Langsung ke konten utama

Unggulan

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (25 - CHAPTER TERAKHIR)

Dua Masa Satu Pilihan   Suara burung menyelinap lewat celah jendela yang sedikit terbuka. Cuitannya berkicau riang di kejauhan, seperti bisikan lembut dari dunia yang lama ku tinggalkan, memanggilku kembali dengan hangat. Aku membuka mata perlahan. Bukan halaman istana yang sunyi penuh reruntuhan dan sisa pertempuran, bukan langit kelabu Goryeo yang muram. Yang ku lihat pertama kali adalah langit-langit kamarku, terbuat dari panel kayu berwarna cokelat madu dengan ukiran tipis yang rapi, dipadu dengan cahaya lembut dari lampu tersembunyi. Pancaran cahayanya membalut ruangan dalam keheningan yang menenangkan.  Jantungku masih berdegup kencang, keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengenakan piyama tidurku, kain lembut yang begitu asing jika dibandingkan dengan hanbok yang biasa ku pakai selama di masa lalu. Seketika aku terduduk di atas ranjang, nafasku terengah. Aku bisa merasakan luka, perih, air mata, dan kehangatan terakhir dari Xiao Yuer di pangkuanku. Tanganku gem...

KENANGAN RASI BINTANG BIDUK (2)


 

 Setia Seperti Puppy

            Jam dinding menunjukkan pukul 5:00 pagi dini hari, aku terbangun dari tidurku karena seseorang menekan bel rumahku. Awalnya aku pikir, aku salah dengar, tapi ternyata benar itu suara bel rumah, sebenarnya aku jarang sekali memiliki tamu, aku sengaja memilih lingkungan rumah terpencil karena tidak terlalu suka dengan keramaian. Hari ini, kenapa ada manusia datang ke rumah? Ku pejamkan mataku, mencoba menerawang dari kejauhan, siapa yang ada di depan pintu. “Mmm… ada pemuda disana, dia benar-benar seorang manusia.”, gumamku setelah berhasil melihat tamuku. Aku bergegas merapikan piyamaku, turun dari ranjang tidurku, berlalu menuju lantai bawah untuk membuka pintu, kamar tidurku ada di lantai 2.

Aku: “Siapa kamu? Untuk keperluan apa kamu datang?” (Ucapku setelah membuka pintu dan berhadapan dengan pemuda itu).

Pemuda itu terpaku melihatku, bukan menjawab pertanyaanku, dia justru menatapku lekat dengan mulut terbuka. “Aaa… aa… aku Dong Min, kamu nona Byeol?”, jawabnya sedikit tergagap karena gugup.

Aku: “Dong Min? Uhum benar, aku Byeol. Aku baru melihatmu, sepertinya kita tidak saling mengenal sebelumnya, bagaimana kamu bisa tau namaku?” (Dengan tatapan menelisik).

Dong Min: “Kamu mungkin tidak mengenalku, tapi kamu mengenal kakekku, dulu kakekku bekerja sebagai asisten pribadimu. Disisa hidupnya, dia bekerja setia untukmu, 10 tahun lalu kakek berhenti bekerja karena sakit, kakekku sudah meninggal dunia di usianya yang ke-102. Kakek sering menceritakan tentangmu, Byeol seorang gadis muda yang tidak pernah menua, Byeol gadis cantik, baik, tapi selalu kesepian, kakekku berhutang nyawa padamu, kamu yang menyelamatkan dia dari kebakaran rumah kami, saat semua orang pergi dan kakek sendirian di rumah. Kakek bilang kamu datang entah dari mana, di mata kakek, kamu seperti malaikat kecilnya. Kakek memintaku untuk datang padamu, menemanimu nona Byeol, menggantikan kepergiannya.” (Mata mulai berkaca-kaca).

Aku: “Begitu rupanya, kamu cucu dari Min Jae. Aku turut berduka cita, maaf aku tidak datang ke pemakaman kakekmu. Ayo masuk! Aku akan menunjukkan kamarmu, atau kamu mau tidur di kamar yang dulu pernah ditempati kakekmu saat bekerja disini?” (Melangkah masuk).

Dong Min: “Bolehkah? Aku tidur di kamar mendiang kakekku? Uhum aku mau.” (Mengusap air mata dan mengikuti langkahku).

Aku: “Tentu saja boleh, kamar itu masih terjaga kebersihannya dan kerapiannya.”

Dong Min: “Selain cantik, kamu juga rajin merapikan rumah sebesar ini. Apa yang dikatakan kakekku ada benarnya, kamu pasti kesepian tinggal disini sendiri.” (Sambil memperhatikan suasana sekitar).

Aku: “Apa maksudmu? Aku sendirian?” (Menghentikan langkahku, dan berbalik badan menghadap Dong Min).

            Moment tidak terduga pun terjadi, Dong Min yang tidak menyadari kalau aku berhenti secara tiba-tiba. Tanpa sengaja Dong Min mencium keningku, karena dia lebih asik memperhatikan sekeliling.

Dong Min: “Nona Byeol, aku benar-benar tidak sengaja, maafkan aku.” (Menutup bibirnya dan segera membungkuk meminta maaf padaku).

Aku: “Tidak apa-apa, bukan sepenuhnya kesalahanmu. Aku juga minta maaf karena menghentikan langkahku tanpa memberimu aba-aba. Mmm Dong Min, kenapa wajahmu memerah? Telinga kamu juga memerah, apakah kamu baik-baik saja?”

Dong Min: “Aaa… ini bukan apa-apa, aku baik-baik saja.” (Memegang pipinya sendiri).

Aku: “Ulurkan tanganmu, berapa usiamu sekarang?”

Dong Min: “Aku 27 tahun sekarang, kenapa kamu tiba-tiba menanyakannya?” (Mengulurkan tangan).

Aku: “Untuk membuat kontrak denganmu.” (Memegang pergelangan tangan bawah milik Dong Min).

            Aku memejamkan mataku untuk membuat tattoo bintang di pergelangan tangannya, tattoo bintang adalah tattoo pelindung manusia pilihanku. Manusia yang memiliki tattoo bintang dariku akan terhindar dari petaka, demon atau iblis manapun, roh jahat, bahkan malaikat maut pun tidak akan berani mengambil jiwa manusiaku. Selain itu tattoo bintang berfungsi seperti GPS, aku bisa melacak keberadaan manusia pemilik tattoo bintang lebih mudah, aku bisa datang lebih cepat untuk menolong jika terjadi sesuatu pada manusiaku.

Aku: “Sempurna, kamu manusiaku sekarang.” (Membuka mata, sambil melihat tattoo bintang di tangan Dong Min).

Dong Min: “Apa ini?” (Memandang tattoo bintang).

Aku: “Itu semacam jimat pelindung dariku, untukmu.” (Tersenyum)

Dong Min: “Tattoo yang cantik, aku menyukainya.” (Membalas senyumanku).

            Senyuman di bibir Dong Min tidak bertahan lama, saat dia menyadari ada perubahan di sekitarnya. Matanya terbelalak, tangannya spontan merangkul erat lenganku, tubuhnya mulai bergetar.

Dong Min: “Siapa mereka? Kenapa rumah ini mendadak menjadi ramai?” (Dengan nada ketakutan).

Aku: “Sekarang kamu bisa melihat mereka? Mereka adalah arwah penasaran, mereka bekerja untukku disini, merekalah yang merapikan rumah ini. Bahkan menyiapkan makan, mereka juga yang memasak untukku.”

Dong Min: “Maksudmu… mereka hantu? Pantas saja wajah dan tubuh mereka tampak putih pucat. Ada berapa banyak pelayan hantu di rumah ini?” (Berbisik kepadaku).

Aku: “Ada 30 pelayan hantu, kamu takut pada mereka?” (Menoleh ke arah Dong Min, sambil menahan tawa).

Dong Min: “Aku tidak takut, hanya sedikit belum terbiasa. Lagipula aku tidak sendiri, ada nona Byeol disini, aku merasa lebih aman.” (Berusaha bersikap cool).

Aku: “Tapi Dong Min, kamu tau fakta tentangku? Aku juga bukan manusia, usiaku 500 tahun sekarang, kemarin aku baru saja merayakan ulang tahun yang ke-500.” (Berbisik menakuti dan menggoda Dong Min).

            Dengan gerakan cepat Dong Min melepaskan rangkulannya dari lenganku, dia mengambil beberapa langkah menjauh dariku. Melihat ekspresi Dong Min, aku tidak bisa menahan tawaku lagi.

Dong Min: “Jadi hal yang pernah kakek katakan padaku, tentang seorang gadis yang tidak pernah menua, bukanlah kalimat kiasan, karena kamu terlihat sangat cantik? Tapi kenyataan? Aaarrggghh, kamu hanya menggodaku kan, nona Byeol?”

Aku: “Aku bersungguh-sungguh Dong Min, perhatikan tubuhku baik-baik, kamu melihat sesuatu?”

            Dong Min kembali menunjukkan ekspresi terkejutnya saat melihat ada bola kecil seperti kelereng yang bersinar di bagian perutku.

Dong Min: “Ada sesuatu yang bersinar di dalam perutmu, nona Byeol. Seperti kelereng, bersinar dengan warna keemasan.” (Mengerutkan kening, tatapannya seakan meminta penjelasan).

Aku: “Uhum, kelereng inilah yang membuatku hidup abadi. Kamu pasti pernah mendengar kisahku dari kakekmu, tentang aku dan orang tuaku yang mengalami kecelakaan saat usiaku 12 tahun, ada hal mistis yang aku alami, seorang dewa menyelamatkan kami, dewa itu juga yang memberiku pil kehidupan abadi, kelereng yang kamu lihat… itu pil kehidupan abadi yang menyatu dengan tubuhku. Pil ini memancarkan sinarnya pertama kali, saat usiaku 25 tahun, karena itu juga, meski aku berusia 500 tahun sekarang, aku terlihat seperti gadis berusia 25 tahun. Di usiaku ke-25, aku berhenti menua.”

Dong Min: “Semua menjadi masuk akal untukku setelah mendengar penjelasanmu. Nona Byeol, bolehkah aku memelukmu?” (Kembali mendekat ke arahku dan memelukku).

Aku: “Dong Min…” (Sedikit terkejut dengan perubahan sikap Dong Min).

Dong Min: “Aku datang kesini untukmu, aku sudah bertekad ingin menemani kamu. Bukan hanya kakekku yang berhutang nyawa padamu, tapi aku juga berhutang budi. Dulu aku memiliki saudara kembar, aku juga memiliki ibu yang sangat aku sayangi, hanya saja… ayahku seorang pria yang kasar. Saudara kembarku meninggal ditangan ayahku, karena ayah berusaha memukul ibu kami dalam keadaan mabuk. Saudara kembarku, melindungi ibu dan dia memintaku bersembunyi di kamar kami, dia mengunciku dalam kamar. Tidak puas memukul saudara kembarku, ayah masih memukul ibuku karena dianggap berisik menangisi anaknya yang meninggal dipangkuannya. Ibuku jadi tidak sadarkan diri, keesokan harinya barulah ada tetangga yang membantu kami, membawa ibu dan saudara kembarku ke rumah sakit. Semuanya sudah terlambat, saudara kembarku sudah meninggal. 2 hari kemudian, ibuku juga meninggal menyusul saudara kembarku, ibuku mengalami pendarahan hebat di kepalanya.” (Bercerita padaku, mulai terisak di pelukanku).

Aku: “Kamu bisa menceritakan semua padaku, Dong Min. Menangislah jika ingin menangis.” (Membalas pelukan Dong Min, mengusap punggungnya juga).

Dong Min: “Setiap hari aku berdoa, pria busuk itu membusuk dipenjara. Aku senang doaku didengar dewa, ayahku divonis hukuman seumur hidup. Akhirnya aku tinggal bersama kakek dan nenekku, mereka yang merawatku. Hari dimana kebakaran itu terjadi, aku sedang pergi dengan nenek untuk menjual kue kenari. Setelah kepergian ibu dan saudaraku, aku selalu berdoa pada dewa untuk melindungi kakek nenek, hanya mereka yang aku miliki. Dewa mendengarnya dan mengabulkannya lagi? Dewa mengirim kamu untuk menyelematkan kakekku, terimakasih nona Byeol.” (Mempererat pelukannya).

Aku: “Kamu bertahan dengan baik sejauh ini, kamu bisa istirahat sebentar sekarang. Jangan takut sendirian, meski kakek nenekmu sudah meninggal, mereka berada di tempat yang indah, tempat yang baik di akhirat, mereka berbahagia, tidak merasa sakit lagi. Kamu tidak akan pernah sendiri, aku akan menemanimu menua, tetaplah bersamaku sampai masa tuamu. Meski kamu menikah nanti, kamu tetap manusiaku. Aku akan melindungimu dan keluargamu.” (Melepas pelukan, mengusap air mata Dong Min).

Dong Min: “Darimana kamu tau nenekku juga meninggal? Aku belum menceritakannya.”

Aku: “Sebenarnya, tanpa kamu ceritakan semua, aku bisa mengetahuinya. Aku bisa melihat masa lalu seseorang dengan cara berkontak fisik. Bahkan hanya dengan jari telunjuk yang saling bersentuhan, aku bisa menjelajahi kenangan orang lain. Kakekmu meninggal lebih dulu, beberapa bulan kemudian, nenekmu mulai melemah dan sering sakit, pada akhirnya nenekmu juga menyusul kakekmu. Apa aku benar?” (Mengusap pipi Dong Min).

            Dong Min tidak menjawab apapun, dia hanya mengangguk membenarkan ucapkanku. Dia seperti bayi, hatinya terlalu lembut, tapi dia terlalu besar untuk menjadi bayi, melihat matanya yang indah, ada ketulusan dari tatapannya. Mungkin lebih tepatnya, dia seperti anak anjing yang menggemaskan.

Dong Min: “Nona Byeol, apa aku bisa melihat hal ghoib sekarang, padahal sebelumnya tidak bisa, semua karena tattoo yang kamu berikan padaku?”

Aku: “Untuk berada disisiku, kamu harus masuk dalam duniaku. Inilah duniaku, kamu keberatan? Kalau kamu keberatan, aku bisa menghapusnya, dan silahkan tinggalkan rumahku.” (Memanyunkan bibir).

Dong Min: “Jangan, aku suka tattoo ini. Aku juga suka berada disisimu, kamu sudah berjanji akan menemaniku menua, jadi jangan pernah menjauh dariku, jangan pernah mendorongku menjauh darimu, jangan membuangku. Akan aku pegang janjimu, mari kita janji kelingking.” (Mengulurkan jari kelingkingnya).

Aku: “Baiklah, pinky promise.” (Membalas ulurkan jari kelingking, membentuk pinky promise).

Dong Min: “Waaahh… kamu melihatnya juga kan? Tattoo milikku tadi bersinar, ini tandanya kontrak kita resmi dibuat?” (Tersenyum)

            Aku hanya terdiam, mengangguk, membalas senyumannya. Ada yang aneh pada diriku, aku baru mengenal Dong Min tapi kenapa rasanya dia seperti orang lama yang ku kenal? Aku menyayanginya, aku benar-benar ingin melindungi dia. Tau kisah masa lalunya yang kelam, aku merasa gagal, aku kecewa pada diriku sendiri. Tapi kenapa, aku merasa seperti ini? Aku tidak menemukan jawabannya. 

Bersambung...

Komentar

  1. kebetulan banget lagi susah balik tidur dan crita ini up 🥰
    aroma2 ada kapal byeol ma dong min nichhh 🤭🤭🤭

    BalasHapus
  2. Masih blum terjawab byeol ini makhluk apa? Tapi ini yg ngebuat makin menarik dan penasaran. Mana sekarang muncul karakter dong min yg ucul abis, gemezzz heihh

    BalasHapus
  3. waktu tokoh dongmin muncul, gue kebayangnya suami oppa2nya gue wkwkwk. kebayang cha eun woo ⸜(。˃ ᵕ ˂)⸝♡

    BalasHapus
  4. Aaaa sweet banget (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

    BalasHapus
  5. byeol, awak ni apa? duduk kat sini ke? sipapasi pasipaga 😂

    BalasHapus
  6. Gua suka alur ceritanya, lanjut thor ⭐⭐⭐⭐⭐

    BalasHapus
  7. Bau baunya akan ada persaingan antara Ha Baek sama Dong Min ini mah. Jadi penasaran, laki² yg di cover itu mas Dong Min apa mas Ha Baek

    BalasHapus
  8. keren, langsung baca 2 chapter karena ketinggalan info updatenya. ditunggu chapter ke-3 nya ❤︎❤︎

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer