depan.
Ada panggung pertunjukan berbentuk persegi dan tidak terlalu tinggi di hadapan
kami. Tampak 6 gadis cantik menggunakan hanbok dengan warna hitam, mereka
berseragam, menggunakan model dan warna yang sama. Hanbok hitam yang mereka
gunakan terlihat sederhana, namun elegant, ditambah dengan penggunaan cadar
tipis pada wajah mereka, memberikan kesan berkarisma, mereka berpenampilan
seperti pendekar wanita.
Ada 6 pedang di bawah mereka,
awalnya mereka bergerak ke kanan dan ke kiri dengan anggun, mereka juga
melangkah ke depan dan ke belakang mengikuti irama musik yang dimainkan, tubuh
mereka bergerak meliuk-liuk dengan indahnya, sampailah pada gerakan utama
tarian mereka. Diambil lah pedang yang semula tergeletak dibawah, mereka mulai
menghunuskan pedang. Seperti sedang menusuk, menebas, dan menangkis, mereka
mengayunkan pedang dengan lihainya. Aku memperhatikan setiap detail gerakan
yang mereka lakukan, entah mengapa aku ingin mencobanya juga.
“Nona disana! Mau bergabung bersama
kami di atas panggung?”, salah satu penari pedang menyapaku dengan senyuman di
wajahnya. Dia juga memberiku sebuah pedang, mengajakku menari bersama mereka.
Aku: “Maaf, aku
tidak bisa melakukannya karena memang belum pernah melakukan tarian ini.”
(Berusaha menolak).
“Aku tidak sembarangan mengajak
penonton menari bersama, daritadi aku memperhatikan kamu, nona. Kaki kananmu
tidak berhenti kamu gerakkan, seolah kamu mengikuti hentakan kaki kami, dan
temponya sesuai dengan irama janggu. Jangan sembunyikan bakatmu!”, ucap penari
itu. Dia mengulurkan tangannya padaku.
Aku sempat menoleh ke arah Hye Soo
yang ada di sampingku, aku meminta pendapatnya tanpa bertanya. Hye Soo hanya
mengangguk, dia memahami kalau aku memerlukan pendapat darinya. “Baiklahhh…!”,
jawabku penuh semangat. Aku menerima uluran tangan penari yang mengajakku naik
ke atas panggung. Suara riuh tepuk tangan dan sorakan penyemangat dari penonton
lain mulai bergema.
Hye Soo: “Tuan
Putri, kamu pasti bisa!” (Ikut bersorak)
5 penari lainnya menepi, hanya ada
satu penari yang mendampingiku, saat ini rasanya jantungku berdebar, puluhan
pasang mata fokus padaku. Aku menarik nafas dalam-dalam, ku hembuskan perlahan,
aku berupaya menghilangkan perasaan tegang yang ku rasa. Suara penonton menjadi
hening, saat janggu ditabuh.
Ku letakkan pedangku, ku pejamkan
mataku, ku berfokus pada pendengaranku, tubuhku bergerak mengikuti irama
janggu, langkah kaki ku hentakkan mengikuti tempo tabuhan janggu. Ketika janggu
berhenti dimainkan, ku membuka mata, semua orang menatapku penuh kagum, aku
bahkan tidak percaya pada diriku sendiri, aku melakukannya dengan baik? Aku
tersadar, ternyata sedari tadi aku menari sendirian, penari yang aku pikir
mendampingiku, dia ikut menepi. Tarian ini belum selesai, 6 penari membentuk
formasi, saatnya menutup pertunjukan dengan ayunan 7 pedang, karena aku
bergabung bersama mereka.
Penonton sempat bertepuk tangan
untuk penampilan soloku, tidak lama kemudian, semua kembali hening, janggu
kembali ditabuh. Aku dan 6 penari pedang, menari bersama. Dibalik ketajaman
pedang yang menakutkan, menyimpan keindahan jika dipadukan dengan tarian.
