Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (3)
Kembali
Peka Dan Perasa
Masih
bisakah, aku menyebut diriku manusia? Aku beberapa kali memikirkannya. Manusia
memiliki rasa sayang dan cinta, sebagian dari mereka juga peka dan perasa,
emosi dalam diri manusia justru yang membuat kehidupan berwarna. Sedangkan aku?
Aku sudah lama kehilangan semuanya, itu yang membuat kehidupanku berwarna
abu-abu.
Dong Min: “Nona
Byeol, aku membawakan tea chamomile hangat untukmu. Apa yang sedang kamu
lakukan? Ini sudah larut malam, lihat jam dinding itu! Pukul 00:30, sudah lewat
tengah malam.” (Membawakan secangkir tea untukku).
Aku: “Kamu tidak
melihat aku sedang sibuk? Pekerjaanku membuatku terjaga.” (Duduk di meja makan,
dan masih fokus pada laptop di depanku).
Dong Min: “Kalau
begitu aku akan menemani kamu disini.” (Tersenyum dan duduk di dekatku).
Aku: “Siapa yang
menyuruhmu duduk?! Dan berhentilah tersenyum seperti itu!” (Menatap tajam ke
arah Dong Min).
Dong Min: “Apa
yang salah dengan tersenyum? Apa itu membuatku terlihat aneh?”
Aku: “Bu… Bukan
itu maksudku, dengan senyuman seperti itu, kamu…” (Menatap lekat Dong Min).
Dong Min: “Uhum
aku kenapa?” (Menungguku melanjutkan kalimatku).
Aku: “Kamu seperti
anak anjing.” (Menghela nafas sambil menggelengkan kepala, kembali menatap
laptop).
Dong Min: “Anak
anjing? Julukan yang manis. Jika aku anak anjing, maka aku akan menjadi anak
anjing yang setia hanya pada satu tuan, hanya padamu Nona Byeol.” (Memegang
dada, dengan kepala sedikit menunduk, seperti memberi hormat).
Jantungku
berdebar mendengar jawaban Dong Min, jawaban itu terasa familiar untukku,
jawaban itu juga berhasil membuatku terpaku. Hanya saja, disaat bersamaan
dadaku terasa sesak, sampai membuat mataku berkaca-kaca, apa ini perasaan
terharu? Padahal aku tau, Dong Min hanya bercanda untuk menggodaku.
Dong Min: “Nona
Byeol, ada apa denganmu? Kenapa berekspresi seperti itu? Apa aku mengucapkan
kalimat yang menyinggungmu? Maafkan aku, aku bersalah sudah membuatmu
menangis.” (Mencemaskan aku).
Aku: “Menangis?
Tidak mung…” (Menoleh ke arah Dong Min).
Dong
Min yang tiba-tiba menghapus air mata di pipiku, membuatku tidak mampu
melanjutkan kalimatku. Sentuhannya lembut, aku merasa nyaman disentuh olehnya,
itu membuatku jauh lebih tenang. Tanpa aku sadari, aku menahan tangan Dong Min
untuk tetap mengusap pipiku, aku memejamkan mata menikmati kelembutan belaian
darinya.
Beberapa saat kemudian, barulah aku
perlahan membuka mata. Tapi yang ku lihat, bukan Dong Min di depanku, aku
melihat seorang pria yang memiliki wajah seperti Dong Min, rambutnya panjang
setengah terikat, dia terlihat seperti pendekar dari dinasti goryeo. Ada luka
sayatan pedang di pipi kanannya, di ujung bibirnya masih ada darah segar
mengalir, tatapan matanya seolah mengatakan padaku, kalau dia baik-baik saja,
dia tidak ingin membuatku cemas karenanya. Senyuman di bibirnya, benar-benar
terlihat seperti milik Dong Min.
Aku: “Kamu bukan
Dong Min! Siapa kamu sebenarnya?!” (Melepaskan tangan Dong Min, spontan bangkit
dari duduk, dan melangkah menjauh).
Dong
Min berulang kali memanggil namaku, berusaha menyadarkanku dari ilusi, tapi aku
justru semakin menangis histeris dan menjauh, tubuhku mulai lelah, akhirnya aku
jatuh pingsan di pelukan Dong Min. Dong Min menggendongku, mengantarku untuk
beristirahat di kamarku.
Dong Min:
“Sebenarnya apa yang kamu lihat pada diriku, nona Byeol? Kenapa kamu setakut
itu melihatku?” (Menggenggam tanganku, mengusap kepalaku).
Tubuhku seperti menggigil karena
demam, suhu tubuhku mulai naik, keringat dingin mulai bercucuran, Dong Min
semakin panik melihat kondisiku. Dia berlari meninggalkanku untuk pergi ke
dapur, Dong Min memberanikan diri berinteraksi dengan para pelayan arwah. Dia
meminta bantuan pelayan arwah untuk menyiapkan baskom yang diisi air hangat,
serta handuk kecil untuk mengompresku. Pelayan arwah menuruti perintah Dong Min
dan memberikan apa yang Dong Min perlukan. Dengan tangan gemetar, Dong Min
menerima baskom yang diberikan oleh pelayan arwah padanya.
“Ini bukan saatnya
kamu takut Dong Min, nona Byeol membutuhkanmu, kamu harus berani!”, dia
bergumam meyakinkan dirinya sendiri. Setelah menerimanya, Dong Min tidak lupa
berterimakasih pada pelayan arwah, kemudian Dong Min bergegas kembali ke
kamarku.
Setibanya di kamarku, dia dikejutkan
dengan kehadiran seseorang disana, seorang pemuda dengan pakaian kuno style
dinasti goryeo, yang entah darimana datangnya. Siapa dia? Kenapa dia menatap
nona Byeol dengan tatapan cemas? Apa dia juga hantu? Apa mereka saling
mengenal? Satu persatu pertanyaan muncul dalam benak Dong Min.
Dong Min:
“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam rumah ini? Apa yang kamu lakukan di kamar
nona Byeol? Siapa kamu?” (Meletakkan baskom di meja dekat ranjang tidurku).
Pemuda dengan pakaian kuno itu,
hanya tersenyum saat menoleh menatap Dong Min. Dia tidak lain adalah Ha Baek,
sang dewa air.
Ha Baek:
“Perkenalkan namaku Ha Baek, sahabat baik nona Byeol.” (Sedikit menundukkan
kepala, memberi salam).
Dong Min: “Tapi
bagaimana kamu bisa masuk? Seingatku, aku sudah mengunci rapat semua pintu dan
jendela.”
Ha Baek:
“Teleportasi.” (Menjawab dengan entengnya).
Dong Min: “Te…
teleportasi?” (Sedikit tidak mempercayai jawaban Ha Baek).
Ha Baek: “Katakan
padaku, apa yang terjadi pada nona Byeol? Kenapa tubuhnya melemah? Selama
beberapa ratus tahun, kejadian semacam ini tidak pernah terjadi.”
Dong Min: “Aku
juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi nona Byeol sempat
menangis karena terharu dengan ucapanku.” (Mengingat-ingat apa yang terjadi
sebelumnya).
Ha Baek:
“Menangis? Kamu yakin dengan hal itu?” (Terkejut).
Dong Min: “Aku
yakin, aku yang mengusap sendiri air matanya.” (Mengangguk yakin).
Ha Baek: “Begitu
rupanya, kelemahannya kembali, emosi manusia dalam dirinya kembaliii.”
(Mengangguk mulai memahami).
Dong Min: “Tunggu…
apa maksudmu? Kelemahan? Emosi manusia dalam dirinya? Kamu mengatakan seolah
nona Byeol bukan manusia.”
Ha Baek: “Adakah
manusia yang tidak bisa menua seperti dia? Byeol adalah manusia setengah dewa,
dia adalah dewa yang dapat mencampuri hidup dan mati manusia. Ada sisi dimana
dia tampak seperti malaikat penolong, membangkitkan seseorang yang mati karena
dianggap masih layak hidup, misalkan orang itu baik, masih banyak orang-orang
disekitar yang membutuhkannya, membutuhkan kebaikan orang tersebut. Byeol akan
bernegosiasi pada malaikat maut untuk mengembalikan jiwa orang mati, dan
memperpanjang waktu hidupnya, atau Byeol juga menolong seseorang untuk
terhindar dari kematian. Tapi dibalik wajah cantik dan manisnya ini, dia
memiliki sisi dimana dia lebih seram dari iblis.” (Menoleh ke arah Dong Min,
dengan senyum masam).
Dong Min: “Apa
yang dia lakukan? Sehingga kamu menyebut nona Byeolku, lebih seram dari iblis?
Itu jelas tidak mungkin, hatinya lembut.” (Menentang ucapan Ha Baek).
Ha Baek: “Dia
membunuh seseorang yang tidak seharusnya mati.” (Menatap tajam ke arah Dong
Min).
Dong Min: “Kamu
mengatakan keburukan orang yang sedang sakit?! Bahkan itu semua adalah
kebohongan belaka, aku meragukanmu. Benarkah kamu sahabat nona Byeol? Tuan Ha
Baek.” (Membalas tatapan tajam Ha Baek).
Ha Baek: “Aku
lebih lama mengenal Byeol dibandingkan dirimu. Jelas aku lebih tau baik dan
buruknya. Kalau tidak percaya, aku bisa menunjukkan padamu.”
Ha Baek menjentikkan jarinya, dari
kejauhan dia mengendalikan air di dalam baskom, air itu perlahan terbang ke
udara. Ha Baek mengarahkan air ke salah satu sisi kamarku, mendorong air ke
arah dinding, permukaan dinding yang basah memperlihatkan kenangan masa laluku.
Moment kebaikan dan kejahatanku, Dong Min melihat semuanya. Aku pernah membunuh
beberapa ketua gangster yang meresahkan masyarakat, dari membunuh manusia jahat
sampai membunuh manusia yang sudah tidak berdaya, aku melakukannya.
Saat
itu ada seorang nenek yang memiliki penyakit parah, dokter bilang hidupnya
hanya tersisa 6 bulan, nenek hidup sebatang kara, ekonomi yang rendah, dan
anak-anaknya yang sibuk dengan keluarga mereka masing-masing, sang nenek tidak
memberitahu anaknya tentang penyakitnya.
Aku yang saat itu duduk memandang
langit malam, duduk di kursi panjang di tengah ladang bunga soba yang tidak
terlalu jauh dari gubuk milik nenek itu, telingaku dari kejauhan mendengar
doanya. Aku berteleportasi ke gubuk dimana nenek itu berada, nenek bertanya
padaku apakah aku dewa? Apakah aku malaikat maut? Atau aku iblis sekalipun, dia
memintaku mengambil nyawanya, nenek tidak tahan lagi dengan rasa sakit yang
dirasakannya. Tanpa rasa iba sedikit pun, aku mengabulkannya. Aku menjadikan
jiwa nenek itu, sebagai bahan bernegosiasi di hadapan para malaikat maut. Untuk
menyelamatkan satu jiwa yang seharusnya mati, aku harus menggantikannya dengan
jiwa lain. Jadi saat aku menolong seseorang dari kematian, di hari yang sama,
aku juga membunuh orang lainnya. Dong Min meneteskan air mata, saat dia tau
jiwa nenek yang sakit tidak berdaya itu, ternyata aku tukar untuk menyelamatkan
jiwa kakek Min Jae, yang tidak lain ialah kakeknya sendiri.
Setelah menunjukkan semua kenangan
masa lalu yang aku miliki, melalui dinding basah yang dipengaruhi oleh
sihirnya, Ha Baek menyerap kembali energi air dari dinding, mengembalikannya ke
dalam baskom.
Ha Baek: “Kamu
percaya padaku sekarang, setelah melihatnya sendiri? Aku menunjukkan padamu
bukan bermaksud ingin kamu membenci Byeol atau semacamnya. Aku melihat kamu
sangat menyayangi Byeol, aku senang melihatnya, ketulusan darimu membuat hati
dia yang sempat mengeras, dewa tanpa belas kasih, mengabaikan perasaan manusia,
hanya mengandalkan logika dan hanya fokus pada tugas-tugasnya. Sejak hadirnya
dirimu di sisi Byeol, hatinya menghangat, dia perlahan mencair, meski ini akan
menjadi kelemahannya, tapi ini cukup bagus, dia akan menjadi dewa yang memiliki
belas kasih untuk manusia, bukankah manusia juga membutuhkan kesempatan untuk
bertaubat? Bukan hanya hukuman dan penghakiman.”
Dong Min: “Apa
yang harus aku lakukan sekarang?” (Mengangguk sambil mengusap air matanya).
Ha Baek: “Kamu
hanya perlu selalu berada disisinya, temani setiap langkahnya, dampingi dia
dalam setiap proses dia mempertimbangkan keputusan yang akan dia ambil. Aku
melihat ada kelembutan hati, dan kebijaksanaan berpikir dalam dirimu.”
Dong Min: “Uhum
aku akan melakukannya. Mmm tuan Ha Baek, sebenarnya ada hal lain yang ingin aku
ceritakan padamu.”
Ha Baek: “Apa
itu?”
Dong Min: “Bermula
dari menangis haru, nona Byeol kemudian… seperti melihat orang lain dari dalam
diriku, dia terus saja mengatakan kalau aku bukan Dong Min, aku meyakinkan dia
kalau aku Dong Min dan menanyakan apa maksud dari ucapannya, tapi dia tidak menghiraukanku,
seperti terjebak pada ilusi yang dia buat sendiri. Dia malah bertanya siapa
aku, sampai akhirnya nona Byeol pingsan.”
Ha Baek: “Aku
semakin yakin, kalian berdua saling terhubung atau bahkan saling mengenal di
kehidupan sebelumnya.” (Menerka-nerka).
Dong Min: “Saling
mengenal di kehidupan sebelumnya?” (Mengerutkan kening).
Ha Baek: “Aku
belum bisa menjelaskan detailnya, ini hanya dugaanku. Hanya Mago yang tau,
karena dia yang membuat takdir berjalan seperti ini.”
Dong Min: “Siapa
Mago sebenarnya? Dimana kita dapat menemuinya, untuk meminta penjelasan
darinya?”
Ha Baek: “Dia
berada dimana-mana, keberadaan tepatnya sulit dilacak. Meski tidak sengaja
bertemu dengannya, kamu tidak akan mengenalinya. Dia seorang dewa yang sering
merubah wujudnya, sebenarnya Mago adalah seorang wanita, dia sering menunjukkan
wujudnya sebagai wanita paruh baya dengan wajah yang bersinar dan bijaksana.
Tapi dia juga pernah menyamar menjadi seorang pria, dia bisa menjadi tua, dia
bisa juga menjadi muda. Jika Byeol pernah menceritakan padamu, tentang
peristiwa kecelakaan yang dia alami, tentang seorang dewa yang sering dia sebut
dengan kakek kunang-kunang, dewa yang memberikan Byeol pil kehidupan abadi,
dialah Mago.”
Dong Min: “Tentang
hal ini, apakah nona Byeol tau? Kalau dewa itu adalah Mago?”
Ha Baek: “Uhum
Byeol tau hal itu. Dong Min, aku mau bertanya padamu, apakah kamu tau alasan
Byeol mempekerjakan para arwah sebagai pelayan disini?”
Dong Min: “Aku
baru bekerja untuknya, jadi aku tidak tau banyak hal. Aku tidak tau kenapa ada
banyak pelayan hantu.”
Ha Baek: “Aku akan
menceritakan padamu, tapi kamu duduklah terlebih dulu di dekat Byeol, bukankah
kamu mengambil air itu untuk mengompresnya? Aku sudah memasukkan sedikit
energiku ke air dalam baskom, Byeol akan segera membaik.”
Dong Min melihat air dalam baskom
sedikit berbeda, ada cahaya biru menyelimuti air. Meski baru bertemu dengan Ha
Baek, Dong Min merasa Ha Baek dapat dipercaya, walaupun awalnya Dong Min sempat
tidak mempercayai, tapi Ha Baek selalu bisa membuktikan apa yang diucapkan
olehnya. Apalagi saat mengingat ekspresi Ha Baek sebelumnya, terasa begitu
jelas kecemasan pada raut wajahnya.
Dong Min berpikir,
Ha Baek tidak akan mungkin melukai sahabatnya sendiri, jadi tanpa bertanya
apapun, dia melakukan apa yang diminta Ha Baek.
Dong Min: “Aku
masih menunggu cerita yang tuan Ha Baek berniat ceritakan.” (Celetuk Dong Min,
tanpa menoleh dan masih fokus mengompresku).
Ha Baek: “Kamu
masih menunggu rupanya, padahal ekspresimu terlihat seperti tidak terlalu ingin
mengetahuinya.”
Dong Min: “Mulai
sekarang aku akan menggali informasi apapun yang bisa aku gali, aku akan
mencari tau semuanya, untuk menemukan jalan membantunya, dan cara
melindunginya.” (Menatap lekat wajahku).
Ha
Baek mengangguk dan tersenyum mendengar jawaban Dong Min, dia pun mulai
menceritakan beberapa kisah.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Akhirnya perlahan terungkap juga jati dirinya si byeol 😍 bakal badas kayaknya
BalasHapuslangsung otw baca waktu ada notif up. ini konsepnya terungkap satu, tapi dikasih misteri lainnya, gk da habis2nya penasaran 🧐😍
BalasHapusByeol menyala ❤🔥😆
BalasHapusga sabar byeol semakin membadas 🤣
BalasHapusNahkoda mana ini? Kapal dong min & byeol siap berlayar 🚢❤︎
BalasHapusplisss up tiap hari, paling ngga bisa dibuat penasaran ಥ◡ಥ
BalasHapusanak anjing gak tuh, beli anak anjing selucu dong min dimana yah?
BalasHapusε٩(๑> ₃ <)۶з
gue bingung cara mendiskripsikan perasaan gue, makin diungkap misterinya tpi makin penasaran cuks. thor tolong tanggung jawab, next chapter selalu gue tunggu
BalasHapusmisteri berlapis cem kue lapis awokwkwk. chapter 4, oit i am waiting
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐ ٩(^ᗜ^ )و ´-
BalasHapusAaaa ga sabar nunggu selanjutnya😆😍
BalasHapus