Unggulan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (20)
Luka Yang Kupeluk Sendiri
Seorang pemuda pernah mengembara
dengan membawa penyesalan terbesarnya, mungkin lebih dari 1000 tahun dia
berusaha menebus dosanya. Menangisi waktu yang sudah berlalu, tanpa bisa
memutarnya kembali. Kehilangan seseorang yang sebenarnya ingin sekali dia lindungi,
karena gilanya ambisi yang dia miliki. Bukan dewa yang mengutuknya, melainkan
dirinya sendiri. Xiao Yuer tidak pernah bisa memaafkan dirinya, atas kegagalan
yang dialaminya.
Pada tahun pertama pasca moment
tragis itu, ada hari dimana Xiao Yuer mencoba melompat dari tebing yang tinggi,
membuatnya tenggelam ke dalam sungai di bawahnya. Percobaan bunuh diri
pertamanya gagal, seorang nelayan berhasil menyelamatkan dia. Di hari yang
lain, Xiao Yuer pernah menusuk jantungnya sendiri menggunakan belati, lagi-lagi
dia gagal mengakhiri hidupnya, seorang tetangga yang berniat membagi sup
padanya, menemukannya tergeletak dalam rumah, sehingga memanggil tabib, untuk
menghentikan pendarahan. Untung saja, belati itu tidak melukainya terlalu
dalam, Xiao Yuer bisa terselamatkan.
Xiao Yuer masih tidak menyerah, dia
benar-benar ingin mengakhiri hidupnya. Dia merasa, hidupnya sudah selesai,
tidak ada hal yang menjadi impian, tujuan, dan tidak memiliki harapan, bahkan
dia tidak tau apa yang dia inginkan. Hanya raganya yang hidup, tidak dengan
jiwanya. Beberapa kali dirinya mencoba mencampurkan makanannya sendiri dengan
racun, setelah percobaan bunuh diri sebelumnya tidak berhasil.
Mago:
“Aku tidak pernah menyangka, kamu begitu menyedihkan.” (Memandang Yuer yang
sekerat, tergeletak setengah tersadar dengan mulut dipenuhi busa). “Apa
kematianmu, bisa membayar kematian adikmu, Noguk? Dan kematian ayahmu, jendral
Guozhi? Bukan aku yang tidak memberimu kesempatan, tapi kamu yang mencoba
menutup pintu kesempatan dariku. Jika merasa, kehidupanmu adalah hukuman.
Seharusnya kamu menjalani saja bukan? Orang sepertimu sepantasnya mendapatkan
kehancuran perlahan.” (Menyeringai, berjongkok mendekati Xiao Yuer).
Mendengar hal itu, Xiao Yuer
meneteskan air matanya di ujung nafas terakhirnya. Jasadnya menjadi kaku dengan
mata terbuka, dia sempat merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya, efek
dari racun yang dia konsumsi.
Mago:
“Kalau kamu mati seperti ini, kamu tidak akan bisa menemui Noguk dan meminta
maaf padanya. Padahal itu yang sangat kamu inginkan di lubuk hatimu terdalam,
aku bisa mendengarnya tanpa mulutmu berucap.” (Menghela nafas menatap jasad
Yuer).
Mago menggenggam tangan Xiao Yuer
erat, tubuhnya masih terasa hangat. Jiwa baru keluar dari raga, Mago berusaha
mengajak jiwa Xiao Yuer untuk bernegosiasi.
Mago:
“Kembali lah ke dalam ragamu, aku akan menyembuhkanmu. Beberapa ratus tahun
lagi, Noguk akan bereinkarnasi, saat itu tiba, kamu bisa menebus dosamu
padanya.”
Xiao
Yuer: “Jadi aku bisa bertemu dengan adikku lagi?” (Jiwanya berdiri di samping
jasadnya).
Mago:
“Benar, kamu bisa bertemu dengannya. Tapi kamu tidak bisa sembarang menyapanya,
dia tidak akan mengingat kenangan apapun dari masa lalu.”
Xiao
Yuer: “Asalkan aku bisa melindungi Noguk di kehidupannya yang akan datang,
meski hanya dari kejauhan. Tidak apa, kalau aku tidak bisa menemuinya secara
langsung. Lagi pula, aku terlalu malu berhadapan dengan dia.”
Mago:
“Jadi kamu menyetujui tawaranku? Tentunya ini tidak gratis, bekerjalah untukku.
Aku membutuhkanmu menjaga neraka dan memburu roh jahat yang mengganggu umat
manusia. Kamu bisa melakukannya?”
Xiao
Yuer: “Bukan aku tidak mau, tawaranmu membuatku tertarik. Tapi, apa manusia
biasa sepertiku, bisa mengemban tugas yang kamu berikan?”
Mago:
“Lihat ragamu baik-baik, diri lama mu telah tiada. Setelah aku membangkitkanmu,
kamu bukan lagi manusia, bukan lagi Xiao Yuer. Kebangkitanmu nanti ialah
sebagai seorang iblis, dunia akan memanggilmu Mawang.” (Menatap jiwa Xiao Yuer,
kemudian menggunakan sihirnya untuk menarik jiwa itu kembali dalam raga, dan
membangkitkannya).
Xiao
Yuer: “Aku setuju, dan roh kegelapan yang melarikan diri di malam itu. Apakah
aku bisa menemukannya?”
Mago:
“Ya, kamu bisa. Kamu akan memiliki kekuatan supranatural untuk menangkap bahkan
membinasakannya.”
Xiao
Yuer mengangguk, dirinya semakin mantap dengan keputusannya, menyetujui
penawaran yang Mago berikan padanya. Mago menyelamatkan Xiao Yuer dari
kematian, sejak hari itu, Xiao Yuer menjalani kehidupan abadi.
“Bayangan apa tadi?!”, aku terkejut
tanpa berucap. Lalu menatap tanganku dan tangan Xiao Yuer yang saling
menggenggam.
Xiao
Yuer: “Byeol, ada apa?” (Menyadari perubahan sikap dan ekspresiku).
“Apa kekuatan supranaturalku
kembali? Aku bisa membaca ingatan Xiao Yuer, karena tangan kami saling
bersentuhan.”, masih sibuk dengan renunganku sendiri.
Gongmin:
“Byeol sayang, kamu melamun?” (Mengusap punggung tangan kananku yang ada dalam
genggamannya).
Aku:
“Oh!!???” (Menoleh ke arah Putra Mahkota, mulai tersadar dari lamunan).
Xiao
Yuer: “Jadi harus panggil sayang untuk dapat menyadarkanmu? Cih! Lepaskan
tanganku, untuk apa aku disini? Izinkan aku kembali ke kamarku, Byeol!”
(Mengomel).
Aku:
“Kamu sudah mengantuk?” (Kembali menatap Xiao Yuer dengan tatapan penuh
kesedihan).
Xiao
Yuer: “Tatapan itu lagi? Berhenti menatapku seperti itu! Kamu pikirlah sendiri,
kamu menggandengku dan menggandeng Hwang In semalaman. Mengajak kami
berkeliling istana, apa kita sedang berpatroli sekarang? Ini sudah putaran
ke-10, ayolah Byeol… aku mengantuk.” (Merengek).
Aku:
“Hwang In, bolehkah Yuer tidur bersama kita?” (Menatap Putra Mahkota dengan
tatapan memohon).
Xiao
Yuer: “Ide apa lagi ini?! Hwang In! Awas saja kamu menyetujui ide gila istrimu!
Ku mohon, bebaskan aku malam ini. Aku hanya ingin tidur sebentar, sebelum besok
aku meninggalkan istana.” (Mengancam Putra Mahkota dan kembali merengek).
Gongmin:
“Maaf Yuer, aku rasa… Byeol hanya ingin bersama mu lebih lama lagi. Sebelum
pertarungan yang sebenarnya dimulai. Tidak ada salahnya tidur bersama kami
malam ini.” (Mengangguk setelah memikirkannya).
Aku:
“Suamiku memang paling memahamiku, bahkan tanpa aku jelaskan, kamu mengetahui
yang aku inginkan dan apa yang aku pikirkan.” (Mencium pipi Putra Mahkota).
Xiao
Yuer: “Kalian pasangan yang gila! Mago… magooo, tolong selamatkan aku. Aku bisa
terbunuh perlahan jika terus bersama mereka, kalian mau membunuhku malam ini
dengan memintaku melihat kalian berpeluk mesra saat tidur?!!”
Aku:
“Mago sudah pergi, dia tidak akan menyelamatkanmu. Jadi menurut saja!” (Menarik
paksa Yuer).
Putra Mahkota Gongmin hanya
tersenyum sambil gelengkan kepala, melihat tingkahku dan Xiao Yuer. Sesampainya
di kediamanku, aku meminta Hye Soo menyiapkan dua kasur lantai.
Aku:
“Hwang In dan Yuer tidur di kasur ini. Sementara kasur satunya lagi untukku dan
Hye Soo.” (Mulai pembagian tempat tidur).
Hye
Soo: “Tapi Yang Mulia Putri Mahkota, apa ini tidak apa-apa? Bagaimana kalau ada
orang lain melihat kita berempat tidur bersama di malam pernikahan Yang Mulia?”
(Mencemaskan ide gilaku).
Xiao
Yuer: “Kamu lihat? Hye Soo saja bisa memikirkan resikonya, sudahlah aku kembali
ke kamarku sendiri saja.” (Berniat pergi).
Aku:
“Tunggu!” (Menghadang). “Aku akan bertanggung jawab, apapun resikonya. Aku
Putri Mahkota negeri ini kan? Bukankah ini termasuk titah?!” (Lanjutku).
Gongmin:
“Benar ini merupakan sebuah titah.” (Menahan tawa).
Xiao
Yuer: “Baiklah! Berdebat dengan kalian tidak akan ada habisnya, lagipula kalian
selalu memenangkan argument. Ayo tidur! Jangan ada yang menggangguku. Aku harus
charger energiku dengan tidur nyenyak. Selamat malam… selamat beristirahat
kalian bertiga.” (Mengalah dan memutuskan untuk menurut, lalu mulai berbaring
di kasur).
Aku tersenyum puas melihat Xiao Yuer
akhirnya mengalah untukku. Gongmin dan aku ikut berbaring, kami berdua saling
berhadapan, meski tidur dikasur yang berbeda, kami saling mengulurkan tangan
untuk berpegangan. Hye Soo menutup pintu kamar, kemudian ikut berbaring di
belakangku.
Hye
Soo: “Selamat tidur Yang Mulia Putra Mahkota dan Yang Mulia Putri Mahkota.”
(Menarik selimut, aku dan Hye Soo saling memunggungi).
Gongmin
& Aku: “Selamat tidur Hye Soo.” (Bersamaan).
Aku:
“Mimpi indah Hye Soo.” (Sedikit menoleh ke arah Hye Soo).
Hye
Soo: “Yang Mulia juga, bermimpi indahlah.” (Dengan nada berbisik, menoleh ke
arahku).
Dalam diamku, ada ribuan
kekhawatiran yang tidak tahu bagaimana caranya keluar. Saat melihat Xiao Yuer
tidur dengan pulasnya, begitu juga dengan Hye Soo. Sedangkan Gongmin, perlahan
memejamkan mata, tadi berulang kali dia menguap sambil menemaniku bercerita,
Putra Mahkota baru saja terlelap, tidak sanggup menahan kantuknya. Di tengah
keheningan ini, sekuat tenaga aku menahan isak tangisku. Namun semakin ku
tahan, rasanya semakin pilu, ketakutan menyelimutiku. Aku tidak ingin
kehilangan orang-orang yang ku sayang. Jika dikesempatan keduaku ini, aku harus
berkorban nyawa lagi, tidak masalah untukku, tapi sebelumnya… akan aku pastikan
mereka semua berada di tempat yang aman. Bukan di medan pertempuran bersamaku.
Bagaimana caranya? Aku terus memikirkannya.
Larut dalam kecemasan, membuatku
kehilangan kemampuan mengatur pernafasan, benar-benar sesak tidak tertahan. Aku
memutuskan mengendap-endap keluar dari kamar, mencari udara segar.
Aku:
“Huft…” (Menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan).
Duduk di teras kediamanku, bersandar
pada salah satu sisi dinding, sambil mendongakkan kepalaku menatap langit
malam. “Aku berharap besok akan ada keajaiban.”, gumamku penuh harap. Ada suara
langkah kaki tidak jauh dari kediamanku, ditambah dengan suara ranting pohon
yang patah, seperti terpijak oleh kaki, membuatku yakin ada seseorang di dekat
sini.
Aku:
“Siapa disana?!” (Ku berdiri, sedikit berteriak memberi peringatan bahwa aku
menyadari keberadaan orang itu). “Jangan bermain-main denganku! Atau kamu akan
merasakan akibatnya!” (Mulai geram).
Choe
Yeong: “Ampun Yang Mulia, ini hamba.” (Keluar dari tempat persembunyiannya).
Aku:
“Choe Yeong, apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa melakukan pergerakan
mencurigakan?” (Dengan tatapan menelisik).
Aku melihat Choe Yeong ragu menjawab
pertanyaanku, dia juga menghela nafas. Membuatku menduga, pasti ada hal yang
seharusnya tidak diketahui olehku.
Choe
Yeong: “Sebenarnya…” (Mengepal tangannya, menjawab penuh keraguan).
“Salam hormat kami, Yang Mulia Putri
Mahkota.”, ucap serempak beberapa wanita yang muncul dari belakang Choe Yeong
secara tiba-tiba. Mereka ikut keluar dari persembunyian, membungkuk memberikan
salam hormat padaku.
Aku:
“7 pendekar wanita tulip kuning ada disini? Ada yang bisa jelaskan padaku, apa
yang terjadi?”
Nyonya
Nara: “Kami datang membawa seorang cenayang, Yang Mulia. Ini semua bagian dari
rencana Tuan Yuer.” (Memberanikan diri untuk menjelaskan padaku). “Beberapa
waktu yang lalu, Tuan Yuer datang menemui hamba dengan penuh kecemasan, dia
bilang ada kemungkinan Pangeran Taeguk bersama pasukannya akan melakukan
serangan lebih besar. Tuan Yuer juga menceritakan, kalau dia mendapatkan mimpi
yang aneh, tentang pertempuran kali ini melibatkan cenayang. Pangeran Taeguk,
mungkin akan menggunakan ilmu hitam demi memenangkan pertempuran.” (Bercerita).
Aku:
“Lalu? Apa rencana kalian?”
Nyonya
Nara: “Awalnya hamba tidak percaya, dan mencoba meyakinkan Tuan Yuer bahwa apa
yang dilihatnya hanya bunga tidur, akibat dari kecemasan yang berlebihan. Hanya
saja, Tuan Yuer bersikeras ingin dipertemukan dengan cenayang kenalan hamba,
yang dapat dia percaya. Dan inilah cenayang Chin Sun, Yang Mulia.”
(Memperkenalkan cenayang yang dibawanya).
Chin
Sun: “Yang Mulia Putri Mahkota, salam hormat hamba.” (Membungkuk padaku).
“Hamba harap, Yang Mulia tidak memandang sebelah mata, penglihatan masa depan
dari Tuan Yuer. Yang hamba lihat, Tuan Yuer memang memiliki kemampuan
mengetahui masa depan, mungkin saja melalui mimpinya. Karena saat hamba mencoba
memastikan dan melihat masa depan menggunakan kemampuan spiritual dan
supranatural yang hamba miliki, hasilnya memiliki kecocokan dengan penglihatan
Tuan Yuer. Ada kekuatan besar dari kegelapan memenuhi istana ini, Yang Mulia.”
(Lanjutnya).
Nyonya
Nara: “Tuan Yuer, meminta kami mengawal cenayang Chin Sun. Untuk rencana
besarnya besok pagi, dia ingin setiap sudut istana diberi jimat pelindung,
meminimalisir kekuatan kegelapan menguasai istana ini. Selain itu…” (Tidak
langsung meneruskan penjelasannya).
Aku:
“Selain itu?” (Menunggu kelanjutan dari penjelasan nyonya Nara).
Nyonya
Nara: “Ada cenayang lain yang besok akan ditemui oleh Tuan Yuer.”
Aku:
“Cenayang lain? Siapa? Kamu mengenalnya?”
Nyonya
Nara: “Tidak Yang Mulia, hamba tidak mengenalnya. Tapi, cenayang Chin Sun
mengenalnya.”
Chin
Sun: “Dia teman lama hamba, Yang Mulia. Jalan yang kami tempuh berbeda, dia
terjebak di jalan yang sesat, dia tidak peduli pada nyawa manusia. Yang dia
pedulikan hanya kekayaan dan juga memperkuat ilmu yang dimilikinya. Geom-eun
Jangmi, julukan itu melekat pada dirinya.”
Aku:
“Geom-eun Jangmi yang artinya mawar hitam, mmm dari namanya aku bisa menerka
sehebat apa dia. Auranya cukup kuat, apa yang akan Yuer lakukan padanya?”
Nyonya
Nara: “Hamba juga tidak tau, Tuan Yuer tidak menjelaskan detailnya.”
Aku:
“Aku akan coba mencari tau sendiri besok, kalian pergilah! Kerjakan tugas yang
Yuer berikan! Choe Yeong, bimbing mereka dan tunjukkan sisi istana mana saja
yang perlu kalian beri jimat pelindung, kamu hafal dengan baik setiap sudut
istana ini. Dan… 7 pendekar wanita tulip kuning, aku percayakan keselamatan
cenayang Chin Sun pada kalian.” (Memberi izin melanjutkan rencana Xiao Yuer).
“Kami siap menjalankan titah, Yang
Mulia!!”, jawab Choe Yeong bersama dengan 7 pendekar wanita tulip kuning, dan
cenayang Chin Sun. Mereka kembali memberi hormat padaku, sebelum pergi
meninggalkan halaman kediamanku.
Gongmin:
“Kamu tidak bisa tidur?” (Menguap, sembari memelukku dari belakang). “Apa yang
kamu lakukan diluar sini sendirian?” (Bersandar pada bahuku dengan manjanya).
Putra Mahkota keluar dari
kediamanku, tepat setelah rombongan Choe Yeong tidak terlihat lagi, mereka
sudah jauh pergi.
Aku:
“Apa yang membuatmu terbangun?” (Mengusap pipi Putra Mahkota, gemas).
Gongmin:
“Kamu tidak ada di dekatku, membuat hatiku gelisah.” (Mempererat pelukannya).
Aku:
“Aku hanya keluar untuk mencari udara segar, langit malam ini benar-benar
indah, membuatku ingin terus melihatnya. Ngomong-ngomong kamu menjadi semakin
manja, Hwang In.” (Tersenyum).
Gongmin:
“Sejak kamu menjadi istriku, aku ingin selalu bermanja denganmu, Byeol.”
(Mengecup leherku dan mengecup belakang telingaku).
Aku:
“Hwang In, apa yang kamu lakukan? Jangan mengecupku seperti itu.”
Gongmin:
“Kenapa tidak boleh?” (Menggigit telingaku lembut).
Aku:
“Kita baru saja melakukannya, ini terlalu berbahaya untuk kita. Bagaimana kalau
kita teringin lagi?” (Berbalik badan menghadap Putra Mahkota, melingkarkan
lengan pada lehernya).
Gongmin:
“Apa yang kamu cemaskan? Kita bisa melakukannya lagi, kalau tadi tidak ada
kegaduhan antara Yuer dan sekte kalajengking. Mungkin sekarang, kita masih
saling berbagi kehangatan di gazebo.” (Menempelkan keningnya pada keningku, dan
mengusapkan hidungnya ke hidungku).
Aku:
“Kamu sengaja merayuku, Yang Mulia? Putra Mahkota negeri ini, ingin segera
melahirkan pewaris?” (Menggoda Putra Mahkota).
Gongmin:
“Aku bahkan tidak memikirkan soal pewaris, kamu yang berpikir terlalu jauh.
Tapi boleh juga, ayo kita buat pewaris!!!” (Menggendongku).
Aku:
“Hwang In! Turunkan aku, apa rencanamu kali ini?” (Memukul bahu Putra Mahkota).
Gongmin:
“Aku ingin mandi bersamamu, kita bisa bercinta di tempat pemandian kediamanmu.”
(Berlari kecil, membawaku kembali masuk ke dalam kediaman).
Aku:
“Dasar, banyak sekali idemu.” (Mencubit pipi Putra Mahkota).
Di dalam bathtub kayu berisi air
hangat dengan kelopak bunga mengapung di atasnya. Putra Mahkota dan aku saling
berpeluk tanpa busana. Dengan penuh kelembutan, Putra Mahkota membantuku
membersihkan tubuhku, begitu juga sebaliknya, aku membantunya membersihkan
tubuhnya.
Gongmin:
“Maukah kamu berbalik badan? Berpegang lah pada tepian bathtub ini.” (Ucapnya
sambil menuntunku pada posisi yang dia inginkan).
Aku hanya mengangguk dan
menurutinya. Dengan posisi setengah merangkak, dari arah belakang, Putra
Mahkota mendekatiku.
Gongmin:
“Eeeuummmhh aaahhhhh…” (Kami berpadu menjadi satu dengan manisnya).
Aku:
“Aaahhhhh Yang Mulia.” (Menikmati setiap pergerakan Putra Mahkota).
Sesekali Putra Mahkota mengecup
bahuku, mengecup punggungku, mengecup leherku, dia mencumbuku penuh gairah.
Bercinta dengan Putra Mahkota, membuatku melepaskan kecemasan. Rasa relax
setelah mencapai puncak kenikmatan, membuatku tertidur nyenyak malam ini.
Keesokan harinya, semua orang sudah
terbangun. Aku tidak menemukan Hye Soo tidur di sampingku. Aku juga melihat
kasur Putra Mahkota dan Xiao Yuer sudah terlipat rapi. Dengan mata setengah
terbuka, beberapa kali aku menguap karena masih merasa kantuk, ku perlahan
duduk.
Gongmin:
“Mmm Byeol sudah bangun.” (Sapanya, melihatku terbangun).
Xiao
Yuer: “Selamat pagi, Byeol.” (Ikut menyapa).
Aku:
“Oh!!??? Rupanya kalian masih disini, aku pikir kalian sudah meninggalkan
kediamanku. Hwang In, kamu sudah berpakaian rapi menggunakan jubah istana
sepagi ini?” (Menoleh ke belakang, dimana Putra Mahkota dan Xiao Yuer berada).
Gongmin:
“Raja meminta kita berdua datang ke balairung utama, aku rasa… Raja ingin
meminta pendapatku tentang liburan keluarga kerajaan dan membicarakan tentang
rencana keberangkatan dengan kita semua. Jadi, kamu bersiaplah juga!” (Melirik
ke arahku, sambil melakukan kesibukannya melukis). “Yuer, semua berjalan sesuai
rencanamu.” (Tersenyum).
Xiao
Yuer: “Choe Yeong berhasil membujuk Raja, kini tinggal persetujuan dari Yang
Mulia Putra Mahkota. Untuk membuat Raja semakin yakin dengan keputusannya.”
(Mengangguk-angguk).
Gongmin:
“Tentu saja, aku akan menyetujuinya. Sebelum itu, aku ingin bertanya sesuatu
padamu Yuer. Sekarang kamu tau, kita bertiga sama-sama berasal dari masa depan.
Kita memiliki misi yang sama. Apa kamu masih menghormatiku sebagai Putra
Mahkota atau menganggapaku hanya sebagai Hwang In yang memerankan peran Putra
Mahkota?”
Xiao
Yuer: “Sebagai Hwang In atau Gongmin, Yang Mulia tetaplah Putra Mahkota bagiku.
Yang Mulia juga adik iparku, Yang Mulia pun sahabatku, bukan hanya mengabdikan
kesetiaanku. Aku juga ingin kamu mempercayaiku, kali ini… di kesempatan keduaku
ini, itulah pilihanku.” (Tersenyum).
Gongmin:
“Aku semakin menyukaimu, aku suka jawaban itu. Yuer, aku percaya padamu.”
(Masih dengan kesibukannya mengayunkan kuas di atas kertas). “Akhirnya aku
selesai, sesuai permintaanmu, aku hanya melukis bulgae tanpa memakan matahari.”
(Menatap Xiao Yuer, memberikan hasil lukisan padanya).
Xiao
Yuer: “Sempurna! Ini seperti aslinya. Kamu memang berbakat dalam melukis.”
(Tersenyum puas).
Aku:
“Pantas saja sedari tadi kamu membuka bajumu, karena meminta Hwang In melukis,
meniru bentuk tattoo yang ada di dadamu? Mau kamu apakan lukisan itu, Yuer?”
(Menatap Yuer penuh tanya).
Xiao
Yuer: “Di masa lalu, bertepatan dengan hari ini, seharusnya menjadi hari
pembuatan tattoo pada tubuh Taeguk. Hari ini, Taeguk pasti pergi bertemu dengan
cenayang sesat, Geom-eun Jangmi. Sebelum Taeguk sampai disana, aku harus sampai
lebih dulu untuk menemui cenayang Geom-eun Jangmi, aku akan meminta
kerjasamanya membuat tattoo kegelapan palsu untuk Taeguk.” (Mengenakan bajunya
dan kembali merapikan penampilannya).
Aku:
“Bagaimana kalau kamu gagal membuat kesepakatan kerjasama dengan dia?”
Xiao
Yuer: “Tidak ada cara lain, aku akan memaksanya.” (Jawabnya penuh tekad).
Gongmin:
“Dia lawan yang cukup tangguh, selain kemampuan spiritual dan supranatural yang
terkenal kehebatannya, dia juga pandai bela diri, itu kabar angin yang pernah
aku dengar, meski aku tidak pernah bertemu langsung dengannya. Kamu tetap harus
waspada, Yuer.”
Xiao
Yuer: “Aku sudah memikirkan semua rencanaku dengan matang, aku cukup belajar
dari kesalahanku di masa lalu. Akan aku pastikan itu tidak akan terulang
kembali, jangan terlalu cemaskan aku. Mari lakukan tugas sebaik mungkin sesuai
dengan peranan kita!” (Tersenyum). “Lagi pula, kalian sudah mengetahui semua
rencana rahasiaku, meski aku belum sempat cerita. Byeol, memergoki cenayang
Chin Sun yang aku selundupkan ke dalam istana. Dia akan membuat perisai untuk
kita selama pertempuran nanti.” (Melirik ke arahku).
Gongmin:
“Uhum, aku sudah mendengar kabar itu dari Byeol saat kami mandi bersama
semalam.” (Mengangguk-angguk).
Aku:
“Hwang In!” (Menatap tajam ke arah Putra Mahkota).
Xiao
Yuer: “Apa??!!!” (Terkejut dengan jawaban Putra Mahkota yang penuh kejujuran).
Gongmin:
“Kenapa menatapku seperti itu?” (Tanpa rasa bersalah). “Oh! Jangan salah fokus
pada kalimat mandi bersama, poinnya aku sudah tau tentang rencana Yuer, dan
memberi izinku.” (Salah tingkah, saat mulai menyadari kesalahan pada jawaban
sebelumnya).
Xiao
Yuer: “Kalian berdua benar-benar! Tidak peduli apa situasinya saat ini, gairah
membara pengantin baru memang tidak tertahankan.” (Mendecak, menggelengkan
kepala). “Sudahlah, aku harus pergi sekarang.” (Bangkit dari duduknya).
Aku:
“Yuer, sarapan lah dulu. Tunggu sebentar, aku akan meminta Hye Soo menyiapkan
sarapan untuk kita.” (Berniat berdiri, tapi mengurungkannya).
Hye
Soo: “Aku sudah disini Yang Mulia. Boleh aku masuk?” (Membuka sedikit pintu
kamarku).
Aku:
“Kamu datang tepat waktu, masuklah!” (Mengangguk).
Hye Soo membuka lebar pintu kamarku,
dia memerintahkan 2 dayang bawahannya untuk menata meja dan menu sarapan. Aku
tersenyum melihat Hye Soo, dia bekerja dengan bagus, dayang lain tampak sangat
menghormati Hye Soo selaku dayang utama di kediamanku.
Hye
Soo: “Kalian boleh pergi meninggalkan kamar Yang Mulia.” (Ucapnya kepada 2
dayang yang membantunya, setelah mereka melakukan tugasnya).
“Baik Nyonya.”, jawab keduanya
memberi hormat pada Hye Soo. Kedua dayang itu, memberi hormat padaku, pada
Putra Mahkota, dan pada Xiao Yuer juga, sebelum mereka benar-benar melangkah
pergi.
Xiao
Yuer: “Wahhh, aura Hye Soo kita bersinar terang sekarang.” (Mencubit pipi Hye
Soo).
Aku:
“Yuer berhenti mencubitnya seperti itu! Dia dayang kesayanganku, beraninya
kamu!” (Dengan nada bercanda).
Xiao
Yuer: “Kamu ingin dicubit juga? Cepatlah mandi, Nogukku sayang!” (Berganti
mencubit pipiku).
Gongmin:
“Aku sedikit keberatan, dia milikku, dia Nogukku!” (Tidak mau kalah).
Xiao
Yuer: “Lihatlah suamimu pencemburu.” (Memutar bola matanya).
Aku:
“Justru itulah sisi menggemaskan pada dirinya, sisi posesifnya terlihat sexy
dimataku.” (Melirik ke arah Putra Mahkota).
Mereka berdua sengaja tidak
memanggilku dengan nama Byeol, karena ada Hye Soo bersama kami.
Xiao
Yuer: “Heihhh, berhenti membuatku geli!” (Melepaskan cubitannya). “Maaf aku
tidak bisa ikut sarapan bersama, aku sedang terburu-buru.” (Lanjutnya).
Hye
Soo: “Aku sudah menyiapkan ini untuk Tuan Muda Yuer.” (Memberikan bekal kepada
Xiao Yuer).
Xiao
Yuer: “Apa ini?” (Membuka bekal yang diberikan padanya). “Wow… Jjinppang!”
(Seruannya dengan mata berbinar).
Hye
Soo: “Tuan Muda bisa memakannya di perjalanan.” (Tersenyum).
Jjinppang adalah roti kukus yang
biasanya diisi pasta kacang merah dan potongan kacang pecah di dalamnya.
Xiao
Yuer: “Kamu sangat pengertian, terimakasih Hye Soo.” (Ikut tersenyum, menepuk
bahu Hye Soo). “Aku pergi, sampai bertemu lagi nanti, Yang Mulia.” (Membungkuk
memberi hormat padaku dan Putra Mahkota).
Gongmin
& Aku: “Jaga dirimu, Yuer.” (Bersamaan).
Xiao Yuer meninggalkan istana dengan
berkuda, dia tidak pergi sendiri. Raja memberikan titah, melalui Choe Yeong,
disiapkannya dua puluh prajurit istana untuk mengawal Xiao Yuer dalam
perjalanannya.
Bersambung…
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Postingan Populer
KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapusNikmat nyaa, makan sambil membaca 😌🥰
BalasHapus⭐⭐⭐⭐⭐
⭐⭐⭐⭐⭐
BalasHapusSeneng banget masih bisa lihat momen yuer bercadaan gini sama byeol dan hwang in
BalasHapusKalo disuguhi sikap yuer yang gemes2 gini. Makin gak rela yuer jadi ubi 🥺❤️
BalasHapusMasih berharap yuer gakan jadi ubi, bener2 berharap semua hanya pranknya author plisssss
BalasHapusPadahal scenenya lucu gini, gemesin. Tapi agak nyesek bacanya, berasa lagi menikmati saat2 terakhir sama yuer 🥺😭
BalasHapusperbanyak chapter yang ada yuernya thor, sebelum beneran jadi ubi 💔😭
BalasHapus