“Berkat nona, kami mendapat lebih banyak perak dari penonton. Bahkan ada yang
memberi emas, hasil yang kami dapatkan dari pertunjukkan hari ini benar-benar
memuaskan. Ini 4 perak dan 1 emas untukmu, nona! Karena kamu mau menari bersama
kami, ini bagianmu.”, ucap penari yang sama, dengan penari yang tadi mengajakku
naik atas panggung. Dia menghampiriku, ketika melihatku berniat pergi
meninggalkan tempat pertunjukan. Penonton pun perlahan membubarkan diri,
pertunjukan telah usai.
Aku: “Kamu tidak
perlu memberiku bagian, aku justru berterimakasih sudah mengizinkan ku
bergabung dengan kalian. Aku cukup bersenang-senang hari ini. Salam untuk
temanmu yang lain, sampai jumpa lain waktu.” (Sedikit menunduk memberi salam,
ku tersenyum).
“Sampai bertemu lagi, nonaaaaa!!!”,
ucap serentak tim tari pedang. Mereka semua melambaikan tangan ke arahku, aku
membalas lambaian tangan mereka.
Hye Soo: “Aku
tidak pernah tau, Tuan Putri memiliki bakat terpendam.”
Aku: “Benarkah
penampilanku sebaik itu?”
Xiao Yuer: “Tentu
saja!!! Adikku tampil memukau tadi, aku hampir tidak percaya bahwa itu kamu
yang berada di atas panggung. Semakin mendekati panggung, baru ku yakin kalau
itu benar-benar kamu.” (Sahutnya, muncul secara tiba-tiba).
Hye Soo: “Tuan
Muda mengejutkan saja!” (Terkejut).
Aku: “Sejak kapan
kamu melihatku? Dan bagaimana kamu bisa menemukan aku dan Hye Soo?”
Xiao Yuer: “Saat
aku menitipkan kuda, aku melihat kuda putih milikmu ada disana juga. Jadinya
aku pikir, kamu pasti di sekitar sini. Kebetulan aku melihat ada kerumunan
orang menonton pertunjukan, aku menduga kamu dan Hye Soo pasti sedang menonton.
Aku memutuskan mencari kalian diantara kerumunan. Benar dugaanku kamu ada
disana, aku berniat menghampiri tapi saat itu, aku melihatmu ditawari naik
panggung. Itu membuatku penasaran, apa kamu menerima tawaran atau tidak, sampai
akhirnya kamu naik, aku menikmati pertunjukan hingga usai. Begitulah, tapi
darimana kamu mempelajari tarian pedang?”
Aku: “Entahlah,
aku mempelajarinya begitu saja, disaat pertama kali melihatnya.”
Xiao Yuer:
“Maksudmu, sekali melihatnya… kamu bisa menghafal detail gerakannya?”
Aku: “Uhum, itulah
yang terjadi.” (Mengangguk).
Lagi dan lagi, aku kembali membuat
alasan dan berbohong untuk menutupi jati diriku. Di masa depan, saat aku hidup
sebagai Kim Min Ji atau Byeol, aku belajar berkuda dari ayahku. Setiap weekend
tiba, aku dan ayah pergi ke tempat berpacu kuda, berkuda adalah hobi ayah. Jadi
jangan heran, jika aku ahli dalam berkuda. Lalu dari mana aku bisa melakukan
tarian pedang? Itu bakat yang diwariskan oleh ibuku, sebelum ibu menikah dengan
ayah, di masa mudanya, ibu seorang penari tradisional Korea. Tarian pedang adalah
tarian favorit ibu, aku seperti melihat ibuku di atas panggung, saat menonton
pertunjukan di pasar tadi. Moments indah masa kecilku bersama orang tuaku, kini
menjadi kenangan tidak terlupakan, yang sesekali aku rindukan.
Xiao Yuer:
“Bagaimana mungkin aku tidak menyadari kalau adikku memiliki kecerdasan luar
biasa?” (Menatapku takjub).
Aku: “Berhenti
menatapku seperti itu!!! Aku lapar, ayo pergi makan!” (Mengusap perut yang
sudah mulai berbunyi).
Xiao Yuer: “Disana
ada rumah makan yang menyediakan menu jorim, kalian mau makan jorim?” (Bertanya
padaku dan Hye Soo).
Aku: “Mauuu.”
(Bersemangat).
Hye Soo: “Aku ikut
saja dengan Tuan Muda dan Tuan Putri.”
Jorim adalah sebuah hidangan yang
dibuat dengan merebus sayuran, daging, ikan, atau tahu dalam kaldu berbumbu
hingga cairannya terserap ke dalam bahan-bahan dan menyusut. Hidangan jorim
biasanya berbahan dasar kecap asin, tetapi gochujang atau gochugaru juga dapat
ditambahkan. Dalam masakan Kerajaan Korea, jorim disebut jorini. Jorim memiliki
beberapa variant, seperti jang-jorim merupakan daging sapi yang direbus dengan
kecap asin, lalu ada dubu-jorim atau tahu rebus, gamja-jorim atau kentang
rebus, godeungeo-jorim atau ikan makarel rebus, gyeran-jang-jorim atau telur
rebus dengan kecap asin, yeongeun-jorim atau akar teratai yang direbus, dan
ueong-jorim atau akar burdock yang direbus.
Xiao Yuer: “Aku
ingat sesuatu! Kalian mengabaikan perintahku?! Aku bilang naik tandu kesini,
kalian nekad berkuda!”
Hye Soo: “Tuan
Muda jangan salahkan Tuan Putri karena hal ini. Aku yang membantunya keluar
kediaman dengan menunggangi kuda, aku juga yang membuatnya lolos dari para
pengawal yang Tuan Muda siapkan. Ini semua salahku, Tuan Muda.” (Merasa
bersalah).
Xiao Yuer:
“Berhentilah membelanya, Hye Soo! Kamu terlalu menyayangi dan memanjakannya,
lihat kamu dimanfaatkan olehnya.” (Mendecak).
Aku: “Aku tidak
pernah memanfaatkan siapapun!” (Memukul lengan Xiao Yuer).
Xiao Yuer: “Lalu
apa namanya?!” (Menatapku tajam sambil mencubit pipiku).
Aku: “Aku hanya
ingin membuktikan kemampuanku berkuda! Itu saja! Hye Soo tidak pernah
mempercayaiku, kalau aku sudah pandai berkuda sekarang. Hari ini dia percaya,
aku berhasil membuktikannya, bukan begitu Hye Soo?!”
Hye Soo: “Uhum,
Tuan Putri berkuda dengan aman sepanjang perjalanan.”
Aku: “Kamu dengar
itu Yuer?!” (Menjulurkan lidah dan berlari).
Xiao Yuer:
“Kembali kesini gadis nakal! Aku akan mencubitmu lagi!” (Mengejarku).
Aku dan Xiao Yuer tertawa bersama.
Jauh di dalam lubuk hatiku, aku iri pada Noguk. Meski aku reinkarnasi Noguk
dimasa depan, tapi dimasa depan, aku terlalu kesepian terlahir sebagai anak
tunggal, setelah orang tuaku tiada, aku benar-benar sendiri. Bertemu dengan
Yuer, aku merasakan kasih sayang dan kehangatan memiliki seorang yang bisa ku
panggil abang.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapusLanjut...
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
Siapa yang naruh bombai disini? Musiknya ngebuat makin baper 🤧
BalasHapusndak bisa nahan air mata keluar, bawaannya terharu 🥺 musiknya ngedukung
BalasHapusHati mungilku tersentuh, byeol.... lenna padamu 🥺🤗
BalasHapusYuer sosok abang idaman 😍
BalasHapusThis chapter touched my heart 🥺💗
BalasHapusByeol, i feel u. I pon tunggal 🥲
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapusIni dong min sama gongmin orangnya beda ya, di masa depan dan di versi masa lalunya?
BalasHapusbeda zi
Hapusgongmin (masa lalu) = hwang in (masa depan)
HapusBeda bestie. Gongmin itu hwang in, sedangkan choe yeong itu dong min
Hapus@Vey @Anum @Claudia Sari, tengkyu udh bantu jwb. Nah sekarang paham xixixi
Hapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus