Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (20)



  Luka Yang Kupeluk Sendiri

            Seorang pemuda pernah mengembara dengan membawa penyesalan terbesarnya, mungkin lebih dari 1000 tahun dia berusaha menebus dosanya. Menangisi waktu yang sudah berlalu, tanpa bisa memutarnya kembali. Kehilangan seseorang yang sebenarnya ingin sekali dia lindungi, karena gilanya ambisi yang dia miliki. Bukan dewa yang mengutuknya, melainkan dirinya sendiri. Xiao Yuer tidak pernah bisa memaafkan dirinya, atas kegagalan yang dialaminya. 



            Pada tahun pertama pasca moment tragis itu, ada hari dimana Xiao Yuer mencoba melompat dari tebing yang tinggi, membuatnya tenggelam ke dalam sungai di bawahnya. Percobaan bunuh diri pertamanya gagal, seorang nelayan berhasil menyelamatkan dia. Di hari yang lain, Xiao Yuer pernah menusuk jantungnya sendiri menggunakan belati, lagi-lagi dia gagal mengakhiri hidupnya, seorang tetangga yang berniat membagi sup padanya, menemukannya tergeletak dalam rumah, sehingga memanggil tabib, untuk menghentikan pendarahan. Untung saja, belati itu tidak melukainya terlalu dalam, Xiao Yuer bisa terselamatkan.

Xiao Yuer masih tidak menyerah, dia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya. Dia merasa, hidupnya sudah selesai, tidak ada hal yang menjadi impian, tujuan, dan tidak memiliki harapan, bahkan dia tidak tau apa yang dia inginkan. Hanya raganya yang hidup, tidak dengan jiwanya. Beberapa kali dirinya mencoba mencampurkan makanannya sendiri dengan racun, setelah percobaan bunuh diri sebelumnya tidak berhasil.

Mago: “Aku tidak pernah menyangka, kamu begitu menyedihkan.” (Memandang Yuer yang sekerat, tergeletak setengah tersadar dengan mulut dipenuhi busa). “Apa kematianmu, bisa membayar kematian adikmu, Noguk? Dan kematian ayahmu, jendral Guozhi? Bukan aku yang tidak memberimu kesempatan, tapi kamu yang mencoba menutup pintu kesempatan dariku. Jika merasa, kehidupanmu adalah hukuman. Seharusnya kamu menjalani saja bukan? Orang sepertimu sepantasnya mendapatkan kehancuran perlahan.” (Menyeringai, berjongkok mendekati Xiao Yuer).

            Mendengar hal itu, Xiao Yuer meneteskan air matanya di ujung nafas terakhirnya. Jasadnya menjadi kaku dengan mata terbuka, dia sempat merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya, efek dari racun yang dia konsumsi.

Mago: “Kalau kamu mati seperti ini, kamu tidak akan bisa menemui Noguk dan meminta maaf padanya. Padahal itu yang sangat kamu inginkan di lubuk hatimu terdalam, aku bisa mendengarnya tanpa mulutmu berucap.” (Menghela nafas menatap jasad Yuer).

            Mago menggenggam tangan Xiao Yuer erat, tubuhnya masih terasa hangat. Jiwa baru keluar dari raga, Mago berusaha mengajak jiwa Xiao Yuer untuk bernegosiasi.

Mago: “Kembali lah ke dalam ragamu, aku akan menyembuhkanmu. Beberapa ratus tahun lagi, Noguk akan bereinkarnasi, saat itu tiba, kamu bisa menebus dosamu padanya.”

Xiao Yuer: “Jadi aku bisa bertemu dengan adikku lagi?” (Jiwanya berdiri di samping jasadnya).

Mago: “Benar, kamu bisa bertemu dengannya. Tapi kamu tidak bisa sembarang menyapanya, dia tidak akan mengingat kenangan apapun dari masa lalu.”

Xiao Yuer: “Asalkan aku bisa melindungi Noguk di kehidupannya yang akan datang, meski hanya dari kejauhan. Tidak apa, kalau aku tidak bisa menemuinya secara langsung. Lagi pula, aku terlalu malu berhadapan dengan dia.”

Mago: “Jadi kamu menyetujui tawaranku? Tentunya ini tidak gratis, bekerjalah untukku. Aku membutuhkanmu menjaga neraka dan memburu roh jahat yang mengganggu umat manusia. Kamu bisa melakukannya?”

Xiao Yuer: “Bukan aku tidak mau, tawaranmu membuatku tertarik. Tapi, apa manusia biasa sepertiku, bisa mengemban tugas yang kamu berikan?”

Mago: “Lihat ragamu baik-baik, diri lama mu telah tiada. Setelah aku membangkitkanmu, kamu bukan lagi manusia, bukan lagi Xiao Yuer. Kebangkitanmu nanti ialah sebagai seorang iblis, dunia akan memanggilmu Mawang.” (Menatap jiwa Xiao Yuer, kemudian menggunakan sihirnya untuk menarik jiwa itu kembali dalam raga, dan membangkitkannya).

Xiao Yuer: “Aku setuju, dan roh kegelapan yang melarikan diri di malam itu. Apakah aku bisa menemukannya?”

Mago: “Ya, kamu bisa. Kamu akan memiliki kekuatan supranatural untuk menangkap bahkan membinasakannya.”

Xiao Yuer mengangguk, dirinya semakin mantap dengan keputusannya, menyetujui penawaran yang Mago berikan padanya. Mago menyelamatkan Xiao Yuer dari kematian, sejak hari itu, Xiao Yuer menjalani kehidupan abadi.

“Bayangan apa tadi?!”, aku terkejut tanpa berucap. Lalu menatap tanganku dan tangan Xiao Yuer yang saling menggenggam.

Xiao Yuer: “Byeol, ada apa?” (Menyadari perubahan sikap dan ekspresiku).

“Apa kekuatan supranaturalku kembali? Aku bisa membaca ingatan Xiao Yuer, karena tangan kami saling bersentuhan.”, masih sibuk dengan renunganku sendiri.

Gongmin: “Byeol sayang, kamu melamun?” (Mengusap punggung tangan kananku yang ada dalam genggamannya).

Aku: “Oh!!???” (Menoleh ke arah Putra Mahkota, mulai tersadar dari lamunan).

Xiao Yuer: “Jadi harus panggil sayang untuk dapat menyadarkanmu? Cih! Lepaskan tanganku, untuk apa aku disini? Izinkan aku kembali ke kamarku, Byeol!” (Mengomel).

Aku: “Kamu sudah mengantuk?” (Kembali menatap Xiao Yuer dengan tatapan penuh kesedihan).

Xiao Yuer: “Tatapan itu lagi? Berhenti menatapku seperti itu! Kamu pikirlah sendiri, kamu menggandengku dan menggandeng Hwang In semalaman. Mengajak kami berkeliling istana, apa kita sedang berpatroli sekarang? Ini sudah putaran ke-10, ayolah Byeol… aku mengantuk.” (Merengek).

Aku: “Hwang In, bolehkah Yuer tidur bersama kita?” (Menatap Putra Mahkota dengan tatapan memohon).

Xiao Yuer: “Ide apa lagi ini?! Hwang In! Awas saja kamu menyetujui ide gila istrimu! Ku mohon, bebaskan aku malam ini. Aku hanya ingin tidur sebentar, sebelum besok aku meninggalkan istana.” (Mengancam Putra Mahkota dan kembali merengek).

Gongmin: “Maaf Yuer, aku rasa… Byeol hanya ingin bersama mu lebih lama lagi. Sebelum pertarungan yang sebenarnya dimulai. Tidak ada salahnya tidur bersama kami malam ini.” (Mengangguk setelah memikirkannya).

Aku: “Suamiku memang paling memahamiku, bahkan tanpa aku jelaskan, kamu mengetahui yang aku inginkan dan apa yang aku pikirkan.” (Mencium pipi Putra Mahkota).

Xiao Yuer: “Kalian pasangan yang gila! Mago… magooo, tolong selamatkan aku. Aku bisa terbunuh perlahan jika terus bersama mereka, kalian mau membunuhku malam ini dengan memintaku melihat kalian berpeluk mesra saat tidur?!!”

Aku: “Mago sudah pergi, dia tidak akan menyelamatkanmu. Jadi menurut saja!” (Menarik paksa Yuer).

            Putra Mahkota Gongmin hanya tersenyum sambil gelengkan kepala, melihat tingkahku dan Xiao Yuer. Sesampainya di kediamanku, aku meminta Hye Soo menyiapkan dua kasur lantai.

Aku: “Hwang In dan Yuer tidur di kasur ini. Sementara kasur satunya lagi untukku dan Hye Soo.” (Mulai pembagian tempat tidur).

Hye Soo: “Tapi Yang Mulia Putri Mahkota, apa ini tidak apa-apa? Bagaimana kalau ada orang lain melihat kita berempat tidur bersama di malam pernikahan Yang Mulia?” (Mencemaskan ide gilaku).

Xiao Yuer: “Kamu lihat? Hye Soo saja bisa memikirkan resikonya, sudahlah aku kembali ke kamarku sendiri saja.” (Berniat pergi).

Aku: “Tunggu!” (Menghadang). “Aku akan bertanggung jawab, apapun resikonya. Aku Putri Mahkota negeri ini kan? Bukankah ini termasuk titah?!” (Lanjutku).

Gongmin: “Benar ini merupakan sebuah titah.” (Menahan tawa).

Xiao Yuer: “Baiklah! Berdebat dengan kalian tidak akan ada habisnya, lagipula kalian selalu memenangkan argument. Ayo tidur! Jangan ada yang menggangguku. Aku harus charger energiku dengan tidur nyenyak. Selamat malam… selamat beristirahat kalian bertiga.” (Mengalah dan memutuskan untuk menurut, lalu mulai berbaring di kasur).

            Aku tersenyum puas melihat Xiao Yuer akhirnya mengalah untukku. Gongmin dan aku ikut berbaring, kami berdua saling berhadapan, meski tidur dikasur yang berbeda, kami saling mengulurkan tangan untuk berpegangan. Hye Soo menutup pintu kamar, kemudian ikut berbaring di belakangku.

Hye Soo: “Selamat tidur Yang Mulia Putra Mahkota dan Yang Mulia Putri Mahkota.” (Menarik selimut, aku dan Hye Soo saling memunggungi).

Gongmin & Aku: “Selamat tidur Hye Soo.” (Bersamaan).

Aku: “Mimpi indah Hye Soo.” (Sedikit menoleh ke arah Hye Soo).

Hye Soo: “Yang Mulia juga, bermimpi indahlah.” (Dengan nada berbisik, menoleh ke arahku).

Dalam diamku, ada ribuan kekhawatiran yang tidak tahu bagaimana caranya keluar. Saat melihat Xiao Yuer tidur dengan pulasnya, begitu juga dengan Hye Soo. Sedangkan Gongmin, perlahan memejamkan mata, tadi berulang kali dia menguap sambil menemaniku bercerita, Putra Mahkota baru saja terlelap, tidak sanggup menahan kantuknya. Di tengah keheningan ini, sekuat tenaga aku menahan isak tangisku. Namun semakin ku tahan, rasanya semakin pilu, ketakutan menyelimutiku. Aku tidak ingin kehilangan orang-orang yang ku sayang. Jika dikesempatan keduaku ini, aku harus berkorban nyawa lagi, tidak masalah untukku, tapi sebelumnya… akan aku pastikan mereka semua berada di tempat yang aman. Bukan di medan pertempuran bersamaku. Bagaimana caranya? Aku terus memikirkannya.

Larut dalam kecemasan, membuatku kehilangan kemampuan mengatur pernafasan, benar-benar sesak tidak tertahan. Aku memutuskan mengendap-endap keluar dari kamar, mencari udara segar.

Aku: “Huft…” (Menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan).

            Duduk di teras kediamanku, bersandar pada salah satu sisi dinding, sambil mendongakkan kepalaku menatap langit malam. “Aku berharap besok akan ada keajaiban.”, gumamku penuh harap. Ada suara langkah kaki tidak jauh dari kediamanku, ditambah dengan suara ranting pohon yang patah, seperti terpijak oleh kaki, membuatku yakin ada seseorang di dekat sini.

Aku: “Siapa disana?!” (Ku berdiri, sedikit berteriak memberi peringatan bahwa aku menyadari keberadaan orang itu). “Jangan bermain-main denganku! Atau kamu akan merasakan akibatnya!” (Mulai geram).

Choe Yeong: “Ampun Yang Mulia, ini hamba.” (Keluar dari tempat persembunyiannya).

Aku: “Choe Yeong, apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa melakukan pergerakan mencurigakan?” (Dengan tatapan menelisik).

            Aku melihat Choe Yeong ragu menjawab pertanyaanku, dia juga menghela nafas. Membuatku menduga, pasti ada hal yang seharusnya tidak diketahui olehku.

Choe Yeong: “Sebenarnya…” (Mengepal tangannya, menjawab penuh keraguan).

            “Salam hormat kami, Yang Mulia Putri Mahkota.”, ucap serempak beberapa wanita yang muncul dari belakang Choe Yeong secara tiba-tiba. Mereka ikut keluar dari persembunyian, membungkuk memberikan salam hormat padaku.

Aku: “7 pendekar wanita tulip kuning ada disini? Ada yang bisa jelaskan padaku, apa yang terjadi?”

Nyonya Nara: “Kami datang membawa seorang cenayang, Yang Mulia. Ini semua bagian dari rencana Tuan Yuer.” (Memberanikan diri untuk menjelaskan padaku). “Beberapa waktu yang lalu, Tuan Yuer datang menemui hamba dengan penuh kecemasan, dia bilang ada kemungkinan Pangeran Taeguk bersama pasukannya akan melakukan serangan lebih besar. Tuan Yuer juga menceritakan, kalau dia mendapatkan mimpi yang aneh, tentang pertempuran kali ini melibatkan cenayang. Pangeran Taeguk, mungkin akan menggunakan ilmu hitam demi memenangkan pertempuran.” (Bercerita).

Aku: “Lalu? Apa rencana kalian?”

Nyonya Nara: “Awalnya hamba tidak percaya, dan mencoba meyakinkan Tuan Yuer bahwa apa yang dilihatnya hanya bunga tidur, akibat dari kecemasan yang berlebihan. Hanya saja, Tuan Yuer bersikeras ingin dipertemukan dengan cenayang kenalan hamba, yang dapat dia percaya. Dan inilah cenayang Chin Sun, Yang Mulia.” (Memperkenalkan cenayang yang dibawanya).

Chin Sun: “Yang Mulia Putri Mahkota, salam hormat hamba.” (Membungkuk padaku). “Hamba harap, Yang Mulia tidak memandang sebelah mata, penglihatan masa depan dari Tuan Yuer. Yang hamba lihat, Tuan Yuer memang memiliki kemampuan mengetahui masa depan, mungkin saja melalui mimpinya. Karena saat hamba mencoba memastikan dan melihat masa depan menggunakan kemampuan spiritual dan supranatural yang hamba miliki, hasilnya memiliki kecocokan dengan penglihatan Tuan Yuer. Ada kekuatan besar dari kegelapan memenuhi istana ini, Yang Mulia.” (Lanjutnya).

Nyonya Nara: “Tuan Yuer, meminta kami mengawal cenayang Chin Sun. Untuk rencana besarnya besok pagi, dia ingin setiap sudut istana diberi jimat pelindung, meminimalisir kekuatan kegelapan menguasai istana ini. Selain itu…” (Tidak langsung meneruskan penjelasannya).

Aku: “Selain itu?” (Menunggu kelanjutan dari penjelasan nyonya Nara).

Nyonya Nara: “Ada cenayang lain yang besok akan ditemui oleh Tuan Yuer.”

Aku: “Cenayang lain? Siapa? Kamu mengenalnya?”

Nyonya Nara: “Tidak Yang Mulia, hamba tidak mengenalnya. Tapi, cenayang Chin Sun mengenalnya.”

Chin Sun: “Dia teman lama hamba, Yang Mulia. Jalan yang kami tempuh berbeda, dia terjebak di jalan yang sesat, dia tidak peduli pada nyawa manusia. Yang dia pedulikan hanya kekayaan dan juga memperkuat ilmu yang dimilikinya. Geom-eun Jangmi, julukan itu melekat pada dirinya.”

Aku: “Geom-eun Jangmi yang artinya mawar hitam, mmm dari namanya aku bisa menerka sehebat apa dia. Auranya cukup kuat, apa yang akan Yuer lakukan padanya?”

Nyonya Nara: “Hamba juga tidak tau, Tuan Yuer tidak menjelaskan detailnya.”

Aku: “Aku akan coba mencari tau sendiri besok, kalian pergilah! Kerjakan tugas yang Yuer berikan! Choe Yeong, bimbing mereka dan tunjukkan sisi istana mana saja yang perlu kalian beri jimat pelindung, kamu hafal dengan baik setiap sudut istana ini. Dan… 7 pendekar wanita tulip kuning, aku percayakan keselamatan cenayang Chin Sun pada kalian.” (Memberi izin melanjutkan rencana Xiao Yuer).

            “Kami siap menjalankan titah, Yang Mulia!!”, jawab Choe Yeong bersama dengan 7 pendekar wanita tulip kuning, dan cenayang Chin Sun. Mereka kembali memberi hormat padaku, sebelum pergi meninggalkan halaman kediamanku.

Gongmin: “Kamu tidak bisa tidur?” (Menguap, sembari memelukku dari belakang). “Apa yang kamu lakukan diluar sini sendirian?” (Bersandar pada bahuku dengan manjanya).

            Putra Mahkota keluar dari kediamanku, tepat setelah rombongan Choe Yeong tidak terlihat lagi, mereka sudah jauh pergi.

Aku: “Apa yang membuatmu terbangun?” (Mengusap pipi Putra Mahkota, gemas).

Gongmin: “Kamu tidak ada di dekatku, membuat hatiku gelisah.” (Mempererat pelukannya).

Aku: “Aku hanya keluar untuk mencari udara segar, langit malam ini benar-benar indah, membuatku ingin terus melihatnya. Ngomong-ngomong kamu menjadi semakin manja, Hwang In.” (Tersenyum).

Gongmin: “Sejak kamu menjadi istriku, aku ingin selalu bermanja denganmu, Byeol.” (Mengecup leherku dan mengecup belakang telingaku).

Aku: “Hwang In, apa yang kamu lakukan? Jangan mengecupku seperti itu.”

Gongmin: “Kenapa tidak boleh?” (Menggigit telingaku lembut).

Aku: “Kita baru saja melakukannya, ini terlalu berbahaya untuk kita. Bagaimana kalau kita teringin lagi?” (Berbalik badan menghadap Putra Mahkota, melingkarkan lengan pada lehernya).

Gongmin: “Apa yang kamu cemaskan? Kita bisa melakukannya lagi, kalau tadi tidak ada kegaduhan antara Yuer dan sekte kalajengking. Mungkin sekarang, kita masih saling berbagi kehangatan di gazebo.” (Menempelkan keningnya pada keningku, dan mengusapkan hidungnya ke hidungku).

Aku: “Kamu sengaja merayuku, Yang Mulia? Putra Mahkota negeri ini, ingin segera melahirkan pewaris?” (Menggoda Putra Mahkota).

Gongmin: “Aku bahkan tidak memikirkan soal pewaris, kamu yang berpikir terlalu jauh. Tapi boleh juga, ayo kita buat pewaris!!!” (Menggendongku).

Aku: “Hwang In! Turunkan aku, apa rencanamu kali ini?” (Memukul bahu Putra Mahkota).

Gongmin: “Aku ingin mandi bersamamu, kita bisa bercinta di tempat pemandian kediamanmu.” (Berlari kecil, membawaku kembali masuk ke dalam kediaman).

Aku: “Dasar, banyak sekali idemu.” (Mencubit pipi Putra Mahkota).

            Di dalam bathtub kayu berisi air hangat dengan kelopak bunga mengapung di atasnya. Putra Mahkota dan aku saling berpeluk tanpa busana. Dengan penuh kelembutan, Putra Mahkota membantuku membersihkan tubuhku, begitu juga sebaliknya, aku membantunya membersihkan tubuhnya.

Gongmin: “Maukah kamu berbalik badan? Berpegang lah pada tepian bathtub ini.” (Ucapnya sambil menuntunku pada posisi yang dia inginkan).

            Aku hanya mengangguk dan menurutinya. Dengan posisi setengah merangkak, dari arah belakang, Putra Mahkota mendekatiku.

Gongmin: “Eeeuummmhh aaahhhhh…” (Kami berpadu menjadi satu dengan manisnya).

Aku: “Aaahhhhh Yang Mulia.” (Menikmati setiap pergerakan Putra Mahkota).

            Sesekali Putra Mahkota mengecup bahuku, mengecup punggungku, mengecup leherku, dia mencumbuku penuh gairah. Bercinta dengan Putra Mahkota, membuatku melepaskan kecemasan. Rasa relax setelah mencapai puncak kenikmatan, membuatku tertidur nyenyak malam ini.

            Keesokan harinya, semua orang sudah terbangun. Aku tidak menemukan Hye Soo tidur di sampingku. Aku juga melihat kasur Putra Mahkota dan Xiao Yuer sudah terlipat rapi. Dengan mata setengah terbuka, beberapa kali aku menguap karena masih merasa kantuk, ku perlahan duduk.

Gongmin: “Mmm Byeol sudah bangun.” (Sapanya, melihatku terbangun).

Xiao Yuer: “Selamat pagi, Byeol.” (Ikut menyapa).

Aku: “Oh!!??? Rupanya kalian masih disini, aku pikir kalian sudah meninggalkan kediamanku. Hwang In, kamu sudah berpakaian rapi menggunakan jubah istana sepagi ini?” (Menoleh ke belakang, dimana Putra Mahkota dan Xiao Yuer berada).

Gongmin: “Raja meminta kita berdua datang ke balairung utama, aku rasa… Raja ingin meminta pendapatku tentang liburan keluarga kerajaan dan membicarakan tentang rencana keberangkatan dengan kita semua. Jadi, kamu bersiaplah juga!” (Melirik ke arahku, sambil melakukan kesibukannya melukis). “Yuer, semua berjalan sesuai rencanamu.” (Tersenyum). 

Xiao Yuer: “Choe Yeong berhasil membujuk Raja, kini tinggal persetujuan dari Yang Mulia Putra Mahkota. Untuk membuat Raja semakin yakin dengan keputusannya.” (Mengangguk-angguk).

Gongmin: “Tentu saja, aku akan menyetujuinya. Sebelum itu, aku ingin bertanya sesuatu padamu Yuer. Sekarang kamu tau, kita bertiga sama-sama berasal dari masa depan. Kita memiliki misi yang sama. Apa kamu masih menghormatiku sebagai Putra Mahkota atau menganggapaku hanya sebagai Hwang In yang memerankan peran Putra Mahkota?”

Xiao Yuer: “Sebagai Hwang In atau Gongmin, Yang Mulia tetaplah Putra Mahkota bagiku. Yang Mulia juga adik iparku, Yang Mulia pun sahabatku, bukan hanya mengabdikan kesetiaanku. Aku juga ingin kamu mempercayaiku, kali ini… di kesempatan keduaku ini, itulah pilihanku.” (Tersenyum).

Gongmin: “Aku semakin menyukaimu, aku suka jawaban itu. Yuer, aku percaya padamu.” (Masih dengan kesibukannya mengayunkan kuas di atas kertas). “Akhirnya aku selesai, sesuai permintaanmu, aku hanya melukis bulgae tanpa memakan matahari.” (Menatap Xiao Yuer, memberikan hasil lukisan padanya).

Xiao Yuer: “Sempurna! Ini seperti aslinya. Kamu memang berbakat dalam melukis.” (Tersenyum puas).

Aku: “Pantas saja sedari tadi kamu membuka bajumu, karena meminta Hwang In melukis, meniru bentuk tattoo yang ada di dadamu? Mau kamu apakan lukisan itu, Yuer?” (Menatap Yuer penuh tanya).

Xiao Yuer: “Di masa lalu, bertepatan dengan hari ini, seharusnya menjadi hari pembuatan tattoo pada tubuh Taeguk. Hari ini, Taeguk pasti pergi bertemu dengan cenayang sesat, Geom-eun Jangmi. Sebelum Taeguk sampai disana, aku harus sampai lebih dulu untuk menemui cenayang Geom-eun Jangmi, aku akan meminta kerjasamanya membuat tattoo kegelapan palsu untuk Taeguk.” (Mengenakan bajunya dan kembali merapikan penampilannya).

Aku: “Bagaimana kalau kamu gagal membuat kesepakatan kerjasama dengan dia?”

Xiao Yuer: “Tidak ada cara lain, aku akan memaksanya.” (Jawabnya penuh tekad).

Gongmin: “Dia lawan yang cukup tangguh, selain kemampuan spiritual dan supranatural yang terkenal kehebatannya, dia juga pandai bela diri, itu kabar angin yang pernah aku dengar, meski aku tidak pernah bertemu langsung dengannya. Kamu tetap harus waspada, Yuer.”

Xiao Yuer: “Aku sudah memikirkan semua rencanaku dengan matang, aku cukup belajar dari kesalahanku di masa lalu. Akan aku pastikan itu tidak akan terulang kembali, jangan terlalu cemaskan aku. Mari lakukan tugas sebaik mungkin sesuai dengan peranan kita!” (Tersenyum). “Lagi pula, kalian sudah mengetahui semua rencana rahasiaku, meski aku belum sempat cerita. Byeol, memergoki cenayang Chin Sun yang aku selundupkan ke dalam istana. Dia akan membuat perisai untuk kita selama pertempuran nanti.” (Melirik ke arahku).

Gongmin: “Uhum, aku sudah mendengar kabar itu dari Byeol saat kami mandi bersama semalam.” (Mengangguk-angguk).

Aku: “Hwang In!” (Menatap tajam ke arah Putra Mahkota).

Xiao Yuer: “Apa??!!!” (Terkejut dengan jawaban Putra Mahkota yang penuh kejujuran).

Gongmin: “Kenapa menatapku seperti itu?” (Tanpa rasa bersalah). “Oh! Jangan salah fokus pada kalimat mandi bersama, poinnya aku sudah tau tentang rencana Yuer, dan memberi izinku.” (Salah tingkah, saat mulai menyadari kesalahan pada jawaban sebelumnya).

Xiao Yuer: “Kalian berdua benar-benar! Tidak peduli apa situasinya saat ini, gairah membara pengantin baru memang tidak tertahankan.” (Mendecak, menggelengkan kepala). “Sudahlah, aku harus pergi sekarang.” (Bangkit dari duduknya).

Aku: “Yuer, sarapan lah dulu. Tunggu sebentar, aku akan meminta Hye Soo menyiapkan sarapan untuk kita.” (Berniat berdiri, tapi mengurungkannya).

Hye Soo: “Aku sudah disini Yang Mulia. Boleh aku masuk?” (Membuka sedikit pintu kamarku).

Aku: “Kamu datang tepat waktu, masuklah!” (Mengangguk).

            Hye Soo membuka lebar pintu kamarku, dia memerintahkan 2 dayang bawahannya untuk menata meja dan menu sarapan. Aku tersenyum melihat Hye Soo, dia bekerja dengan bagus, dayang lain tampak sangat menghormati Hye Soo selaku dayang utama di kediamanku.

Hye Soo: “Kalian boleh pergi meninggalkan kamar Yang Mulia.” (Ucapnya kepada 2 dayang yang membantunya, setelah mereka melakukan tugasnya).

            “Baik Nyonya.”, jawab keduanya memberi hormat pada Hye Soo. Kedua dayang itu, memberi hormat padaku, pada Putra Mahkota, dan pada Xiao Yuer juga, sebelum mereka benar-benar melangkah pergi.

Xiao Yuer: “Wahhh, aura Hye Soo kita bersinar terang sekarang.” (Mencubit pipi Hye Soo).

Aku: “Yuer berhenti mencubitnya seperti itu! Dia dayang kesayanganku, beraninya kamu!” (Dengan nada bercanda).

Xiao Yuer: “Kamu ingin dicubit juga? Cepatlah mandi, Nogukku sayang!” (Berganti mencubit pipiku).

Gongmin: “Aku sedikit keberatan, dia milikku, dia Nogukku!” (Tidak mau kalah).

Xiao Yuer: “Lihatlah suamimu pencemburu.” (Memutar bola matanya).

Aku: “Justru itulah sisi menggemaskan pada dirinya, sisi posesifnya terlihat sexy dimataku.” (Melirik ke arah Putra Mahkota).

            Mereka berdua sengaja tidak memanggilku dengan nama Byeol, karena ada Hye Soo bersama kami.

Xiao Yuer: “Heihhh, berhenti membuatku geli!” (Melepaskan cubitannya). “Maaf aku tidak bisa ikut sarapan bersama, aku sedang terburu-buru.” (Lanjutnya).

Hye Soo: “Aku sudah menyiapkan ini untuk Tuan Muda Yuer.” (Memberikan bekal kepada Xiao Yuer).

Xiao Yuer: “Apa ini?” (Membuka bekal yang diberikan padanya). “Wow… Jjinppang!” (Seruannya dengan mata berbinar).

Hye Soo: “Tuan Muda bisa memakannya di perjalanan.” (Tersenyum).

            Jjinppang adalah roti kukus yang biasanya diisi pasta kacang merah dan potongan kacang pecah di dalamnya.

Xiao Yuer: “Kamu sangat pengertian, terimakasih Hye Soo.” (Ikut tersenyum, menepuk bahu Hye Soo). “Aku pergi, sampai bertemu lagi nanti, Yang Mulia.” (Membungkuk memberi hormat padaku dan Putra Mahkota).

Gongmin & Aku: “Jaga dirimu, Yuer.” (Bersamaan).

            Xiao Yuer meninggalkan istana dengan berkuda, dia tidak pergi sendiri. Raja memberikan titah, melalui Choe Yeong, disiapkannya dua puluh prajurit istana untuk mengawal Xiao Yuer dalam perjalanannya.

Bersambung…

Komentar

  1. ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  2. Nikmat nyaa, makan sambil membaca 😌🥰
    ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  3. Seneng banget masih bisa lihat momen yuer bercadaan gini sama byeol dan hwang in

    BalasHapus
  4. Kalo disuguhi sikap yuer yang gemes2 gini. Makin gak rela yuer jadi ubi 🥺❤️

    BalasHapus
  5. Anggita Purnawati18 Mei 2025 pukul 11.58

    Masih berharap yuer gakan jadi ubi, bener2 berharap semua hanya pranknya author plisssss

    BalasHapus
  6. Padahal scenenya lucu gini, gemesin. Tapi agak nyesek bacanya, berasa lagi menikmati saat2 terakhir sama yuer 🥺😭

    BalasHapus
  7. perbanyak chapter yang ada yuernya thor, sebelum beneran jadi ubi 💔😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer