Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (11)


 

  Dua Jiwa Yang Berbeda

            Pagi ini, aku berpikir… aku akan menemukan jalan pulang. Aku berharap setelah membuka mata dari tidur malam yang panjang, aku kembali ke duniaku, ke masa depan dimana seharusnya aku berada. Ternyata aku masih di tubuh ini, tubuh seorang Putri Bangsawan Mongol. Mungkin dia adalah diriku yang dulu, aku adalah reinkarnasinya, tapi kami bukan orang yang sama, jelas jiwa kami berbeda.

            “Noguk, kamu sudah bangun?”, terdengar seorang pria berteriak memanggil namaku. Suara itu terdengar familiar untukku.

Aku: “Siapa yang datang? Mari kita lihat, ada kejutan apa lagi di kehidupan seorang Noguk.” (Bergumam sambil menghela nafas panjang).

Hye Soo: “Tuan Putri sudah bangun rupanya, baru saja aku berniat membangunkan mu.” (Masuk ke dalam kamarku).

Aku: “Apa kita kedatangan tamu? Aku mendengar ada seseorang berteriak di luar.” (Perlahan bangun, lalu duduk).

            “Aku yang datang, adikku sayang.”, tampak seorang pemuda masuk ke dalam kamarku, tanpa dipersilahkan masuk terlebih dulu. Pemuda yang membuat kedua mataku membulat menatapnya, aku sangat jelas mengenalinya. Pemuda itu terlihat begitu gagah menggunakan deel mewah, selayaknya bangsawan. Parasnya yang rupawan, senyumnya pun menawan. Deel merupakan pakaian tradisional bangsa Mongol, desain atasannya longgar dengan lengan panjang dan kerah tinggi. Dilengkapi aksen kain menumpuk di bagian depannya, deel biasanya dipadukan dengan selendang yang diikat di bagian pinggang. Panjang deel hanya seperempat dari panjang kaki, sehingga orang Mongol juga memadukannya dengan celana panjang longgar. Disamping itu, penggunaan perhiasan, jubah, tali pinggang, dan sepatu boot juga menjadi bagian ciri khas pakaian bangsa Mongol.

            “Mawang… dia benar-benar terlihat seperti Mawang.”, mulutku berucap tanpa suara. Aku masih terpaku menatapnya, hal yang tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, menjadi kejutan luar biasa.

Hye Soo: “Tuan Muda Xiao Yuer silahkan duduk.” (Ucapnya memberi hormat, menyambut pemuda itu).

            Aku hanya mengamati gerak gerik pemuda bernama Xiao Yuer, berusaha mencerna keterkaitan antara kami berdua. Dia menyebutku adiknya, sedangkan Hye Soo begitu menghormatinya dan memanggilnya Tuan Muda? Mawang adalah reinkarnasi Xiao Yuer? Dan kami bersaudara di kehidupan ini, dia abangku?

Xiao Yuer: “Apa yang membuatmu menatap abangmu seperti itu? Setelah kembali dari medan perang, apakah aku semakin terlihat tampan?” (Tertawa kecil dan gelengkan kepala melihat reaksiku).

Aku: “Aku semakin yakin, kalau Mawang adalah reinkarnasinya, tingkah menyebalkan dan narsisnya sama!” (Menggerutu).

Xiao Yuer: “Apa yang kamu katakan? Bibirmu seperti sedang baca mantra. Lihatlah penampilanmu! Matahari semakin naik, hari hampir siang, tapi kamu baru bangun tidur dan berantakan, adikku sama sekali tidak memiliki sisi keanggunan, bagaimana mungkin kamu akan jadi ratu Goryeo di masa depan?” (Mendecak).

Aku: “Jika bukan karena politik, aku juga enggan menerima perjodohan ini!” (Tidak mau kalah).

Xiao Yuer: “Baiklah, adikku sangat berjasa untuk negara. Aku sangat bangga.” (Mengacak-acak rambutku).

            Hye Soo hanya menunduk sambil menahan tawa melihat tingkah kekanakan dua kakak beradik di hadapannya.

Xiao Yuer: “Hye Soo, bisa siapkan sarapan untuk kami? Perutku terasa lapar, aku ingin makan bersama adikku disini.” (Memberi perintah).

Hye Soo: “Baik Tuan Muda, akan segera aku siapkan.” (Memberi salam, berlalu meninggalkan kamarku).

Xiao Yuer: “Keningmu sudah membaik, apa itu masih sakit?” (Meringis saat memperhatikan keningku yang lebam, seolah ikut merasakan sakitnya).

Aku: “Sudah membaik, jangan terlalu cemas dengan luka kecilku ini.” (Tersenyum).

Xiao Yuer: “Apa kamu benar-benar adikku?” (Menatapku tajam, nada suaranya berubah menjadi serius).

            Jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat, setelah mendengar pertanyaan dari Xiao Yuer. Aku bingung harus menjawab apa, karena aku memang bukan Noguk, disisi lain bagaimana cara aku menjelaskan padanya? Apa logikanya bisa menerima penjelasan dariku?

Xiao Yuer: “Kenapa kamu berkeringat di pagi hari? Padahal udara pagi ini cukup sejuk.” (Sembari membuka jendela kamarku). “Aku hanya menggodamu, responmu terlalu gugup membuatku merasa aneh. Aku menanyakan hal itu, karena kamu terlihat lebih dewasa sekarang. Dulu… terluka sedikit saja, kamu akan berlari memelukku sambil merengek mengadu.” (Lanjutnya, kembali duduk).

Aku: “Aku tidak gugup, aku hanya sedikit gerah. Terimakasih sudah membuka jendela untukku, rasanya jauh lebih menyegarkan.” (Mengusap keringat yang ada di kening). “Kenapa aku lebih terlihat dewasa, karena aku belajar untuk menjadi dewasa, aku tidak ingin selalu manja dan menyusahkan. Aku akan segera menikah, aku memiliki tanggung jawab menjadi seorang istri dan calon ratu, dan juga ibu dari seorang anak nantinya.” (Memberi penjelasan lebih lanjut).

            Tiba-tiba terdengar bunyi dengungan di telingaku, membuatku merasa sedikit pusing. Sejenak aku memejamkan mata, aku melihat ada bayangan seperti sebuah ingatan masa lalu yang sekilas muncul dalam benakku. Setelah suara dengungan itu hilang, rasa pusingku ikut menghilang bersamanya. “Itu ingatan milik Noguk.”, ucapku dalam hati. Kini separuh jiwa Noguk seakan menyatu dengan jiwaku, sebelumnya aku tidak mengingat atau mengetahui apapun tentang wanita ini. Ingatannya membersamai raganya, membuatku perlahan mengingat setiap kenangan miliknya, meski hanya sepenggal kisahnya, belum keseluruhannya.

Xiao Yuer: “Kamu baik-baik saja? Apa benturan di kepalamu, membuatmu merasa pusing?” (Kembali cemas saat melihat aku, memijat pelipisku).

Hye Soo: “Makanan sudah siap! Selamat menikmatiiiii.” (Seruannya, sambil membawa nampan makanan).

            Kehadiran Hye Soo yang diikuti 2 dayang lain di belakangnya, mengalihkan kecemasan Xiao Yuer. Hye Soo mulai sibuk menata meja dan menata hidangan. Kami berdua mengucapkan terimakasih pada Hye Soo dan para dayang, barulah kami menyantap sarapan yang disediakan. Hye Soo hanya tersenyum dan kembali memberi hormat, dia bersama dayang lainnya meninggalkan kamarku.

Aku: “Nyummm, ini enak!” (Mata berbinar saat mencoba satu suapan).

Xiao Yuer: “Makanlah yang banyak supaya lekas pulih.” (Tersenyum saat melihatku makan dengan lahapnya).

Aku: “Kamu makanlah juga, jangan kalah dariku. Kalau sedang lapar seperti ini, bisa-bisa aku menghabiskan semua tanpa tersisa. Jangan sampai aku menghabiskan yang seharusnya jadi bagianmu juga.” (Tertawa kecil).

Xiao Yuer: “Nafsu makan adikku bertambah sekarang, dasar gadis kecil.” (Ikut tertawa). “Kamu ada acara hari ini?” (Ucapnya kemudian).

Aku: “Aku rasa tidak, ada apa menanyakan hal itu?” (Berusaha menutupi rencanaku untuk pergi ke pasar bersama Hye Soo).

Xiao Yuer: “Aku dengar ada festival di pasar, akan ada banyak pertunjukan disana, mau melihatnya? Kamu terlalu sering dirumah, pasti rasanya bosan kan? Jadi ikutlah denganku, aku akan menyiapkan tandu untukmu.”

Aku: “Untuk apa tandu? Kenapa tidak berkuda? Itu akan lebih menyenangkan.”

Xiao Yuer: “Kamu yakin? Bukannya kamu tidak bisa berkuda, kamu tidak takut akan terjatuh lagi? Sudahlah menurut padaku, menggunakan tandu lebih aman untukmu.” (Mengomel). “Astagaaa! Aku hampir melupakan sesuatu, aku ada janji bertemu dengan seorang teman lama. Bagaimana kalau kamu berangkat sendiri, biar Hye Soo menemanimu? Aku akan menyusulmu, kita bertemu di pasar.” (Lanjutnya, teringat sesuatu).

            Aku hanya mengangguk dan tersenyum, seolah menurut dengan perkataan Xiao Yuer. Melihat dari gelagatnya, dia sama keras kepalanya sepertiku, aku tidak ingin berdebat panjang dengannya, apalagi membuat masalah yang mungkin akan menguras energi dan melelahkan. Suasana seketika menjadi hening, kami berdua fokus makan dan bergegas menghabiskan sarapan. Setelah hidangan dihadapan kami habis tidak bersisa, Xiao Yuer bangkit dari duduknya, dia berpamitan untuk pergi menemui teman yang dia ceritakan. Jadi aku mengantarnya sampai depan rumahku, yaaa… rumah Noguk adalah rumahku juga, karena aku berada di dalam tubuhnya. Bukan hanya aku yang mengantarnya, beberapa dayang dan pengawal berkumpul untuk mengantar kepergian Xiao Yuer.

            Sebelum pergi, Xiao Yuer sempat memelukku dan mengusap lembut kepalaku. Aku bisa merasakan betapa dia menyayangi adiknya, Noguk beruntung memiliki abang seperti Xiao Yuer. Dari kejauhan salah satu pengawal rumah kami, tampak berjalan menghampiri kami, dia menarik seekor kuda berwarna coklat, yang tidak lain adalah kuda milik Xiao Yuer.

Xiao Yuer: “Aku pergi… daaa sampai jumpa di pasar nanti. Hye Soo jaga putri Noguk baik-baik!” (Mulai menaiki kuda).

Hye Soo: “Baik Tuan Muda.”

Aku: “Perhatikan langkah kudamu, hati-hati selama menungganginya di perjalanan.”

Xiao Yuer: “Uhum… Tenang saja.” (Mengangguk). “Yihaaaaaaaaaa.” (Seruannya, mulai menarik tali kekang. Kuda berlari membawanya meninggalkan halaman rumah).

            Aku masih berdiri mematung disana, melihat Xiao Yuer yang perlahan menghilang dari pandanganku.

Hye Soo: “Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi, Tuan Putri mau mandi sekarang?” (Melangkah mendekat ke arahku).

Aku: “Kebetulan sekali, aku perlu menyegarkan diriku. Uhum aku akan mandi sekarang, bisa antarkan aku ke tempat pemandian?”

Hye Soo: “Mari Tuan Putri.” (Menunjukkan arah).

            Saat mengikuti langkah Hye Soo, aku sambil memperhatikan setiap sudut rumah ini. Benar-benar rumah khas tradisional korea, kesan kunonya sangat terasa pada desain bangunannya. Sebenarnya rumah ini sederhana, tapi cukup luas, jika dibandingkan dengan rumah sekitarnya, rumah ini terbilang cukup mewah. Mungkin ini lah, yang membuat kasta pada masa ini terlihat jelas.

Aku: “Hye Soo, apa itu kandang kuda keluarga kami? Lalu kuda putih milik siapa disana?” (Langkahku terhenti, saat melihat kandang kuda di kejauhan).

Hye Soo: “Ya benar, dan kuda disana milikmu. Kamu suka memelihara kuda tapi tidak bisa cara menungganginya. Kamu pernah merengek pada ayahmu untuk membelikanmu kuda, dengan bantuan Tuan Muda membujuk Tuan Besar, akhirnya keinginanmu terkabulkan.”

Aku: “Xiao Yuer ternyata cukup memanjakanku.” (Tersenyum).

Hye Soo: “Meski Tuan Muda terkadang terlihat dingin dalam bersikap, namun hatinya hangat. Tuan Putri adalah adik satu-satunya dan kesayangan Tuan Muda.” (Ikut tersenyum). “Sebelum mendiang ibu kalian meninggal, Nyonya Besar memberi wasiat kepada Tuan Muda untuk senantiasa menjagamu Tuan Putri. Sakit mendiang Nyonya Besar karena wabah, membuatnya tidak bisa bertahan. Saat itu, usia Tuan Muda dan Tuan Putri masih kanak-kanak. Mungkin usia Tuan Muda 10 tahun dan Tuan Putri 8 tahun.” (Lanjutnya).

            Aku hanya terdiam mendengar penjelasan Hye Soo, itu sama persis dengan sekilas ingatan masa lalu Noguk yang aku dapatkan tadi.

Hye Soo: “Tuan Putri, disana pemandian di kediaman ini.” (Menunjuk salah satu ruangan yang sudah tidak jauh dari tempat kami berdiri).

Aku: “Terimakasih Hye Soo.” (Tersenyum). “Oh ya, kamu juga harus bersiap. Setelah mandi, aku ingin kita segera berangkat ke pasar.” (Ucapku sebelum berlalu meninggalkan Hye Soo).

Hye Soo: “Ya Tuan Putri, baju ganti Putri sudah aku siapkan di dalam.” (Hye Soo berlalu pergi setelah melihatku masuk ke ruang pemandian).

            Baru beberapa langkah memasuki ruangan, aku sudah dimanjakan dengan aroma harum yang khas. Aroma bunga semerbak memenuhi ruangan, ada satu bathtub dari kayu, bentuknya menyerupai mangkuk besar. Ada air hangat di dalamnya, dan ada kelopak bunga mengapung di atasnya.

Aku: “Aku benar-benar Tuan Putri disini, ini sama persis seperti film atau drama kerajaan yang sering aku lihat di tv, mengalaminya secara nyata terasa lebih menakjubkan.” (Dengan mulut terbuka penuh kekaguman).

            Aku melepas satu persatu pakaian yang membalut tubuhku, setelah semua terlepas dan tidak ada satu helai kain pun yang melekat, aku perlahan masuk ke dalam bathtub. Rasanya relax berendam dalam air hangat. Tidak terasa beberapa menit berlalu, aku bahkan terlalu menikmati mandi pagi ini, sampai suara Hye Soo menyadarkan aku, kalau aku sudah terlalu lama berendam.

Hye Soo: “Tuan Putri belum selesai mandi?” (Sedikit teriak dari balik pintu).

Aku: “Tunggu sebentar, aku akan segera berganti pakaian.” (Keluar dari bathtub, dan mengeringkan tubuh menggunakan handuk). “Hye Soo, tidak ada pakaian lain selain ini?” (Mendengus kesal saat melihat pakaian ganti yang disiapkan oleh Hye Soo).

Hye Soo: “Ada yang salah dengan pakaian yang aku siapkan, Tuan Putri? Itu hanbok favoritmu, biasanya kamu suka menggunakan pakaian yang membuat Putri terlihat cantik dan anggun, setiap kali keluar dari kediaman.” (Kebingungan).

            Aku sudah menduganya, Putri Noguk seorang wanita yang lembut dan anggun. Bukan aku tidak suka style feminim, aku juga wanita feminim, tapi rok panjang mengembang… aaaaa ini terlalu berlebihan untukku. Aku tidak leluasa saat memakainya, dan aku tidak bisa bersikap seanggun Noguk yang asli.

Aku: “Bukan aku tidak menyukai hanbok yang kamu siapkan untukku, tapi aku ingin sedikit menyamar saat ke pasar. Bisakah kamu menyiapkan hanbok yang sering digunakan oleh pria Goryeo?” (Jawabku setelah memikirkan alasan yang tepat untuk meminta Hye Soo mencarikanku pakaian yang lain).

Hye Soo: “Apakah Putri berniat menyamar sebagai seorang pria?”

Aku: “Siapkan saja apa yang aku perintahkan! Kamu akan tau nanti.”

Hye Soo: “Baik Tuan Putri, aku akan mencarikannya untukmu, dan aku akan segera kembali.”

            Tidak lama kemudian, Hye Soo kembali membawakan hanbok pria Goryeo yang aku inginkan, aku segera mengganti pakaianku menggunakan hanbok itu. “Sempurna, cukup nyaman.”, gumamku sambil tersenyum. Sebelum keluar dari ruang pemandian, aku melihat ada meja rias disana, terlihat beberapa perlengkapan untuk make up berjajar dengan rapi. Aku mulai mencobanya, dari mulai menggunakan bedak, memberi warna pada kelopak mataku, menggunakan perona pipi, sampai menggunakan pewarna bibir, aku membuat wajahku menjadi lebih fresh. “Byeol, kamu cantik sekali.”, ucapku memuji diri sendiri saat menatap cermin.

Hye Soo: “Siapa Byeol?” (Tiba-tiba muncul di dekatku, saat aku sedang asik make up).

Aku: “Sejak kapan kamu masuk? Siapa yang mengizinkan kamu masuk? Mengejutkanku saja.” (Terkejut). “Byeol itu aku, maksudku adalah aku menyebut diriku seperti bintang karena terlihat cantik, mmm begitulah.” (Kembali membuat alasan).

            Hatiku terasa lega karena melihat reaksi Hye Soo hanya tersenyum, mengiyakan kalau pagi ini aku terlihat cantik. Untungnya aku bisa dengan cepat memikirkan jawaban yang tidak membuat orang lain curiga siapa diriku sebenarnya.

            “Hufttt, aku tidak salah memilih nama. Keputusanku saat itu benar, untuk mengubah nama dari Kim Min Ji menjadi Cha Eun Byeol, setidaknya nama itu menyelamatkan aku di situasi seperti ini.”, ucapku dalam hati. Dulu, ada seorang penggemar novelku menyarankan aku menggunakan nama pena Byeol untuk karyaku selanjutnya. Itu terjadi saat aku berusia kurang lebih 300 tahun. Sampai akhirnya aku menemukan perpaduan nama yang cantik, Cha Eun Byeol. Makna dari kata Byeol sendiri, adalah bintang.

            Siapa sangka, sebelum aku bereinkarnasi sebagai Kim Min Ji, di kehidupanku sebelumnya sebagai Noguk, aku juga seorang penulis pada masa Goryeo? Aku jadi semakin bangga pada diriku, bakat menulis adalah bakat yang benar-benar melekat padaku. Bahkan bakat itu muncul sejak kehidupan pertamaku.

Hye Soo: “Tuan Putri, kenapa termenung seperti itu? Mau aku bantu mengikat rambutmu?”

Aku: “Boleh, aku ingin mengikatnya jadi satu. Gunakan pita ini untuk mengikatnya, bisa kamu lakukan itu untukku?” (Tersenyum sambil memberikan pita warna putih pada Hye Soo).

            Hye Soo kembali tersenyum dan mengangguk, dengan sigap dia melakukan apa yang aku perintahkan. Setelah selesai dengan ikatan rambut, aku menggunakan jepit rambut kecil berbentuk kupu-kupu untuk mempercantik tampilanku.

Aku: “Bagaimana penampilanku sekarang?” (Meminta pendapat Hye Soo).

Hye Soo: “Wahhh, Tuan Putri sangat cantik. Mungkin tidak seanggun biasanya, tapi dengan perpaduan hanbok untuk pria, dengan ikatan rambut seperti itu, dengan riasan wajahmu, dan jepit rambut yang lucu… memberi kesan kalau Putri seorang gadis ceria, lincah, serta menggemaskan.” (Memperhatikan aku secara detail).

Aku: “Luar biasaaa, Hye Soo ku pandai menilai penampilan secara terperinci.” (Bertepuk tangan). “Memang itu kesan yang ingin aku tunjukkan dengan berpenampilan seperti ini.” (Tersenyum puas).

Hye Soo: “Tandu Tuan Putri sudah siap di halaman kediaman, akan ada 4 pengawal juga yang akan ikut serta untuk mengawal perjalanan kita.”

Aku: “Bisakah kita hanya pergi berdua? Aku tidak suka dikawal, aku juga tidak suka menggunakan tandu, aku lebih suka kalau kita pergi dengan berkuda, rasanya lebih leluasa dan bebas pergi kemanapun yang aku inginkan.”

Hye Soo: “Tapi ini perintah Tuan Muda, bagaimana kalau Tuan Muda tau kemudian menyalahkan aku, jika terjadi sesuatu pada putri? Putri tidak tau, betapa bahayanya meninggalkan kediaman ini. Kalau ada seorang yang berniat menyakiti Putri, aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Aku harus memastikan, Putri mendapat pengawalan yang aman.”

Aku: “Aku bisa menjaga diriku sendiri, percayalah padaku Hye Soo.” (Menatap Hye Soo dengan tatapan memohon).

Hye Soo: “Berhenti menatapku seperti itu, Tuan Putri membuatku tidak bisa menolak perintah. Kamu semakin keras kepala sekarang. Baiklah! Aku akan mengalihkan perhatian pengawal, Tuan Putri pergilah diam-diam dengan kuda, tunggu aku sedikit jauh dari kediaman, aku akan menyusulmu.”

Aku: “Hye Soo memang yang terbaik.” (Memeluk Hye Soo).

            Hye Soo keluar dari ruang pemandian untuk menjalankan rencana kami, dan benar dia membuat keributan. Terdengar suara teriakan Hye Soo dari arah dapur. Semua pengawal tampak terkejut, dengan spontan mereka berlari meninggalkan halaman menuju ke arah suara teriakan Hye Soo berasal. Aku yang memperhatikan diam-diam dari tempat yang aman, perlahan keluar dari tempat persembunyian, menuju ke kandang kuda. “Yihaaaaaaaaaa.”, seruanku sambil menarik tali kekang. Aku dengan mudah keluar dari halaman rumah, karena penjagaan disana lengah.

            “Hye Soo, kamu tidak apa-apa?”, tanya salah satu pengawal. Hye Soo menjawab tidak apa-apa, dia berteriak karena melihat ada tikus tadi, dia terkejut. Begitulah alasan yang Hye Soo berikan pada para pengawal. Para pengawal hanya menghela nafas, mereka mendecak sambil menggelengkan kepala, kemudian membubarkan diri untuk kembali menjaga kediaman Noguk.

            Aku dan kuda putihku berhenti di depan kedai arak, menunggu Hye Soo menyusulku. Beberapa saat kemudian, tampak Hye Soo berlari dari kejauhan, dia terlihat sekali terengah-engah karena lelah.

Hye Soo: “Aku lelah sekali, hah hah hahhh.”

Aku: “Ayo naik!” (Mengulurkan tangan).

Hye Soo: “Tuan Putri yakin bisa menungganginya?” (Penuh keraguan).

Aku: “Kamu tidak lihat aku sedang berada di atas kuda sekarang? Tentu saja aku menunggangi kuda ini dari kediaman sampai ke sini. Jangan takut, aku akan memberimu tumpangan dengan aman, sebenarnya aku diam-diam belajar naik kuda meski sering terjatuh.” (Sedikit berbohong untuk meyakinkan Hye Soo).

            Hye Soo menerima uluran tanganku, aku membantunya naik dan duduk di belakangku. Aku memintanya berpegangan padaku agar tidak terjatuh, kembali ku tarik tali kekang. “Yihaaaaaaaaaa.”, kudaku pun kembali melaju menuju pasar. Dari belakang, Hye Soo sambil menunjukkan rute yang harus aku lalui.

            Memerlukan waktu kurang lebih 15 menit, sampailah kami di pasar. Sesampainya disana, kami turun dari kuda, suasana pasar begitu ramai, suara riuh antara penjual dan pembeli yang saling menawar harga barang terdengar bersahutan. Sambil menarik kuda, aku dan Hye Soo berjalan beriringan.

Hye Soo: “Tuan Putri, biarkan aku yang menarik kuda untukmu. Kamu berjalanlah dengan santai dan lihat-lihat sesukamu.” (Berbisik padaku).

Aku: “Uhum, aku titipkan si putih padamu. Jangan berjalan terlalu jauh dariku!” (Tersenyum dan memberikan tali kekang pada Hye Soo).

            Aku mulai berlari kesana kemari, melihat beberapa kios dagang disana. Ada yang menjual makanan, ada kios kain sutra, ada yang menjual topeng, ada kios barang antik, kios make up, kios pernak pernik dari giok juga, dan masih banyak lagi. Dari semua barang yang ku lihat, aku tertarik pada cincin giok dengan perpaduan warna hijau dan putih, jadi aku memutuskan untuk pergi ke kios pernak pernik giok, aku ingin mengamatinya lebih dekat.

            “Aku ingin membelinyaaa!”, ucapku pada sang penjual. Tapi ada seorang pemuda mengucapkan hal yang sama, dan membersamaiku saat mengucapkannya. Bahkan tangan kami tanpa sengaja saling bersentuhan, saat memiliki niatan yang sama mengambil cincin giok hijau putih itu. Aku merasa kalau akulah yang datang lebih dulu ke kios dan mengincarnya, beraninya dia! Mau mengambil cincin giok incaranku! Itu membuatku sedikit kesal.

            “Maaf tuan, tapi aku yang datang lebih dulu, jadi ini milikku. Tuan bisa memberi barang yang lain!”, ucapku menahan kesal. Tanpa melihat dan menoleh ke arah pemuda di sampingku. “Tapi nona, tuanku ingin membeli sesuatu yang berharga untuk calon istrinya. Jadi tolonglah aku, tuanku bisa memarahiku. Aku hanya seorang pengawal, giok ini terlihat special di matanya. Tuanku berpikir kalau ini hadiah terbaik untuk calon istrinya.”, sahut pemuda itu.

            “Dimana Tuanmu?! Minta dia kesini, mau berkelahi denganku untuk merebutkan cincin ini. Jangan kamu kira, aku tidak berani menghadapi seorang pria!”, aku mulai hilang kesabaran. Betapa terkejutnya aku, saat aku menoleh ke arah pemuda di sampingku dan menarik bajunya, wajah yang tidak asing untukku kembali hadir. “Dong Min!”, gumamku. Tanganku menjadi lemas, aku melepaskan cengkeramanku dari bajunya. Aku bahkan mundur beberapa langkah dan hampir terjatuh.

            “Awas nona! Hati-hati dengan langkahmu!”, suara pemuda lainnya berteriak memperingatkan aku. Ada seorang pemuda yang berbeda, berlari dari arah belakangku, berusaha menangkapku. Badanku terhuyung ke belakang, aku kehilangan keseimbangan, pemuda yang memperingatkan aku tadi berhasil memeluk pinggangku, aku berpegang pada bahunya, mata kami saling beradu pandang. Ketika menatapnya, ada desiran tidak biasa di hatiku. “Hwang In!!”, mulutku mengucap namanya tanpa suara.

            “Nona, kamu baik-baik saja? Apa kakimu terkilir? Ada yang terluka?”, ucap pemuda yang menangkapku. Dia terlihat begitu mencemaskanku. “Maafkan pengawalku, dia tidak mengalah karena mematuhi titahku. Aku juga meminta maaf kepadamu. Perkenalkan, aku Gongmin. Dan dia pengawal setiaku, sekaligus sahabat baikku, dia Choe Yeong.”, pemuda yang menangkapku memperkenalkan dirinya, juga memperkenalkan pengawalnya.

            Semua semakin jelas sekarang, Hwang In adalah reinkarnasi dari Raja Gongmin. Sedangkan Dong Min adalah reinkarnasi dari pengawal istana sekaligus sahabat dari Gongmin, dia Choe Yeong. Kepingan puzzle yang aku lihat di masa depan melalui mimpi, atau melalui sekilas bayangan yang muncul secara tiba-tiba kala itu, perlahan menemukan titik terangnya. Memang benar adanya, baik aku, Hwang In, dan Dong Min, saling mengenal dan saling terhubung di kehidupan sebelumnya. Sebagai Noguk, Gongmin, dan Choe Yeong.

Bersambung…

Komentar

  1. telat upnya termaafkan, chapter 11 gk mengecewakan 😍

    BalasHapus
  2. asik makin seru, semakin buat readers nebak²

    BalasHapus
  3. aromanya kok ke hwang in yaaaaa 🥲 penumpang kapal dong min siap pelampung

    BalasHapus
  4. kretek2 cemas sama kapal yang gue tumpangi 🏊🏻‍♀ siap berenang kalo tenggelam thor. overall makin seru parah 😍

    BalasHapus
  5. ngga siap naik kapal manapun, takut salah pilih kapal entar tenggelem. tim netral ikut arus author ajalah 🤣
    keren thor, ditunggu next chapter 12

    BalasHapus
  6. No comment karna keren, jadi kasih bintang ajalah yaaa
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  7. Absen komen dengan bintang hahha
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  8. always awesome kat tiap chapters
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  9. Cahaya (Yaya) 🇲🇾25 Februari 2025 pukul 18.32

    Confused nak comment apa, good story yang pasti. Terikut yang lain bagi bintang, rate 5 stars
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  10. seperti biasa, one word from me! "KEREN"
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  11. ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  12. Kama Nur Hakim 🇲🇾25 Februari 2025 pukul 18.41

    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  13. Saya suka jalan ceritanya, menarik, saya boleh faham bahasanya juga 🥰

    BalasHapus
  14. ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer